Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gegap Gempita Hari Pertama Sekolah

8 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 7 Juli 2025   18:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah pertanyaan abadi yang membelah para orang tua. Tim "Lepas Saja Biar Mandiri" versus Tim "Dampingi untuk Dukungan Moral". Mana yang benar?

Jawabannya Tidak ada yang salah. Semuanya tergantung pada anak dan situasinya.

Mengantar anak, terutama di hari-hari pertama jenjang baru (khususnya TK atau SD kelas 1), bukanlah tanda anak manja atau orang tua posesif. Itu adalah sinyal dukungan. Kehadiran kita di gerbang sekolah seolah berkata, "Aku di sini. Kamu aman. Setelah ini, kamu boleh mulai petualanganmu."

Bagi sebagian orang tua, mengantar anak di hari pertama juga merupakan ritual personal. Momen untuk merekam jejak pertumbuhan si kecil, mengenang kembali saat pertama kali mengantarnya ke playgroup, dan menyadari betapa cepatnya waktu berlalu. Momen haru ini adalah hak setiap orang tua.

Namun, perhatikan juga sinyal dari anak. Ketika anak sudah menginjak kelas yang lebih tinggi (misalnya kelas 4 SD ke atas) dan ia menunjukkan rasa percaya diri (atau bahkan sedikit malu jika terus diantar), mungkin inilah saatnya kita mulai memberinya kepercayaan. Kita bisa mengantarnya sampai gerbang, memberinya pelukan, lalu membiarkannya berjalan sendiri dengan punggung tegap. Itulah kemenangan kecil bagi kemandiriannya.

Di Balik Pintu Kelas

Saat kita cemas di luar, para guru di dalam sedang melakoni peran mereka sebagai sutradara, manajer acara, sekaligus psikolog dadakan. Persiapan mereka menyambut hari pertama masuk sekolah sama rumitnya.

Mereka tidak hanya datang dan mengajar. Beberapa hari sebelumnya, mereka sudah sibuk.

  • Menata "Panggung". Menghias ruang kelas agar terasa ramah dan menyenangkan. Menempel nama-nama siswa di meja agar tidak ada yang merasa tersesat.

  • Merancang "Ice Breaking". Menyiapkan permainan-permainan seru untuk memecah kebekuan. Tujuannya satu: membuat anak-anak tertawa bersama, karena tawa adalah cara tercepat untuk membangun ikatan.

  • Mempelajari "Naskah". Membaca daftar nama siswa, mencoba menghafal wajah-wajah baru, dan mempersiapkan kalimat sapaan pertama yang hangat.

Para guru adalah garda terdepan dalam menyambut anak-anak kita. Kepercayaan dari orang tua adalah bahan bakar terbaik bagi mereka.

Tantangan Ekstra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun