Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Reaksi Dingin Prabowo Saat Wamenaker Diciduk KPK, "Sudah Saya Ingatkan Berkali-kali"

24 Agustus 2025   15:00 Diperbarui: 23 Agustus 2025   14:36 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reaksi Dingin Prabowo Saat Wamenaker Diciduk KPK, "Sudah Saya Ingatkan Berkali-kali" | tangkapan layar tribun

Anda adalah seorang pemimpin negara. Di tengah kesibukan mengurus bangsa, sebuah kabar datang menghantam. Salah satu wakil menteri kepercayaan Anda, orang yang Anda tunjuk sendiri, ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tangkap tangan.

Reaksi yang wajar mungkin adalah kombinasi dari keterkejutan, kekecewaan, bahkan kemarahan. Namun, tidak bagi Presiden Prabowo Subianto. Saat kabar penangkapan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer "Noel" Gerungan sampai ke telinganya, reaksi yang keluar bukanlah keterkejutan. Melainkan sebuah kalimat singkat, dingin, dan sarat makna.

"Sudah saya ingatkan berkali-kali."

Kalimat itu bukan sekadar respons. Itu adalah sebuah epilog dari sebuah cerita tentang peringatan yang diabaikan, kepercayaan yang dikhianati, dan sebuah penegasan sikap tanpa kompromi. Reaksi Prabowo ini membuka tabir yang jauh lebih dalam dari sekadar kasus korupsi seorang pejabat.

Prabowo tak kaget Wamen Noel diciduk KPK. Ia menegaskan sudah berkali-kali mengingatkan, menunjukkan sikap tegasnya menolak melindungi koruptor. - Tiyarman Gulo

Bukan Kaget, Tapi Sebuah Konfirmasi

Bagi seorang presiden, tidak terkejut atas penangkapan pejabat tingginya adalah sebuah pernyataan yang sangat kuat. Ini menandakan bahwa Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan KPK bukanlah petir di siang bolong bagi Istana. Sebaliknya, itu adalah sebuah konfirmasi atas sesuatu yang mungkin sudah lama tercium baunya.

Kalimat "sudah saya ingatkan berkali-kali" secara implisit memberitahu kita beberapa hal.

  1. Radar Istana Bekerja. Presiden Prabowo, melalui berbagai salurannya, kemungkinan besar sudah menerima laporan atau "bisikan" mengenai potensi masalah yang melingkupi Noel.

  2. Kesempatan Telah Diberikan. Ada upaya pencegahan internal yang telah dilakukan. Peringatan-peringatan itu adalah bentuk "lampu kuning", sebuah kesempatan bagi Noel untuk berbenah diri dan kembali ke jalan yang lurus.

  3. Kesabaran Ada Batasnya. Ketika peringatan itu hanya dianggap angin lalu dan KPK akhirnya turun tangan, maka itu menjadi "lampu merah". Tidak ada lagi ruang untuk toleransi.

Ini menunjukkan gaya kepemimpinan yang tidak naif. Prabowo tidak menutup mata terhadap potensi masalah di lingkarannya, ia mencoba memperbaikinya dari dalam, dan ketika gagal, ia membiarkan hukum mengambil alih jalannya tanpa intervensi.

Pengkhianatan Kepercayaan dan Amanah

Seorang wakil menteri bukanlah ASN karier yang naik jabatan secara bertahap. Ia adalah jabatan politis, representasi dari kepercayaan yang diberikan langsung oleh Presiden. Prabowo menunjuk Noel untuk membantunya menjalankan amanah rakyat di sektor ketenagakerjaan.

Maka, ketika Noel terjerat kasus pemerasan terhadap buruh, kelompok yang seharusnya ia lindungi, ini bukan hanya pelanggaran hukum. Ini adalah sebuah pengkhianatan berlapis. Pengkhianatan terhadap kepercayaan Presiden, pengkhianatan terhadap amanah jabatannya, dan yang paling menyakitkan, pengkhianatan terhadap rakyat kecil yang menjadi korban pemerasannya.

Reaksi dingin Prabowo bisa jadi cerminan dari kekecewaan mendalam seorang komandan yang melihat salah satu perwiranya justru menodongkan senjata ke arah rakyat yang seharusnya ia jaga.

Pesan Keras untuk Seluruh Kabinet

Jangan salah, pernyataan Prabowo ini gaungnya jauh melampaui kasus Noel. Ini adalah sebuah pesan yang dikirimkan dengan sangat jelas ke seluruh jajaran kabinet dan pejabat tinggi negara. Pesan itu berbunyi.

"Lihat apa yang terjadi pada Noel. Peringatan sudah diberikan. Tidak ada yang kebal hukum di bawah pemerintahan saya. Jika kalian bermain api, kalian akan terbakar, dan saya tidak akan menjadi pemadam kebakarannya."

Ini adalah cara Prabowo menarik garis batas yang tegas. Ia secara terbuka menunjukkan bahwa loyalitas personal tidak akan pernah bisa mengalahkan integritas dan loyalitas kepada negara. Siapapun yang melanggar, entah itu kawan lama, relawan setia, atau orang yang ia angkat sendiri, akan menghadapi konsekuensi yang sama.

Secara paradoks, peristiwa yang memalukan ini justru menjadi panggung bagi Prabowo untuk membuktikan sumpahnya dalam memberantas korupsi. Ia menunjukkan bahwa slogan "pemerintahan bersih" bukan hanya retorika kampanye, melainkan sebuah prinsip yang akan ia tegakkan tanpa pandang bulu.

Garis di atas pasir itu kini telah ditarik dengan sangat jelas. Bagi para pejabat yang masih ingin mencoba peruntungannya dengan korupsi, peringatan dari Sang Presiden sudah lebih dari cukup. Jangan sampai KPK yang memberikan peringatan terakhir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun