Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Tidak Berpikir Sendirian

22 Februari 2020   17:17 Diperbarui: 22 Februari 2020   17:23 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dan ternyata, para mahasiswa di kelas mempunyai pikiran yang sama, akibatnya kelas akan kosong melompong dan dirinya akan menjadi dosen paling apes di muka bumi.   Namun demikian, untuk perbuatan positif, silahkan berpikir bahwa hanya kita yang melakukannya, orang lain tidak. Contohnya, jika melihat sampah berserakan, segera bersihkan, kita harus beranggapan bahwa jika bukan kita, maka orang lain tak akan ada yang bersedia membersihkannya.

Pikiran Yang Sama

Pikiran adalah gagasan dan proses mental.

Berpikir memungkinkan seseorang untuk mempresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, keinginan.  Dalam hal mewujudkan apa yang kita pikirkan, alangkah bijaknya jika kita memiliki kunci pengaman, yang membatasi agar kita sadar bahwa di muka bumi ini kita tidak tinggal sebatang kara, melainkan bersama ratusan, ribuan bahkan jutaan umat manusia lain yang bukan mustahil semuanya memiliki pemikiran dan keinginan serupa dengan kita.  Dengan metode tersebut, setidaknya akan meminimalisir jika terbersit dalam pikiran kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

Kemacetan parah yang terjadi di jalan raya, yang tiap hari berulang tanpa ada kejelasan kapan akan berakhir, semata-mata karena banyak pengemudi yang hanya memikirkan kepentingan dirinya, dan berpikir bahwa hanya dirinya yang tidak sabaran dan menyalip atau memotong antrian, sehingga jika dirinya melakukan perbuatan tersebut tak akan berpengaruh besar terhadap lalu lintas.  Namun sayangnya, pikiran demikian menghinggapi nyaris semua pengemudi di tanah air tercinta ini, akibatnya dapat dilihat setiap hari.  Kemacetan terjadi oleh karena, para pengemudi saling salip atau saling memotong antrian serta tak mau memberi kesempatan kepada pengemudi lain. 

Dalam ilmu psikologi komunikasi dijelaskan apa yang dimaksud dengan persepsi dan proyeksi.  Dikatakan bahwa dalam memandang orang lain, seseorang acapkali memiliki persepsi bahwa orang lain  mempunyai perilaku yang  sama atau setidaknya mirip dengan dirinya.  Jadi orang yang jahat, akan beranggapan orang lain pun jahat juga, sama seperti dirinya.  Sementara orang yang baik akan berpikiran semua orang di muka bumi ini sifatnya baik semata.  Itulah sebabnya mengapa orang baik sering tertipu, sementara orang jahat aman-aman saja.

Orang pintar, akan menganggap semua orang pintar, sama seperti dirinya.  Dan orang bodoh, beranggapan semua orang juga sebodoh dirinya.  Itulah pula sebabnya, banyak orang bodoh dengan enteng memaki orang lain bodoh, tanpa merasa bersalah sedikitpun.  Dan orang pintar acapkali tak habis pikir, mengenai kenapa banyak orang yang sulit sekali dikasih pelajaran atau pengertian.

Jadi jika kita bisa memperlakukan orang dengan cara memproyeksikan dengan diri kita, mengapa pula kita tak bisa memperlakukan diri kita dengan memproyeksikan orang lain.

Dengan cara demikian, setidaknya kita bisa mengurangi kejadian-kejadian tak mengenakkan yang disebabkan oleh karena tragedi "pemikiran yang sama", seperti yang terjadi di desa penghasil anggur tersebut di atas.

Tangerang, 22 Februari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun