Ada kabar baik yang seharusnya membuat dada setiap pencinta sepak bola Indonesia membuncah bangga. Lalu, ada sebuah cuitan singkat, hanya tujuh kata dalam bahasa Inggris, yang dalam sekejap mengubah pesta perayaan menjadi medan pertempuran kata-kata.
Kabar baik dari Bek andalan sekaligus kapten kita, Jay Idzes, resmi terbang ke kasta tertinggi Liga Italia, Serie A. Kabar yang membuat dahi berkerut, Akun resmi Timnas Indonesia merasa perlu untuk "menitipkan" sang kapten ke klub barunya, seolah ia adalah anak yang baru pertama kali merantau. Dan dari situlah, kotak pandora hujatan pun terbuka lebar.
Cuitan 'titip' Jay Idzes ke Sassuolo picu hujatan pada PSSI. Netizen anggap tak profesional & ungkit luka lama soal Romeny serta pemecatan Shin Tae-yong. - Tiyarman Gulo
Lompatan Raksasa Bernama Sassuolo
Mari kita mulai dari kebanggaannya terlebih dahulu. Pada Sabtu, 9 Agustus, Jay Idzes resmi meninggalkan Venezia dan menandatangani kontrak dengan Sassuolo, sebuah klub yang punya reputasi mentereng di Italia. Ini bukan transfer biasa. Sassuolo, tim yang pernah menjadi papan luncur bagi pelatih jenius Roberto De Zerbi, rela merogoh kocek hingga 11 juta (sekitar Rp 192 miliar) untuk memboyong Idzes bersama rekannya, Fali Cande.
Angka itu bahkan bisa bertambah 1 juta jika Sassuolo berhasil bertahan di Serie A musim 2025/26. Ini adalah sebuah pernyataan. Seorang pemain berpaspor Indonesia kini dihargai setinggi itu di salah satu liga terbaik dunia. Seharusnya, ini menjadi momen persatuan, momen di mana kita semua menepuk dada. Tapi, internet punya agenda lain.
"Tolong Jaga Kapten Kami," Sebuah Cuitan Polos yang Salah Alamat
Di tengah euforia itu, akun media sosial X (dulu Twitter) milik Timnas Indonesia ikut merayakannya dengan sebuah komentar di pengumuman resmi Sassuolo. Komentar itu berbunyi "Please take good care of our captain." (Tolong jaga kapten kami baik-baik).
Sekilas, kalimat itu terdengar tulus. Sebuah pesan hangat dari "rumah" untuk pemain kesayangannya. Namun, bagi para suporter sepak bola Indonesia yang kini semakin kritis, kalimat itu terdengar seperti sebuah keluhan manja yang tidak pada tempatnya.
Konten kreator sepak bola, Bung Teti, menjadi salah satu yang pertama kali menyuarakannya dengan nada sinis.Â
"Cuma tanya ya, emang federasi sepak bola negara lain ada yang seperti ini?" cuitnya.
Pertanyaan itu menjadi percikan bensin. Tak butuh waktu lama, kolom komentar pun dibanjiri sindiran dari para netizen yang tampaknya sudah lama memendam amarah. Cuitan "titip" itu menjadi pintu gerbang bagi mereka untuk menumpahkan segala unek-unek terhadap PSSI.
Tiga Luka Lama yang Kembali Menganga
Hujatan yang datang bukanlah serangan membabi buta. Ada pola yang jelas, ada tiga "dosa" besar PSSI di mata publik yang kembali diungkit, dipicu oleh satu kalimat sederhana.
1. Sindiran Profesionalisme "Memangnya Timnas Turki Bilang Begitu ke Real Madrid?"
Kritik pertama menyasar citra dan profesionalisme. Netizen dengan cerdas membandingkannya dengan kasus lain.Â