Status Bintang. Ia akan diproyeksikan sebagai salah satu wajah baru liga, bebas dari tekanan media Eropa yang sering kali kejam.
Bagi pemain yang baru saja merangkak dari titik terendah kariernya, tawaran ini seharusnya menjadi jalan keluar yang sempurna. Sebuah jalan tol menuju stabilitas finansial dan ketenangan.
Penolakan Mengejutkan yang Bernama Ambisi
Namun, asa Ronaldo untuk bereuni harus bertepuk sebelah tangan. Jawaban Greenwood, menurut sumber yang sama, adalah "tidak". Sebuah kata singkat yang mengandung makna begitu dalam. Greenwood dikabarkan tidak tertarik pindah ke Timur Tengah. Hatinya, pikirannya, dan ambisinya masih tertambat kuat di Eropa.
Mengapa? Keputusan ini adalah sebuah deklarasi. Greenwood tidak hanya ingin bermain sepak bola; ia ingin menebus namanya di panggung terbesar. Ia tahu bahwa pengakuan sejati, trofi paling bergengsi (Liga Champions, liga top Eropa), dan pembuktian mutlak atas talentanya hanya bisa diraih di benua biru. Pindah ke Arab Saudi mungkin akan membuatnya kaya raya, tapi bisa jadi akan mengubur mimpinya untuk membuktikan bahwa semua orang yang pernah meragukannya salah.
Ia ingin menghadapi tantangan terberat, melawan bek-bek terbaik dunia, dan mengangkat trofi yang paling berarti. Ini adalah api penebusan yang membara lebih panas daripada godaan uang. Dengan kontraknya di Marseille yang masih panjang hingga 2029, ia memegang kendali atas takdirnya dan memilih jalan yang lebih terjal namun lebih memuaskan secara pribadi.
Tsunami Finansial yang Ditolak Greenwood
Untuk benar-benar memahami skala keputusan Greenwood, kita perlu melihat lanskap sepak bola saat ini. Liga Arab Saudi bukan lagi sekadar liga pensiunan. Mereka punya ambisi gila. Menjadi salah satu dari lima liga top dunia.
Tren ini dimulai oleh Ronaldo. Kepindahannya ke Al Nassr membuka gerbang bendungan. Para bintang top Eropa pun menyusul. Karim Benzema, Sadio Man, N'Golo Kant, Roberto Firmino. Mereka semua tergoda oleh magnet finansial yang tak tertandingi.
Seberapa gila kekuatan uang mereka? Lihat saja rumor terbaru yang mengincar Vinicius Junior dari Real Madrid. Kabarnya, sebuah klub Arab Saudi siap menebusnya dengan mahar 300 juta euro (sekitar Rp 5,7 triliun!), menjadikannya pemain termahal sepanjang sejarah, mengalahkan rekor Neymar. Tidak hanya itu, Vini Jr. juga diiming-imingi gaji 200 juta euro per musim.
Inilah jenis kekuatan finansial yang sedang ditolak oleh Mason Greenwood. Ia sadar betul bahwa tawaran dari Al Nassr, meski mungkin tidak sebesar untuk Vini Jr., tetaplah sebuah angka yang bisa mengamankan hidup tujuh turunannya. Namun, ia memilih untuk berkata tidak.
Di Persimpangan Antara Warisan dan Kekayaan
Kisah Mason Greenwood kini menjadi sebuah cermin bagi dilema sepak bola modern. Di satu sisi, ada jalan pintas menuju kekayaan tak terhingga di liga yang sedang membangun citranya. Di sisi lain, ada jalan berbatu penuh tantangan di Eropa, yang menjanjikan sebuah warisan abadi dan penebusan sejati.
Penolakannya terhadap rayuan Ronaldo dan Al Nassr adalah pertaruhan besar pada dirinya sendiri. Ia bertaruh bahwa talentanya cukup untuk membawanya kembali ke puncak tertinggi sepak bola Eropa. Apakah ini keputusan yang naif atau justru sebuah langkah jenius dari seorang pemuda yang telah belajar dari kesalahan masa lalunya?