Mohon tunggu...
titik garis
titik garis Mohon Tunggu... -

Bukan Siapa siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Setelah Pupus "Harapan Baru" Lama, Sekarang bikin "Harapan Baru" yang Baru Lagi

16 Mei 2015   04:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14299253632120549723

Pilpres dan Masa kampanyenya sudah hampir satu tahun berlalu, Sang pemenangpun sudah bekerja bersama kabinetnya.

Mitos kalau masyarakat Indonesia itu pelupa dan pemaaf tidak sepenuhnya salah. Contohnya saat ini sebagian masyarakat sudah lupa apa saja janji-janji kampanye para kandidat, Dan banyak juga yang pemaaf dengan janji yang tidak terealisasi. (Salut begitu baiknya masyarakat Negeri ini :D )

Untuk menyegarkan ingatan kita,  Apa saja yang menjadi “Harapan Baru” masyarakat masa itu sampai menjatuhkan pilihan ke Calon No.2.

Sedikitnya ada 3 Point besar yang menjadi “Harapan Baru” Rakyat memilih Jokowi:

Pertama.

Soal gaya sederhana, merakyat, suka blusukan dan berasal dari rakyat kecil. Isu ini diangkat oleh Jokowi dan team dengan masif, Segmentasinya kelas menengah bawah. Sehingga menjadi “Harapan Baru” Bagi rakyat jika memimipin nanti akan mampu berempaty dengan penderitaan rakyat, Lalu kebijakannya sejalan dengan empatynya membuat kebijakan-kebijakan yang pro rakyat, kebijakan yang tidak menyengsarakan rakyat, Sejalan juga dengan program Nawacita dan Trisakti yang dijanjikan.

Kedua.

Soal ketegasan Jokowi tidak akan bagi-bagi jabatan. Jokowi digambarkan sosok yang berkarakter tegas terhadap partai-partai pengusung. Isu ini menyasar kelas menengah atas yang telah bosan dengan kondisi politik dagang sapi para politikus. Isu ini pun dikemas sangat baik oleh Jokowi dan team, Sehingga menjadi tambahan “Harapan Baru” Bagi  pemilih. Harapannya ketika memimpin Jokowi mampu bersikap tegas dalam mengeluarkan kebijakan, Mampu memilih orang-orang profesional yang menjadi pembantunya.  Tidak tersandera partai-partai pengusung.

Ketiga.

Soal sosialisasi Anies Baswedan tentang “Orang Baik” dan Revolusi Mental. Isu ini sangat berpengaruh bagi kaum muda, dan lagi-lagi Jokowi dan team mampu memanfaatkan situasi dengan mengemas isu ini menjadi “Harapan Baru” ++ bagi calon pemilihnya. Sebenarnya sosialisasi anies ini cukup ekstrem soal “Orang Baik” , Karena ukuran orang baik itu sangat relatif. Disitu digambarkan orang baik harus memilih orang baik. Harapannya jika orang baik memimpin dia akan menularkan kebaikan untuk orang-orang sekitarnya. Berharap jika Jokowi memimpin beliau akan memilih orang-orang baik menjadi, Kapolri, Wakapolri, Menteri-menteri, Jaksa Agung dan pembantu-pembantu lainnya.

Kemudian sejalan dengan itu, Orang baik itu diharapakan mampu memimpin semangat Revolusi Mental, Dimulai dengan kebijakan anti korupsi dan memperkuat lembaga anti korupsi. Karena korupsi telah menggrogoti  mental-mental pejabat dinegeri ini.

Karena beberapa isu diatas membuat sebagian simpatisan dan pendukung merasa pongah “Merasa berada pada posisi yang benar” Mereka yang tidak sejalan dianggap tidak mendukung perubahan karena kompetitor dianggap kontradiktif atau kebalikan dari point diatas,  Sampai-sampai para Ulama yang tidak sejalan pun tidak luput dari buly.

Sekarang pertanyaannya?

Apakah Jokowi sudah menerapkan ke-3 point “Harapan Baru” Diatas, Paling tidak apakah sudah menuju kearah sana?

Apakah kondisi saat ini sesuai dengan “Harapan Baru” yang dibayangkan dibenak para pemilih seperti poin-point di atas?

***********

Melihat kondisi saat ini yang bakal sulit merealisasikan “Harapan Baru” Pada masa kampanye kemarin, Maka dihembuskanlah,

“Harapan Baru” yang Lebih Baru

“Harapan Baru” itu Rakyat diminta memaklumi kondisi Ekonomi dan Politik yang sekarang demi “Harapan Baru” yang baru yaitu “Pembangunan Bermacam Infrastruktur”.

*****

Pertanyaan Lagi ???

Merealisasikan 3 Point “Harapan Baru” yang diatas saja kesulitan, Bagaimana menjanjikan realisasi “Harapan Baru” (Pembangunan Infrastruktur) yang baru lagi?

Dengan tegas dan percaya diri dijawab oleh para loyalis, Alasannya Jokowi kesulitan merealisasikan Harapan-harapan Baru itu karena direcoki, diganggu dan dipengaruhi oleh orang-orang sekitar.

Jawaban dari para loyalis itu jadi pertanyaan lagi ???,

“Harapan Baru” yang lalu saja sulit direalisasikan karena pengaruh dan gangguan orang sekitar, Bagaimana merealisasikan “Harapan Baru” yang ini ???

Kita belajar dari Rezim-rezim sebelumnya, Proyek-proyek Infrastruktur itu jadi lahan basah bancakan para kroni. (Contoh rezim sebelumnya, Sang pemimpin yang super power dipartainya saja bisa kecolongan ternyata kader-kadenya banyak bermain proyek dan diciduk KPK)

***

Ok lah....  Kita meniru Tiongkok yang melakukan Pembangunan Infrastruktur besar-besaran.

Tapi perlu dicatat !!! ....

Sebelum melakukan pembangunan Infrastruktur besar-besaran, Negara itu Merevolusi Hukum terhadap korupsi. Koruptor ditindak tegas dan dihukum mati. Jadi dana dan anggaran pembangunan efisien penyerapannya bisa penuh dimanfaatkan untuk pengerjaan tidak dikorupsi.

Bagimana dengan Indonesia saat ini, Dibidang penegakan Hukum terhadap Korupsi lemah, Bahakan lembaga Independet pemberantasan Korupsipun dilemahkan, Apalagi aparat penegak hukum Negara.

Pembangunan Infrastruktur ini pengorbanannya sangat banyak, Dananya berasal dari pencabutan Subsidi-subsidi untuk rakyat, Berasal dari Pajak, Dan dari hutang-hutang luar negeri yang harus dibayar anak cucu.

Jika salah kelola dan pelaksanaannya serampangan kerugiannya sangat besar, Belajar lagi dari rezim-rezim sebelumnya banyak proyek tebengkalai karena penyelenggara terjerat kasus korupsi, Ada yang selesai cuma kualitas tidak sebanding dengan  biaya.

***

Berharap kepada Jokowi seorang diri untuk mengawasi proyek-proyek sabanyak itu sepertinya mustahilll, Untuk menandatangani berkas yang menumpuk segunung saja sudah mengeluarkan energi yang besar, Sampai-sampai berkas yang ditandatangani tidak sempat lagi dibaca dahulu. Bisa-bisa nanti intensitas berita kekagetan Jokowi meningkat, Kalo sekarang paling kaget soal Perpres mobil pejabat yang sudah ditanda tangani, Kaget soal eksekusi mati WNI di Saudi, Kaget soal pelantikan Wakapolri baru. Nanti... ?

Jadi berharap kepada sipa lagi ??? .....

Semoga “Harapan Baru” yang paling baru ini tidak menjadi “Harapan Bau” karena dirusak oleh aroma busuk korupsi.

Hilangkanlah fanatisme buta, Masa kampanye sudah lama berakhir tidak ada lagi sekat-sekat no.1 atau no.2 Yang kita bicarakan sekarang adalah NKRI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun