Di dunia hiburan Indonesia, nama Ruben Onsu identik dengan tawa, keramahan, dan kebaikan hati. Ia adalah sosok yang seringkali memilih untuk mengalah, memaafkan, dan meredam konflik. Namun, pada Kamis, 31 Juli 2025, publik melihat sisi lain dari seorang Ruben Onsu. Sisi seorang ayah yang benteng kesabarannya telah runtuh.
"Kalau maaf, Allah Maha pemaaf, semuanya kita maafkan. Tetapi kalau untuk anak, kali ini saya lanjut."
Kalimat itu, yang diucapkannya dengan nada tegas, bukan sekadar pernyataan. Itu adalah sebuah deklarasi. Sebuah garis pemisah yang tebal antara Ruben Onsu sebagai pribadi pemaaf dan Ruben Onsu sebagai ayah yang tak kenal kompromi. Hari itu, tawa khasnya mereda, digantikan oleh keseriusan yang membekukan. Sinyal perang terhadap pelaku fitnah dan perundungan terhadap anaknya telah resmi dibunyikan.
Ruben Onsu polisikan akun TikTok pemfitnah anaknya. Ia menolak memberi maaf dan memilih lanjut proses hukum, menegaskan ini demi melindungi sang anak. - Tiyarman Gulo
Garis Merah Itu Bernama Anak
Setiap orang punya batas. Bagi seorang Ruben Onsu, batas itu, garis merah yang tak boleh secuil pun disentuh, adalah anak-anaknya. Selama bertahun-tahun, ia mungkin sudah kenyang dengan gosip dan serangan yang menimpa dirinya. Tapi ketika panah fitnah itu diarahkan pada buah hatinya, ceritanya berubah total.
Semua ini bermula dari sebuah akun TikTok bernama Vina Run. Akun ini, menurut kuasa hukum Ruben, Minola Sebayang, telah menjadi sumber racun digital. "Akun tersebut telah mengunggah, mentransmisikan satu informasi yang tidak benar, mengandung unsur pencemaran nama baik, fitnah, kebohongan, 'bullying' kepada anak di bawah umur," jelas Minola.
Fitnah yang disebarkan bukan hanya sekadar gosip tak berdasar, melainkan sebuah serangan keji yang berpotensi melukai psikologis seorang anak. Di sinilah Ruben memutuskan, cukup sudah.
Pintu Maaf yang Ditutup dari Luar
Sebelum mengambil langkah hukum yang drastis, Ruben sebenarnya masih menunjukkan sisi pemaafnya. Melalui timnya, ia memberikan kesempatan. Sebuah jalan damai ditawarkan: akui kesalahan, minta maaf, dan hapus konten beracun itu. Ini adalah sebuah itikad baik, sebuah peluang bagi pelaku untuk mundur sebelum terjerumus lebih dalam.
Namun, kesempatan emas itu justru disambut dengan arogansi. Alih-alih berhenti, akun Vina Run malah semakin menjadi-jadi. Mereka menambah konten fitnah baru, seolah menantang dan meremehkan peringatan yang diberikan.
"Jadi ini dia berarti merasa apa yang dia lakukan tidak salah, tidak ada kesadaran," ucap Minola Sebayang, menyimpulkan sikap sang pelaku.
Sikap inilah yang menjadi paku terakhir di peti mati kesabaran Ruben. Pintu maaf itu tidak ia tutup, melainkan ditutup sendiri oleh sang pelaku dari luar.
Saat Peran Ayah Mengalahkan Segalanya
Mari kita kembali pada kalimat sakral Ruben: "Untuk anak, kali ini saya lanjut."