Ketiga, mahasiswa mengadakan pelatihan pembukuan sederhana. Selama ini, banyak pelaku usaha yang hanya mengandalkan catatan manual seadanya. Melalui pelatihan ini, mereka diajarkan cara membuat laporan keuangan sederhana, menghitung modal, dan mencatat arus kas harian. Dengan begitu, UMKM bisa lebih teratur dalam mengelola usaha dan mengukur keuntungan secara lebih jelas.
Selain untuk UMKM, mahasiswa juga menyiapkan berbagai kegiatan edukatif untuk masyarakat. Anak-anak sekolah dasar diajak mengikuti study outdoor pembuatan dodol, sehingga mereka tidak hanya mengenal tetapi juga ikut merasakan proses memasak makanan tradisional. Ada pula kelas bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja, serta edukasi literasi digital agar masyarakat tidak tertinggal dalam penggunaan teknologi.
Tak hanya berhenti di bidang pendidikan, mahasiswa juga menyatu dengan warga melalui berbagai kegiatan sosial. Mulai dari senam pagi bersama, nonton bareng (nobar) film edukatif, hingga gotong royong membersihkan lingkungan desa. Kegiatan-kegiatan ini menciptakan suasana akrab antara mahasiswa dan masyarakat, serta memperkuat semangat kebersamaan.
Dalam waktu enam minggu pelaksanaan, dampak program sudah mulai terlihat. Para pelaku UMKM dodol kini lebih percaya diri untuk memasarkan produk secara online. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai menerima pesanan dari luar daerah melalui media sosial.
Website desa yang baru diluncurkan juga mendapat respons positif dari perangkat desa. Bagi mereka, kehadiran website tidak hanya meningkatkan citra desa, tetapi juga memberi peluang baru untuk promosi produk bagi warga dan kegiatan di desa. "Sekarang orang luar bisa langsung tahu tentang Dodol Bengkel dan desa kami lewat internet," ungkap salah satu perangkat desa dengan bangga.
Anak-anak pun menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kegiatan edukasi. Kelas bahasa Inggris yang diadakan setiap sore menjadi kegiatan favorit mereka. Begitu juga dengan study outdoor membuat dodol, yang membuat mereka semakin menghargai warisan kuliner lokal. Sementara itu, kegiatan sosial seperti senam dan gotong royong semakin mempererat hubungan antarwarga dan mahasiswa.
Bagi mahasiswa, pengalaman KKN di Desa Bengkel memberikan pelajaran berharga tentang arti pengabdian. Mereka belajar langsung tentang pentingnya beradaptasi dengan kondisi masyarakat dan memberikan solusi sesuai kebutuhan. "Kami senang bisa melihat langsung perubahan kecil yang terjadi. Dari cara warga memasarkan dodol, hingga semangat anak-anak belajar. Itu jadi motivasi buat kami," ujar salah satu mahasiswa peserta KKN.
Warga desa juga menyambut baik program ini. Banyak yang berharap agar kegiatan serupa dapat terus berlanjut, baik oleh mahasiswa lain di masa mendatang maupun oleh pemerintah desa sendiri. Bagi mereka, KKN bukan hanya kegiatan sementara, tetapi awal dari perubahan positif yang bisa membawa Desa Bengkel semakin maju.