Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Rekonstruksi Jam-jam Terakhir Ilham Pradipta Sebelum Direnggut Paksa

25 Agustus 2025   18:35 Diperbarui: 25 Agustus 2025   15:46 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alfamart di depan KCP BRI Cempaka Putih, Jakarta, 23 Agustus 2025. Tempo/Hammam Izzuddin 

Malam itu, sesuatu terasa ganjil di depan kantor cabang pembantu BRI Cempaka Putih. Bagi Asep dan Usman, dua juru parkir yang menjadikan emperan toko sebagai rumah kedua mereka, pemandangan sekelompok pria berbadan tegap yang nongkrong berlama-lama di seberang jalan adalah anomali. Bukan satu atau dua, Asep menghitung ada lebih dari lima orang. Mereka datang dengan tiga mobil, putih, hitam, dan silver, lalu duduk-duduk di kursi gerai Alfamart, seolah tanpa tujuan.

"Saya kira mereka anggota (polisi) karena badannya tegap dan pakai mobil," kenang Usman. Firasatnya membuatnya tak nyaman. Malam itu, ia yang biasanya tidur di depan Alfamart memilih untuk pindah tempat.

Kelompok itu terlihat santai. Mereka sempat makan di warteg persis di depan kantor BRI. Namun, ada detail kecil yang mengusik. Salah satu mobil mereka, pelat nomornya sebagian ditutup. Asep, Usman, dan beberapa rekan mereka hanya bisa mengamati dari jauh. Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang menyaksikan babak pertama dari sebuah drama mengerikan. Mereka adalah saksi bisu dari bayang-bayang yang sedang berkumpul, mengintai mangsa yang akan mereka terkam keesokan harinya.

Mangsa itu adalah Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang BRI Cempaka Putih.

Kacab BRI Ilham Pradipta diculik komplotan usai diintai saksi mata di Cempaka Putih. Ia diculik dari parkiran mal dan ditemukan tewas di Bekasi. - Tiyarman Gulo

Rabu Pagi yang Tak Pernah Kembali

Rabu, 20 Agustus 2025, dimulai seperti hari-hari biasa bagi Ilham Pradipta. Pria berusia 37 tahun itu tiba di kantornya di Cempaka Putih dan beraktivitas seperti biasa. Deddy, salah seorang satpam, melihat bosnya bekerja dengan normal pagi itu. Tak ada tanda-tanda kegelisahan atau ancaman. Semua berjalan sesuai ritme kerja perbankan yang sibuk dan teratur.

Menjelang siang, Ilham pamit untuk pergi. Ada rapat di Lotte Mart Pasar Rebo, Ciracas. 

"Saya dengar rapat karena Lotte payroll-nya pakai BRI," kata Deddy. Sebuah tugas rutin bagi seorang kepala cabang.

Namun, Ilham berencana untuk kembali. Pagi itu, menurut kesaksian satpam lain, Andika, bosnya sempat menitipkan pesan kepada seorang pegawai untuk menyiapkan makanan. Sebuah makan siang menunggunya di kantor. Sebuah janji kecil untuk kembali ke rutinitas setelah rapat selesai.

Itulah kontak terakhir mereka. Ilham Pradipta pergi meninggalkan kantornya siang itu, tanpa pernah tahu bahwa ia tidak akan pernah kembali. Makan siang yang disiapkan untuknya akan menjadi dingin tanpa pernah tersentuh. Bayang-bayang yang semalam mengintai dari seberang jalan kini telah bergerak, membuntutinya dalam senyap.

Momen Hening di Bawah Rintik Hujan

Parkiran salah satu pusat perbelanjaan di Ciracas, Jakarta Timur, siang itu terasa lengang. Hujan turun rintik-rintik, membasahi aspal dan meredam suara-suara kota. Di tengah suasana yang temaram itulah, Ilham Pradipta berjalan menuju mobilnya setelah menyelesaikan rapatnya.

Apa yang terjadi selanjutnya berlangsung begitu cepat dan brutal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun