Mohon tunggu...
Kurnia Hartati
Kurnia Hartati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Long life learner

Young children are so capable but we have to give them opportunities to show us just how capable they really are.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Exergames untuk Membantu Anak Melepaskan Stres Semasa Pandemi

22 Juni 2021   18:31 Diperbarui: 22 Juni 2021   18:36 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semenjak virus Corona menyebar keseluruh dunia, termasuk juga Indonesia banyak kebijakan dari pemerintah yang telah diberlakukan untuk mengurangi tingkat penyebarannya. Diantara kebijakannya tentu membatasi gerak masyarakat di luar rumah. Selama pemberlakukan pembatasan sosial di seluruh dunia, banyak dilaporkan kesehatan mental yang memburuk. 

Berdasarkan survey di wilayah Amerika yang juga memberlakukan pembatasan sosial, 27% Orang tua melaporkan bahwa kesehatan mental mereka memburuk. 

Sebanyak 14% orang tua juga melaporkan perilaku anak mereka yang memburuk (Patrick et.al, 2020). Bisa dikatakan baik orang tua maupun anak sama- sama mengalami banyak kendala dalam kehidupan sehari- hari selama pandemi Covid-19. Dilansir dari hasil survei PDSKJI memperlihatkan hasil perubahan tekanan yang terjadi semasa pandemi covid-19, membuat 64,3 persen masyarakat mengalami depresi dan kecemasan (PDSKJI, 2020). 

Hal tersebut menjabarkan bagaimana anak- anak dan orang tua sama- sama berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kondisi saat ini yang memicu peningkatan stress pada anak usia dini. 

Bermula dari kesulitan dan kekhawatiran yang dialami orang tua yang membuat mereka stress. Anak- anak sebagai pengamat yang jeli juga bereaksi terhadap stress yang dialami orang- orang disekitar mereka berdasarkan hasil pengamatan lingkungan. Bartlett, Jessica, Dana (2020) mengemukakan bahwa kondisi saat pandemi ini menimbulkan reaksi perasaan yang kuat dalam diri anak seperti kehilangan rasa aman. Anak merasa takut, khawatir, sedih, marah, tentang pandemi sehingga perasaannya yang seperti itu bisa mengganggu perkembangannya.

Kondisi yang mengharuskan kita untuk berjaga jarak antara satu dengan yang lain membuat banyak penyesuaian baru dalam rutinitas. Hal- hal yang perlu diperhatikan saat ini bukan hanya tentang efek pandemik dari perspektif ekonomi namun juga seluruh pihak harus mempertimbangkan kebutuhan psikologis seperti kesehatan mental dan juga kesehatan perilaku (Patrick et al., 2020). Manusia sebagai makhluk hidup tentunya akan menemui banyak permasalahan yang muncul jika kebutuhan dasarnya seperti bersosialisasi tidak terpenuhi.

Hal tersebut juga akan berlaku pada anak- anak di seluruh dunia yang juga terkena dampak dari pandemi. Berhubungan dengan kondisi stress yang dialami anak- anak, Warmansyah (2021) berpendapat bahwa perubahan dalam rutinitas keseharian ini mengakibatkan kekecewaan dan kebingungan yang sulit dihadapi anak. 

Mochida et al., (2021) mengungkapkan social support enhanced mothers' self esteem and positive perceptions among children. Dimaknai bahwa orang tua yang memiliki kontrol diri dan kesehatan mental yang baik akan memberikan pandangan postitif juga kepada anak. Tentunya dukungan psikologis diperlukan anak agar rasa kepercayaannya dan rasa amannya terpenuhi selama mereka dirumah.

Banyak variasi dan keunikan respon anak yang muncul terhadap kondisi yang problematik dan membuat stress. Masalah- masalah yang dihadapi anak usia dini ketika sekolah ditutup dan harus melakukan semua aktifitas dari rumah diantaranya stress, sensitifitas meninggi, temper- tantrum, manja, dan gangguan perilaku (Tabi'in, 2020). 

Bartlett et al. (2020) mengungkapkan beberapa anak akan mengalami kesulitan dalam kebutuhan diri seperti tidur dan makan, juga lebih sulit untuk terpisah dengan orang terdekatnya dan menuntut perhatian lebih dari mereka. Kondisi problematik yang terus- menerus tanpa adanya penanganan bisa memperngaruhi perkembangan anak usia dini.

Kondisi- kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan terus menerus ada dalam diri anak dan orang tua. Munculnya perilaku bermasalah yang terjadi pada anak yang kemudian mendapat tanggapan yang keras dari orang tua dapat menambah buruk kesehatan mental mereka. Vygotsky dalam Roopnarine dan Johnson (2009, h.252) memiliki pandangan bahwa situasi sosial perkembangan anak sebagai kekuatan utama yang mendorong perkembangan anak. Kondisi saat ini dimana mereka juga tidak bisa pergi keluar rumah untuk melepaskan kepenatan yang dialami karena kondisi pembatasan sosial akibat pandemi kemudian akan menambah stress khususnya pada anak dan mengganggu perkembangan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun