Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... SEO Specialist

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Haji: Dari Peluh Pengorbanan Sampai Haru di Tanah Suci

14 Mei 2025   23:23 Diperbarui: 14 Mei 2025   22:35 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Haji: Dari Peluh Pengorbanan Sampai Haru di Tanah Suci | Detik

Diary - Tahun ini, ada satu rumah di ujung gang yang mendadak lebih ramai dari biasanya. Di depan rumahnya, berjejer sandal dan sepatu, suara tawa bercampur haru terdengar dari balik pintu. Bukan karena lebaran, bukan pula karena hajatan. Tapi karena salah satu dari mereka, akhirnya jadi tamu Allah. Setelah bertahun-tahun menabung, menyisihkan sedikit demi sedikit dari penghasilan yang pas-pasan, hari itu, dia mengenakan pakaian ihram, berangkat ke Tanah Suci. Air mata pun tak terbendung.

Cerita seperti itu bukan cuma satu. Sejak kelompok terbang (kloter) 1 hingga 158 diberangkatkan pada Selasa, 13 Mei 2025, sudah lebih dari 61.000 jemaah Indonesia yang telah menuju Makkah. Dan jumlah itu akan terus bertambah hingga puncak haji nanti pada Juni 2025. Tapi lebih dari sekadar angka, masing-masing dari mereka membawa cerita, tentang perjuangan, harapan, dan cinta yang membuncah kepada Tuhan.

Cerita haji menginspirasi banyak orang, menunjukkan perjuangan, kesabaran, dan keikhlasan dalam meraih impian spiritual menuju Tanah Suci. - Tiyarman Gulo

Haji, Mimpi yang Dikejar Bertahun-Tahun

Bagi umat Islam, menunaikan ibadah haji adalah impian yang dibisikkan sejak kecil. Bahkan ketika kondisi ekonomi belum memungkinkan, banyak yang sudah mulai menabung, sekecil apa pun itu. Karena kita tahu, daftar tunggunya panjang, bisa belasan hingga puluhan tahun. Maka, saat ada kabar bahwa seseorang akhirnya "berangkat," bukan hanya dia yang menangis bahagia, tapi juga keluarga, tetangga, dan kadang satu kampung ikut larut dalam rasa haru.

Cerita yang Menghidupkan Hati

Salah satu kisah paling menyentuh tahun ini datang dari Askar Simbolon (75) dan istrinya Asniar Pasaribu (69), pasangan pedagang kecil dari Sibolga. Mereka bukan orang kaya. Bahkan untuk makan saja kadang harus berhemat. Tapi ada satu hal yang tak pernah mereka tinggalkan, menabung untuk haji. Butuh puluhan tahun, dengan bantuan anak-anak dan tetangga, akhirnya tahun ini mereka bisa jadi tamu Allah.

Cerita lain datang dari abad lampau, tentang Abdullah bin Mubarak, seorang ulama sufi terkenal. Dalam perjalanannya menuju haji, ia bertemu seorang wanita miskin yang memakan bangkai karena kelaparan. Tersentuh oleh penderitaan itu, Abdullah membatalkan hajinya dan memberikan seluruh bekalnya kepada wanita tersebut. Ia pun kembali ke rumah. Namun dalam mimpinya, ia diberi tahu bahwa Allah telah menerima niatnya, dan mengutus malaikat untuk berhaji atas namanya. MasyaAllah.

Menabung Haji

Banyak dari kita bertanya, gimana sih caranya menabung haji di tengah kebutuhan hidup yang terus meningkat? Jawabannya sederhana, seadanya dan semampunya, tapi jangan berhenti.

Ada yang menyisihkan Rp10 ribu per hari dari hasil jualan gorengan. Ada ibu rumah tangga yang menyimpan koin sisa belanja ke dalam kaleng susu. Ada pula driver ojek online yang menyisihkan bonus mingguan untuk disetor ke tabungan haji. Gak perlu langsung besar. Yang penting konsisten. Karena niat yang kuat bisa mengalahkan segala keterbatasan.

Haji, Lebih dari Sekadar Ibadah

Bagi mereka yang sudah berangkat, pengalaman haji bukan sekadar menjalankan rukun Islam kelima. Tapi juga proses pembersihan jiwa, seperti sabda Rasulullah SAW bahwa "Haji yang mabrur, tiada balasan baginya selain surga."

Di sana, jutaan manusia dari seluruh dunia datang dengan pakaian yang sama, doa yang sama, dan air mata yang sama. Tak ada perbedaan pangkat atau jabatan. Yang ada hanyalah kesadaran, bahwa kita semua hanya hamba, dan Tuhanlah yang Maha Segalanya.

Haji juga mengajarkan kesabaran, empati, dan solidaritas. Saat harus antre toilet, jalan kaki berjam-jam, atau saling bantu jamaah lain yang kesusahan. Semua itu melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Refleksi Pribadi

Bagi kamu yang belum punya kesempatan, cerita-cerita ini jadi pengingat bahwa jalan menuju Tanah Suci dimulai dari niat dan usaha. Mungkin sekarang masih menabung, masih menunggu antrean, atau bahkan baru mimpi saja. Tapi yakinlah, Allah Maha Melihat usaha setiap hambanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun