Mohon tunggu...
Tisya Nursafa Riyandiani
Tisya Nursafa Riyandiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akhwat

Seorang hamba Allah SWT yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allaah SWT. Namun, berusaha menjadi lebih baik dengan ikhtiar dan tentunya tawakal kepada Allaah SWT demi kebahagiaan dunia akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hukum Waris dalam Islam

8 Desember 2021   22:40 Diperbarui: 8 Desember 2021   22:49 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Hukum waris merupakan salah satu permasalahan yang pasti dihadapi oleh setiap lingkungan keluarga. Dimana di dalamnya membahas terkait harta yang ditinggalkan wafat oleh seseorang atau bisa juga lebih. Hukum waris ini sangat perlu diperhatikan dan dimusyawarahkan dengan sebaik mungkin agar tidak timbul perselisihan antara keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, Islam telah mengatur hukum waris tersebut yang tentunya sesuai tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.

Di dalam Islam, hukum waris atau ilmu waris dikenal dengan istilah faraidh. Allaah SWT telah menerangkan secara jelas dan terperinci melalui ayat Al-Quran mengenai faraidh. Banyak pula hadits yang membahas mengenai ilmu tersebut. Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allaah dan Rasul-Nya sangat komprehensif, mulai dari sebab-sebab mendapatkan warisan ataupun tidak, ahli waris dan bagian-bagiannya, serta ketentuan yang lain. Sehingga dalam menyelesaikan permasalahan hukum waris dapat dituntaskan dengan adil dan bijaksana sesuai dengan tuntunan agama Islam yang terdapat di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim yang taat terhadap Allaah dan Rasul-Nya untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah diperintahkan. Salah satunya perintah atau anjuran untuk mempelajari ilmu faraidh. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

Rosululloh SAW bersabda,

- -

"Pelajarilah ilmu faraidl dan ajarkanlah dia kepada manusia, karena sesungguhnya ia setengah ilmu dan ia akan dilupakan orang, dan ilmu yang akan pertama tercabut dari ummatku." (HR. Ibnu Majah dan Daruqutni).

"Belajarlah Alquran dan ajarkanlah kepada manusia, dan belajarlah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain, karena sesungguhnya aku adalah orang yang akan mati dan ilmu akan terangkat (dilupakan) dan khawatir akan terjadi dua orang yang berselisih (tentang pembagian harta pusaka), kemudian tidak mendapatkan seseorang yang memberitahu keduanya." (HR Tirmidzi).

Pembahasan

  • Pengertian

Secara etimologis faraidh bentuk jamak dari kata faridhah yang bermakna sesuatu yang diwajibkan atau sesuatu yang dipastikan. Sedangkan secara terminologis, dapat diartikan dengan pengetahuan tentang pembagian warisan dan tata cara menghitung yang terkait dengan pembagian harta waris dan pengetahuan tentang bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris.

  • Rukun dan Syarat Waris

Rukun waris:

  1. Al-muwarris (orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yg mewariskan hartanya.syaratnya, almuwarris benar-benar meninggal dunia).
  2. Al-waris atau ahli waris (orang yang dinyatakan memiliki hubungan kekerabatan baik karena hubungan darah, hubungan sebab perkawinan atau karena akibat memerdekakan hamba sahaya. Syaratnya, pada saat meninggal al-mawarris, ahli waris benar-benar dalam keadaan hidup).
  3. Al-maurus atau al-miras (harta peninggalan si mayit setelah dikurangi dengan hak dan kewajuban atas harta si mayit).

Syarat waris:

  1. Meninggalnya pewaris, baik secara hakiki, secara
    hukum, maupun secara perkiraan.
  2. Masih hidupnya ahli waris setelah kematian pewaris,
    meskipun secara hukum, seperti janin dalam
    kandungan.
  3. Tidak ada salah satu penghalang waris.
  • Istilah-Istilah dalam Ilmu Faraidh
  1. Far'ul waris: Cabang yang mewariskan, maksudnya anak, cucu walaupun sampai    kebawah
  2. Aslu dzakar : Pokok laki-laki yaitu bapak, kakek daripihak bapak sampai ke atas
  3. Waladu sulbi: Anak tulang punggung yaitu anak laki-laki atau perempuan si  mati.
  4. Mumatsil: Yang sebanding, maksudnya saudara laki-laki ahli waris yang laki-laki, atau   saudara perempuan dari ahli waris perempuan baik itu kakaknya maupun adiknya.
  5. Mu'ashib: Yang menjadikan Ashabah, maksudnya seorang ahli waris baik laki-laki ataupun perempuan yang orang lain menjadi ashabah karenanya.
  6. Dzawil furud/ahlul furud: yang mempunyai bagian-bagian tertentu, maksudnya adalah golongan ahli waris yang sudah tentu bagiannya yaiti ,1/3,1/4,1/6,1/8, dan 2/3.
  • Sebab-Sebab Mendapatkan Warisan
  1. Ada keturunan ( Nasab)
  2. Ada hubungan pernikahan ( Menjadi suami istri)
  3. Ada hubungan perwalian ( Memerdekakan hamba)
  4. Sebab-sebab tidak mendapat warisan.
  5. Seorang tidak mendapatkan warisan apabila :
  6. Membunuh yang mewariskan
  7. Berbeda Agama
  8. Menjadi hamba sahaya.
  • Ahli Waris

Yang menjadi  ahli waris seluruhnya ada 25 orang, terdiri dari 15 orang ahli waris laki-laki dan 10 orang ahli waris perempuan.

Ahli waris laki-laki yaitu diantaranya:

  1. Bapak (  )
  2. Kakek dari bapak (  )
  3. Anak laki-laki ( )
  4. Cucu laki-laki (     )
  5. Saudara laki-laki sekandung ( )
  6. Saudara laki-laki sebapak ( )
  7. Anak saudara laki-laki sekandung ( )
  8. Anak saudara laki-laki sebapak ( )
  9. Paman sekandung ( )
  10. Paman sebapak ( )
  11. Anak paman sekandung ( )
  12. Anak paman sebapak ( )
  13. Saudara laki-laki seibu ( )
  14. Suami ( )
  15. Laki-laki yang memerdekakan.( )

Adapun ahli waris perempuan yaitu :

  1. Ibu ( )
  2. Nenek dari bapak ( )
  3. Nenek dari ibu (
  4. Anak perempuan ( )
  5. Cucu perempuan ( )
  6. Saudara perempuan sekandung ( )
  7. Saudara perempuan sebapak (  )
  8. Saudara pererempuan seibu ( )
  9. Istri ( )
  10. Perempuan yang memerdekakan (  )

Penutup

Ilmu faraidh merupakan salah satu cabang ilmu di dalam agama Islam yang harus dipelajari. Banyak manfaat yang dapat kita rasakan dari ilmu tersebut salahsatunya dapat menghindari perselisihan antara berbagai pihak dalam penyelesaian perkara waris. Selain menjaga ukhuwah dan muamalah, ketika kita menerapkan ilmu faraidh sesuai Al-Quran dan As-Sunnah, in syaa Allah akan menjadi ladang ibadah kita untuk bekal di akhirat. Gunakan hak waris dengan sebaik mungkin untuk kebaikan di jalan Allaah SWT, sehingga dapat dirasakan berkah dan manfaatnya bagi kita dan bagi kemaslahatan bersama.

Daftar Pustaka

https://greenpendidikan.blogspot.com/2017/03/pengertian-faraidh-serta-cara.html

http://repository.uinbanten.ac.id/4674/5/BAB%20III.pdf

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun