Mohon tunggu...
Tirta Anhari
Tirta Anhari Mohon Tunggu... Ilmuwan - Journalist, Computer Scientist

Pembelajar, Suka Nulis, Nonton Film, Baca Buku dan Diskusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Idul Fitri di Beijing

12 Juli 2016   15:14 Diperbarui: 12 Juli 2016   17:20 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan Sederhana tentang Kenapa Puasa dan Tawaran Makan di Kala Berpuasa

Walau bulan Ramadhan sudah memasuki dan terus berjalan hitung mundur dari hari pertama sampai ke tigapuluh. Teman-teman dan dosen dalam satu kelas perkuliahan memang sebagian mengerti kenapa umat muslim berpuasa. 

Bahkan, ada yang mengucapkan selamat berpuasa. Tapi, ternyata ada juga sebagian yang tidak tahu sama sekali dengan mereka seringkali memberikan makanan atau hanya sekadar permen diwaktu jam istirahat. Lalu, ketika saya tolak dengan sopan, saya hanya memberikan jawaban sebisa saya sesuai dengan logika mereka. 

Belum sampai mengutip ayat Quran. Ketika mereka Tanya “kenapa umat muslim dalam satu bulan itu tidak boleh makan dan minum di siang hari? Itu sangatlah menyulitkan dan tentu saja sedikit menyiksa (kira-kira begitu translate omongan mereka-kurang lebih).

Jawaban saya hanyalah sederhana, “ketika orang yang kamu cinta, meminta kamu melakukan sesuatu untuknya, misalnya memberikan barang yang dia suka, atau hanya sekedar membawakan bunga untuknya, apakah kamu perlu berpikir panjang melakukannya? Mereka bilang (teman yang non islam) “ya, tentu”. 

Langsung jawab saya “bagaimana ketika tuhan saya, yang menciptakan saya dan dunia ini, meminta saya untuk tidak makan dan minum saja dalam 30 hari, itupun hanya di siang hari, otomatis saya akan lakukan karena cinta bukan?, ditambah lagi, dalam agama Islam, berpuasa juga berdampak pada kesehatan.”

Tak banyak bicara mereka mengerti dan tentu ada jawaban dari mereka seperti ini, “kalau  begitu, boleh saya coba berpuasa? Namun tidak makan saja, kalau minum, hmm.. sepertinya saya tidak bisa karena pasti sangatlah haus. Ujar saya “yap, boleh banget!”.

Tidak ada Ketupat

Tak terasa sudah 30 hari sudah berpuasa di bulan Suci Ramadhan ini. Tak terasa pula saya melewatinya di negeri orang. Hari ini, adalah 1 syawal baru bagi saya, karena setiap 1 syawal biasanya saya ada dirumah, bermalam takbiran dengan keluarga lalu pagi sekali ketika fajar sudah mandi dan  sholat shubuh lalu siap-siap berangkat meluncurke tempat sholat Ied. Fyuhhh…

Sekarang itu semua terasa berbeda, setiap sahur, sudah pasti tidak ada yang membangunkan dan tidak ada yang memasak-kan (masih bujang juga sih hehe). Ditambah lagi, ya kalau bangun. Jika cukup lelah, 2 sampai 3 kali saya pernah tidak sahur karena kelewat jadwal imsaqiyahnya (tidak patut dicontoh).

Yap, satu lagi hal yang paling terasa ketika berlebaran di negeri orang, adalah kamu tidak akan menemukan ketupat dirumahmu, ya kecuali mau usaha misalnya masak sendiri (kalo bisa dan ada bahannya), usaha ke-dua datang ke KBRI (itupun kalau ada). Karena saya tidak sholat di kedutaan, tapi sholat ied di masjid yang tidak jauh dari kampus dan juga lagi ada kelas penting di hari itu namun harus izin di jam pertama (oh my god,mesti kuliah disaat lebaran!), otomatis di asrama yang ada hanyalah kue boleh beli dan beberapa stock makanan biasa. 

Pada intinya sih, ketupat adalah sesuatu yang dirindukan ditambah sayur daging dan semur buatan ibu tercinta yang tidak pernah ada yang menandingi cita rasanya. Hehe. Ketupat, sampai berjumpa lagi kapan-kapan. Tetap bersyukur, pastinya :)

Perenungan dan pemaknaan Sholat Bersama Saudara Sesama Muslim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun