Mohon tunggu...
Tivani BrGinting
Tivani BrGinting Mohon Tunggu... Mahasiswa - People Humble

TivaniGinting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan di Indonesia dan Implementasi THK dalam Kepemimpinan

27 Mei 2021   21:04 Diperbarui: 27 Mei 2021   21:05 4039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan di Indonesia  dan Implementasi  THK dalam Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pengaruh gaya kepemimpinan akan berdampak pada kinerja bawahan. Dalam memotivasi kinerja dari perusahaan atau organisasi sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin. Dalam budaya bali kepemimpinan hindu dikenal dengan ajaran atau konsep Asta Brata. Asta Brata adalah contoh kepemimpinan hindu yang terdapat dalam Itihasa Ramayana. Asta Brata yaitu delapan tipe kepemimpinan yang merupakan delapan sifat kemahakuasaan Tuhan. Ajaran ini diberikan Sri Rama kepada Wibhisana sebagai raja Alengka Pura menggantikan kakaknya Rahwana. Dalam konsep Asta Brata ada delapan ajaran kepemimpinan hindu yang perlu diterapkan dan dijadikan sebagai pedoman dalam diri seorang pemimpin. Selain konsep Asta Brata, seorang pemimpin juga sangat membutuhkan dasar-dasar dalam menjalankan tugasnya. Dalam ajaran agama Hindu dasar-dasar yang dijadikan pedoman oleh seorang pemimpin adalah Konsep Tri Hita Karana. Dengan menerapkan konsep dari Tri Hita Karana, yaitu Parhyangan, Pawongan, Palemahan, maka seorang pemimpin akan dapat mempertanggungjawabkan (akontabilitas) kinerjanya serta dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis dan seimbang pada tiga komponen yang ada sehingga akan memberikan feed back positif kepada lingkungan masyarakat yang dipimpinnya.Pemimpin akan selalu berkorelasi dengan tanggung jawab, sebab tanggung jawab tersebut menjadi domain kuasa terhadap apa yang dipimpinnya. Jika pada suatu saat seorang pemimpin tidak sanggup untuk memainkan atau memerankan tanggung jawab tersebut, maka kredibilitas dari seorang pemimpin akan dipertanyakan. Terlepas dengan hal itu, seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi atas pendirian dan komitmen serta tanggung jawab dengan tugas yang di embannya. Hal yang lumrah apabila seorang pemimpin mendapat cibiran atas kinerjanya. Namun seberapa keras cibiran tersebut, pemimpin harus pintar dalam mengatur strategi tersebut untuk bisa dijadikan bahan evaluasi dalam memperbaiki kinerjanya menjadi lebih baik. Pada dasarnya etika memberitahu apakah suatu tindakan tersebut bermoral dan dapat terkait dengan prinsip-prinsip yang paling mendasar dalam hubungan antar manusia.Etika dapat mengantarkan seseorang untuk mampu bersikap rasional, kritis dan sadar untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan keyakinan penuh serta mempertanggungjawabkan pilihan dari tindakannya tersebut. Diera globalisasi saat ini, etika merupakan sebuah unsur penting yang sangat dibutuhkan sebagai acuan dalam melakukan aktivitas bisnis baik itu dari sisi ekonomi atau keuangan, social, budaya, politik, dan sebagainya. Selain itu etika juga merupakan suatu pedoman dan menjadi landasan moral bagi seorang pemimpin. Asta Brata adalah contoh kepemimpinan hindu yang terdapat dalam Itihasa Ramayana. Asta Brata yaitu delapan tipe kepemimpinan yang merupakan delapan sifat kemahakuasaan Tuhan. Ajaran ini diberikan Sri Rama kepada Wibhisana sebagai raja Alengka Pura menggantikan kakaknya Rahwana. Dalam konsep Asta Brata ada delapan ajaran kepemimpinan hindu yang perlu diterapkan dan dijadikan sebagai pedoman dalam diri seorang pemimpin, yakni terdiri dari:

1. Indra Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya mengikuti sifat-sifat dewa indra sebagai dewa pemberi hujan atau dikenal dengan memberi kesejahteraan kepada rakyat.
2. Yama Brata yang artinya seorang pemimpin mengikuti sifat-sifat Dewa Yama yaitu menciptakan hokum, menegakkan hukum dan memberikan hukuman secara adil kepada setiap orang yang bersalah
3.Surya Brata yang artinya seorang pemimpin dapat memberikan penerangan secara adil dan merata kepada seluruh rahyat yang dipimpinnya serta selalu berbuat berhati-hati seperti matahari sangat berhati-hati dalam menyerap air.
4.Candra Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya selalu memperlihatkan wajah yang tenang dan berseri-seri sehingga masyarakat yang dipimpinnya merasa yakin akan kebesaran jiwa dari pemimpinnya.
5.Bayu Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya selalu dapat mengetahui dan menyelidiki keadaan serta kehendak yang sebenarnya terutama keadaan masyarakat yang hidupnya paling menderita.
6. Kuwera Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya harus bijaksana dalam menggunakan dana atau uang serta selalu ada hasrat untuk mensejahterakan masyarakat dan tidak menjadi pemboros yang akhirnya dapat merugikan negara dan masyarakat.
7.Baruna Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya dapat memberantas segala jenis penyakit yang berkembang di masyarakat, seperti pengangguran, kenakalan remaja, pencurian, dan pengacau keamanan negara.
8. Agni Brata yang artinya seorang pemimpin hendaknya harus memiliki sifat-sifat selalu dapat memotivasi tumbuhnya sifat ksatria dan semangat yang berkobar dalam menundukkan musuh-musuhnya.
Di Bali, kepemimpinan juga disebut sebagai suatu seni dan teknik dalam rangka meyakinkan dan menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan tertentu ataupun tujuan bersama . Sebagaimana tujuan hidup menurut konsep hindu adalah yaitu Moksartham Jagad Hita, maka kepemimpinan hindu bertujuan untuk mengantarkan kelompok, masyarakat atau Negara yang dipimpinnya mencapai keadaan bahagia lahir dan bathin. Untuk mendukung hal ini diperlukan interaksi yang baik antara seorang pemimpin dengan Tuhan, pemimpin dengan manusia dan pemimpin dengan alam atau lingkungan. Konsep Tri Hita Karana merupakan suatu konsep atau ajaran dalam agama hindu yang menekankan pada bagaimana antara sesama bisa hidup secara damai dan rukun. Tri Hita Karana diartikan sebagai tiga penyebab kesejahteraan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara lain yaitu:

1. Manusia dengan Tuhan(Parhyangan)
2. Manusia dengan alam lingkungannya (Palemahan)
3. Manusia dengan sesamanya (Pawongan)

Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan di bali saat ini, konsep Asta Brata dan Tri Hita Karana sebagai dasar etika kepemimpinan sangat diperlukan untuk menjadi landasan bagi jiwa seorang pemimpin.Seorang pemimpin hindu di Indonesia kita kenal dengan istilah Ratu atau Datu, Sang Wibhu, Murdaning Jagad yang pada dasarnya memiliki arti yang sama dengan seorang pemimpin, namun ada beberapa perbedaan secara termonologis. Dalam kitab suci Veda menegaskan bahwa asal usul seorang pemimpin yang secara jelas menyatakan bahwa seorang pemimpin berasal dari warga negara atau rakyat. Dimana seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi (Kuwera) pada ajaran Asta Bratayaitu teguh, menjadi landasan pijak dan memberi kehidupan (kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu dicangkul dan digali, namun bumi tetap iklas dan rela. Begitu pula dengan seorang pemimpin yang rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan rakyatnya. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap welas asih seperti sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yang lain adalah air tuba dibalas dengan air susu. Keburukan selalu dibalas dengan kebaikan dan keluhuran. Pada konsep Asta Brata pada bagian Kuwera Brata ini yang dimana seorang pemimpin berfokus pada rasa kepercayaan masyarakat yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin. Dalam Kuwera Brata, seorang pemimpin diajarkanuntuk memiliki etika dan moral yang baik dengan menunjukkan sikap-sikap yang bijaksana dalam hal penggunaan dana atau uang, serta selalu adanya suatu keinginan untuk mensejahterakan masyarakat sehingga tidak menjadi sosok pemimpin yang boros yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat. Namun, belakangan ini sering terdengar dan terlihat kasus-kasus tergolong tidak etis yang dilakukan oleh pemimpin bali yang notabene akan menjadi sorotan dalam etika kepemimpinan hindu di Bali. Terjadinya kasus-kasus seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sangat merugikan masyarakat pada umumnya.Menggunakan dana untuk kepentingan pribadi yang seharusnya dipergunakan untuk pemerataan ekonomi oleh masyarakat. Hal ini berdampak buruk sehingga dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang dapat merugikan masyarakat dan Negara.Keberanian, keadilan dan bijaksana adalah sifat yang sudah seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin senantiasa memberikan kesegaran dan selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa dan meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil, berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan. Jika ditolak ia tidak marah dan jika ditarik ia tidak membenci. Seorang pemimpin harus berjiwa teliti dimana saja berada. Baik buruknya rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Seorang pemimpin dalam agama Hindu dengan memiliki sifat mulia dari api atau agni, yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap nasionalisme. Dalam etika kepemimpinan hindu di Bali, dikenal dengan istilah air. Kaitannya dengan konsep Asta Brata pada ajaran ini disebut dengan Baruna Brata. Dimana baruna berarti samudra yang luas. Sebuah samudra memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak dengan baik. Samudra merupakan wadah air yang memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Seperti air yang diciduk dan diambil tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang siap menampung siapa saja yang hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa yang mendukung pluralisme dalam hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk. Dengan pemimpin yang bersinergi dengan sifat air, maka tugas, tanggung jawab serta peran dari seorang pemimpin akan jelas terlihat.Seorang yang dipercaya menjadi pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam segala tindakannya dapat membawa kesejukan dan kewibawaan yang seperti bintang. Maknaya,seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah, berusaha menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat hati dan tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil seperti air, yang jika diseduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan yang ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran.Etika seorang pemimpin dalam konsep Asta Braya dibalut dengan sifat dan sikap yang mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kebodohan dengan wajah yang penuh kesejukan seperti rembulan (candra), penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram dan hidup dengan nyaman. Sifat seorang pemimpin seperti rembulan yang bersifat halus budinya, menebarkan keindahan pada seisi alam dan terang perangi.Pemimpin merupakan fungsi keberanian dan kebijaksanaan, sebagai tokoh, bagaikan api menerangi dan mencintai antar sesama manusia, bersikap dermawan bagi rakyatnya dalam suka maupun duka, dan tidak membenci siapapun serta melayani kebutuhan manusia. Keberhasilan seorang pemimpin pada hakekatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian seorang pemimpin yang terlihat dari orientasi yaitu pada tingkat pencapaian visi, misi, pendanaan, kemampuan adaptasi, serta pengembangan program-program dan bagaimana pembinaan terhadap organisasi dibawahnya dengan memperhatikan kepuasan bawahan, motivasi dan semangat dalam meningkatkan disiplin kerja. Dengan demikian mengevaluasi keberhasilan kepemimpinan dari seorang pemimpin dapat dinilai secara objektif dan supjektif dalam kesuksesan dari seorang pemimpin untuk meningkatkan kedisiplinan kerja pada bawahannyabawahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun