Mohon tunggu...
Tita Rahayu Sulaeman
Tita Rahayu Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - pengemban dakwah

Ibu Rumah Tangga,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibutuhkan Peran Negara Atasi Sampah

10 Januari 2024   15:13 Diperbarui: 10 Januari 2024   17:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : bandung.go.id

Sebuah kabar baik dimuat di halaman berita milik pemerintah Kota Bandung. Plt. Camat Cinambo, Hakim Satiadibudhi menyebutkan, dari 7.977 kepala keluarga (KK), sebanyak 68,49 persen di antaranya sudah memilah sampah. Volume sampah yang dihasilkan Kecamatan Cinambo pada Desember 2023 sebanyak 47 ton. Dengan jumlah sampah anorganik yang dihasilkan sebanyak 1,1 ton. Jenis terbanyak adalah plastik, kertas/dus, dan besi/logam. Ia mengaku, meski darurat sampah telah berakhir, tapi upaya pengelolaan sampah sejak dari sumber akan terus dilakukan demi Kota Bandung yang lebih baik (bandung.go.id 04/01/2023). 

Beberapa bulan terakhir tepatnya sejak kebakaran TPA Sarimukti, masalah sampah menyita perhatian masyarakat Bandung. Gundukan sampah di beberapa titik di sepanjang jalan utama, pasar-pasar hingga keterlambatan pengangkutan sampah rumah tangga adalah permasalahan yang harus dihadapi masyarakat Bandung. Kini status darurat sampah telah dicabut, namun apakah masalah sampah benar-benar telah tertangani ?

Ulah Kapitalisme

Adanya sampah yang menggunung merupakan akibat dari budaya konsumerisme di masyarakat dan negara yang mengemban ideologi kapitalisme. 

Untuk kebutuhan pokok, masyarakat terjebak dalam kebiasaan membeli produk yang dikemas sehingga sudah pasti menghasilkan sampah. Seperti misalnya makanan dan minuman dalam kemasan, produk kebersihan maupun produk kebutuhan rumah tangga lainnya. Hal ini tak terhindarkan dalam sistem kapitalisme saat ini, karena para produsen hanya memikirkan bagaimana caranya meraih keuntungan tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap lingkungan akibat sampah kemasan yang dihasilkan. 

Masyarakat juga dipengaruhi budaya konsumerisme. Masyarakat disuguhkan berbagai produk yang sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan. Masyarakat menjadi sulit membedakan mana kebutuhan mana keinginan. Narasi bahwa 'Keinginan manusia tak terbatas' seolah menjadi pembenaran atas tindakan konsumtif dari masyarakat. 

Meski sampah telah menjadi permasalahan akut yang belum mampu ditangani dengan baik, namun negara tidak sungguh-sungguh menunjukan tekadnya untuk mengatasi masalah sampah ini. Semangat untuk menjaga lingkungan diantaranya dengan ajakan dari pemerintah untuk tidak menggunakan kantong plastik. Namun keberadaan industri kantong plastik tetap ada dan tetap boleh diperjualbelikan. Maka ini menjadi kontradiktif. Tidak ada sanksi yang tegas bagi para produsen yang menghasilkan sampah sulit didaur ulang. 

Masalah sampah muncul karena penerapan sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir oligarki, tapi merusak bumi. Masyarakat menjadi kambing hitam atas sampah yang menggunung. Padahal masalah sampah ini bermula dari hulu yaitu para produsen yang menghasilkan produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Masyarakat yang sudah memiliki kesadaran akan pemilahan sampah pun, dalam kehidupan kapitalisme ini tidak akan mampu membersihkan seluruh sampah bila kemasan dan produk-produk sulit didaur ulang masih terus diproduksi. 

Pemilahan Sampah

Penanganan sampah yang telah berlangsung selama ini bukanlah penanganan yang semestinya. Sampah diangkut dari rumah, pasar, resto dan lain sebagainya kemudian dibuang di tempat pembuangan akhir hingga menjadi gunung sampah. Berdasarkan Data BPS Kota Bandung 2023, jumlah produksi sampah di Kota bandung mencapai 1.594,18 ton per hari pada 2022. Ironisnya, dengan pencapaian volume sampah yang demikian tinggi, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengimpor sampah plastik terbesar di dunia. Sementara banyak sampah plastik dari dalam negeri berakhir di gunung sampah tanpa terpilah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun