Mohon tunggu...
indra
indra Mohon Tunggu... Wiraswasta - karyawan malas yang ingin merdeka dan punya usaha sendiri

benar menurut saya, benar menurut anda, dan kebenaran sejati

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Efek Sosial dan Ekonomi Jika Mudik Lebaran Ditiadakan

27 Maret 2020   22:16 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Akhir akhir ini di media mainstream dan medsos muncul berita, menghimbau agar para perantau untuk tidak pulang kampung dahulu.

Mengigat wabah pandemi covid-19 yang semakin menyebar kemana mana, per tanggal 27 maret 2020 pukul 21.22 wabah pandemi ini sudah menyebar ke 24 provinsi dari jumlah 34 provinsi, dari jumlah tersebut 6 provinsi di pulau jawa lah yang mendapat pehatian khusus, jakarta yang menjadi red zone, 515 orang posotif corona, dengan jumlah tersebut jakarta menjadi peringkat ke 1 di pulau jawa dengan jumlah penderita terbanyak disusul banten, jabar, jateng dan jatim

Jumlah korban terus bertambah, dari 1.046 kasus 87 orang meninggal (cnn.com 27/03/2020). sekolah dan kampus diliburkan, pusat perbelanjaan ditutup, cafe, rumah makan pun demikian.

Aparat berpatroli siang malam, kumpul lebih dari 4 orang dibubakan, jalanan sepi, ekonomi melambat, namun dollar dengan sangat cepat meroket, per tanggal 27 pukul 14.38 dollar melambung sejauh 16,315.50 rupiah. harga harga mulai melambung,

disatu sisi karena banyak penutupan ber efek sangat besar, pendapatan sektor informal turun, yang paling merasakan dampaknya langsung adalah driver ojol, pedagang kaki lima, pedagang pasar, dan karyawan mall, pendapatan menurun drastis, gaji dipotong dan terancam tidak mendapatkan THR bagi karyawan. 

Mana yang lebih parah mudik lebaran terancam gagal, Mudik gratis ditiadakan, Tiket kereta api banyak yang refund, dikutip dari situs tirto.com mudik lebaran 2020  sepertinya akan suram.  

Membaca prediksi puncak COVID-19 di Indonesia yang masih belum terang benderang, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban berpendapat agar budaya mudik Lebaran tahun ini ditiadakan.

Ia khawatir dengan perkembangan COVID-19 secara global yang masih menunjukkan peningkatan di sejumlah negara, termasuk di Indonesia, kecuali Cina. Kekhawatiran Zubairi bukan tanpa dasar. Ia belum melihat efektivitas kebijakan Physical Distancing (sebelumnya disebut Social Distancing) di tatanan masyarakat. Pemerintah pusat dan daerah, menurutnya masih belum tegas menerapkan kebijakan tersebut.

"Harus tegas! Karena kalau tidak, mana mungkin akan tegas saat Lebaran nanti," ujar dia.

Terlebih lagi mudik merupakan budaya perpindahan massa dalam skala jumlah yang banyak dan memakan waktu perjalanan yang relatif lebih lama, tergantung moda transportasi yang digunakan. Sehingga potensi penularanpun virus akan lebih tinggi. 

Puasa masih 1 bulan lagi, lebaran 2 bulan lagi, rasanya kita harus memikirkan efek yang ditimbulkan jika mudik lebaran dilarang, apalagi jika sampai terjadi jalan ditutup dan kota khususnya jakarta lockdown, penjualan kue, baju lebaran turun drastis, perusahaan bus, travel, kapal dan pesawat terkena imbasnyA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun