Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Takut Bicara Seks

25 Februari 2020   14:46 Diperbarui: 25 Februari 2020   14:49 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara biologis, seorang wanita baru boleh menggunakan organ reproduksinya jika sudah berada di usia di atas 18 tahun, karena jika dilakukan sebelum usia tersebut maka mulut rahimnya belum siap untuk menerima hubungan seksual.  Hal ini juga bisa menimbulkan trauma psikis bagi wanita.  Kalau terlalu dini, jaringan-jaringan di sekitar daerah kewanitaan itu belum siap secara utuh untuk menerima rangsangan seksual.  Trauma psikis juga rentan terjadi bagi para remaja yang hamil di usia sangat muda.  Kondisi ini konon juga bisa mengakibatkan terjadinya penyakit darah tinggi dan keguguran pada janin.

Secara psikologis, menikah pada saat usia belum matang, akan menimbulkan masalah-masalah di masa yang akan datang yang disebabkan oleh: pemikiran yang belum matang, tidak mandiri, yang pada akhirnya di samping akan merepotkann orang tua, juga akan menghasilkan generasi baru yang kurang berkualitas, karena mereka tidak mempunyai persiapan yang baik dalam mendidik dan merawat anak-anaknya. 

Di sisi lain, terpaan adegan seks, terhadap anak-anak di usia yang berusia masih sangat muda, akan menimbulkan pengalaman yang membekas hingga masa dewasanya.  Melekat tidaknya pengalaman tersebut, tergantung dari bagaimana mentalitas anak tersebut dalam menerima terpaan pengalaman traumatis.  

Namun, khusus terhadap terpaan adegan seks, yang merupakan naluri paling primitive dari mahluk hidup apapun spesiesnya, ada yang berpendapat bahwa pengalaman tersebut bersifat umum dan hampir sama akibatnya, sehingga ada yang mengatakan, dalan hal urusan seks setiap orang agamanya sama.  Sebagai contoh, jika ada berita tentang pemerkosaan, atau prostitusi, besar kemungkinan para pembaca pria akan segera membacanya sampai tuntas, dengan penuh antusias, sambil tersengal-sengal.  

Para wanita dewasa pun, juga tak mau kalah, jika mereka sedang berkumpul, dan sudah jenuh bergosip, maka sebagai penutup perbincangan lazimnya mereka tukar cerita tentang pengalaman seks sambil tertawa cekikikan.  Mereka beralasan pengalaman tersebut lucu, padahal sebetulnya bisa saja justru menggairahkan.

Jadi untuk mentabukan seks terhadap anak, dengan alasan menjijikan, melanggar agama atau memalukan sesungguhnya agak kurang tepat, karena anak-anak memiliki nalurinya sendiri untuk mengetahui insting alamiah tersebut, yang diberikan oleh pencipta kepada seluruh mahluk hidup.  Yang perlu orang tua tekankan, atau garis bawahi dalam masalah seks, adalah mengenai akibat yang mengerikan jika perbuatan seks tersebut dilakukan pada usia yang belum siap, baik secara fisik maupun psikis.  


Pengenalan secara dini, akibat perbuatan seks, dapat kita tunjukkan dengan mengambil contoh hewan-hewan yang mentelantarkan anaknya.  Misalnya anak kucing yang kehilangan induknya, atau anak kucing yang kurus kering karena dilahirkan serentak dengan lima ekor saudaranya.  Si induk kucing sampai kurus saking capeknya menyusui kelima anak kucing yang rakus bukan kepalang.  Menginjak remaja, cukuplah si anak diceritakan tentang anak-anak terlantar akibat dari pernikahan dini yang orang tuanya belum memiliki pekerjaan tetap.  Atau remaja yang terpaksa putus sekolah, akibat menikah terlalu dini yang pada akhirnya berujung kepada perceraian dan melanjutkan hidup dengan kualitas seadanya. 

Mengenai penyakit akibat hubungan seksual, atau teknik dan metode beerhubungan yang berkualitas, biarlah para anak yang sudah menginjak remaja tersebut belajar sendiri, sebab dengan berbekal pendidikan seks di usia dini, anak-anak yang memiliki rasa ingin tahu tentunya akan memuaskan rasa ingin tahunya tersebut dengan mencari informasi sendiri.  Yang pasti, janganlah mentabukan pendidikan seks, namun akan lebih baik jika kita menekankan kepada mereka, akibat dari perbuatan seks yang dilakukan pada waktu yang belum saatnya.

Tangerang, 25 Februari 2020 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun