"Kami tahu dia pemain yang spesial," ujar Pep dengan nada tenang, seolah membicarakan fakta alam yang tak terbantahkan.Â
"Ketika masuk ke kotak penalti, dia suka melakukan itu. Orang-orang di Italia tentu sudah mengenalnya dengan sangat baik. Hari ini dia mencetak dua gol dan bermain fantastis."
Pernyataan Pep ini lebih dari sekadar pujian basa-basi. Itu adalah sebuah stempel pengakuan. Guardiola adalah seorang manajer yang terobsesi dengan kecerdasan taktikal, dan dalam diri Tijjani, ia menemukan kanvas yang sempurna. Kemampuan Tijjani untuk "tahu kapan harus menyerang" dan "masuk ke kotak penalti" adalah cerminan dari peran gelandang modern yang didambakan Pep, seorang pemain yang bisa menjadi metronom di lini tengah sekaligus menjadi ancaman mematikan di pertahanan lawan, mirip seperti peran yang pernah diemban Ilkay Gndoan dengan begitu sempurna.
Pep tidak terkejut, karena ia tahu betul apa yang ia beli. Ia tidak sekadar membeli pemain bagus, ia membeli otak sepak bola.
Jejak Sang Maestro, Harga Mahal untuk Kualitas yang Terbukti
Untuk memahami mengapa Manchester City rela merogoh kocek hingga 55 juta euro, kita perlu memutar waktu sejenak, kembali ke panggung glamor Serie A Italia. Di sana, bersama AC Milan, nama Tijjani Reijnders telah lebih dulu bersinar terang.
Ia adalah kunci, dinamo tak tergantikan di lini tengah yang mengantarkan Rossoneri merengkuh gelar juara Liga Italia Serie A musim 2024-2025. Bukan hanya trofi tim, pengakuan individu pun diraihnya saat ia dinobatkan sebagai Gelandang Terbaik Serie A. Di liga yang dikenal dengan seni bertahan dan kecerdasan taktisnya, Tijjani berhasil menjadi yang terbaik.
Maka, angka 55 juta euro itu bukanlah sebuah pertaruhan. Itu adalah investasi. City tidak berjudi pada potensi, mereka membayar harga premium untuk kualitas yang sudah teruji dan terbukti di level tertinggi. Mereka membeli seorang juara, seorang pemimpin lini tengah, dan seorang pemain yang berada di puncak permainannya.
Gema Nusantara di Panggung Premier League
Di balik semua statistik dan harga transfer yang fantastis, ada satu sisi dari Tijjani Reijnders yang membuatnya terasa begitu dekat bagi publik Indonesia. Darah Maluku yang mengalir di tubuhnya, dari sang ibu, membuatnya menjadi salah satu "putra bangsa" yang berhasil menjejakkan kaki di puncak sepak bola dunia.
Setiap kali ia mengontrol bola, setiap kali namanya disebut oleh komentator, ada rasa bangga yang menjalar di hati para penggemar sepak bola di tanah air. Ia adalah kakak dari Eliano Reijnders, yang juga meniti karier sebagai pesepakbola profesional, sebuah bukti bahwa gen sepak bola mengalir deras di keluarga mereka.
"Bermain di Premier League juga merupakan mimpi yang menjadi kenyataan," kata Tijjani dalam salah satu wawancaranya.Â
"Di liga ini, saya telah menyaksikan banyak pemain Belanda terbaik tampil selama bertahun-tahun dan menjadi inspirasi saya untuk mengikuti jejak mereka."