Mohon tunggu...
Tina Lumenta
Tina Lumenta Mohon Tunggu... Administrasi - Bekerja di sebuah lembaga pendidikan.

Pengamat kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Penalty Shoot Out, Bukan Hanya Sekadar Adu Suit

7 Juli 2014   23:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:07 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404722958287925654

Di kompetisi sepak bola yang mengusung format sistem gugur (knock out), harus ada satu tim yang keluar sebagai pemenang dan satu tim yang harus tersisih. Seperti di turnamen Liga Champion Eropa, Liga Europa, Piala Liga lokal, babak playoff sebuah penyisihan, turnamen antar negara seperti olimpiade, atau Piala Dunia, dan lain sebagainya.

Setelah sebuah tim yang sukses melewati fase kualifikasi grup, maka tim yang bersangkutan harus menghadapi fase gugur atau knock-out, dimana pilihannya hanya dua, menang atau tersingkir.

Bagaimana jika kedua tim yang bertanding sama-sama kuat, bahkan hingga babak perpanjang waktu berakhir, skor di papan besar tetap seri? Maka Penalty shoot-out, atau yang lebih kita kenal dengan adu penalti diperlukan.

Adu penalti pada dasarnya bukan hanya sekedar adu tos-tosan, atau adu suit, dimana tim yang menang belum bisa ditentukan hingga peluit akhir dibunyikan. Adu penalti sebenarnya lebih merupakan perang mental, perang ketahanan batin, dimana tim yang lebih tahan bantinglah yang (biasanya) keluar sebagai pemenang.

Adu penalti yang pertama kali saya lihat semasa saya masih duduk di bangku sekolah dasar, adalah adu penalti di final Piala Dunia 1994 antara Brasil melawan Italia. Saat itu eksekutor Italia Roberto Baggio harus tertunduk lesu lantaran tendangannya penaltinya melambung jauh di atas mistar gawang. Tidak beruntung? Bisa jadi, namun satu hal yang pasti, di saat satu sepakan penalti gagal dan tidak mampu ditebus dengan penyelamatan penalti lawan maka satu hal yang pasti, tim pemenanglah yang lebih siap melakoni adu tos-tosan tersebut dan keluar sebagai pemenang.

Inggris, yang adalah bapak sepak bola modern, dan juga adalah pemegang rekor adu penalti terburuk sepanjang yang saya ingat. Enam kali melakoni drama adu penalti, dan enam kali itu pulalah the three lion tidak pernah keluar sebagai pemenang. Tidak beruntung? Saya rasa tidak, mereka hanya tidak memiliki mental yang bagus dan penjaga gawang yang cukup handal untuk menepis eksekusi penalti. Lihat saja saat mereka melakoni adu penalti terakhir di gelaran Euro 2012, saat Pirlo sukses mengerjai Joe Hart dengan satu cukilannya, tendangan Ashley Young malah membentur mistar gawang.


Memenangi adu penalti sejatinya adalah memenangi strategi dengan lawan, khususnya di drama adu penalti babak perempat final piala dunia antara Belanda melawan Kosta Rika. Tim Kosta Rika memainkan sepak bola bertahan ketika pertandingan memasuki babak perpanjangan waktu. Tim besutan Jose Luis Pinto agaknya cukup percaya diri untuk melakoni babak tos-tosan, mengingat mereka sukses memenangi drama adu penalti melawan Yunani di 16 besar. Namun Luis Pinto lupa, Belanda bukanlah Yunani, dan Van Gaal bukanlah Fernando Santos yang marah-marah dan diusir keluar wasit hingga tidak sempat mengatur strategi tepat untuk babak tos-tosan. Ya....Van Gaal bukanlah pelatih biasa, ia tetap mempertahankan RVP di lapangan (walau saat itu ia tengah mandul gol), dan menaruh lima penyerang senior di babak tos-tosan. Di saat orang-orang awam (seperti saya) berfikir kenapa penyerang mandul seperti RVP dipertahankan dan tidakkah ia sadar bahwa adu penalti itu hanyalah adu keberuntungan? Meneer yang akan membesut Manchester United usai Piala Dunia, memperlihatkan kepada kita semua bahwa adu tos-tosan juga memiliki strategi khusus. Saat saya melihat pelatih kiper mempersiapkan Tim Krul di pinggir lapangan, saya sempat tidak percaya kalau Van Gaal akan melakukan pergantian kiper. Dan ternyata saya salah, Tim Krul masuk menggantikan Cilessen di saat pertandingan tersisa satu menit lagi.

[caption id="attachment_346750" align="aligncenter" width="300" caption="Tim Krul "][/caption]

Pergantian kiper ini bukan hanya sukses meloloskan tim Oranje ke semi final, namun lebih dari itu, masuknya Krul sukses membuat kubu Kosta Rika terperangah kaget dan sedikit banyaknya mempengaruhi mental eksekutor Los Ticos di lapangan.

Jadilah Belanda memenangi adu penalti itu dan menyisihkan Kosta Rika yang walaupun memiliki prestasi mengagumkan di Piala Dunia kali ini namun adu penalti ini membuktikan kalau mereka masih kalah pengalaman dari tim sekelas Belanda.

Itulah adu penalti, dimana kedua tim sudah menunjukkan skill yang sama kuat, maka kekuatan mental dan psikologislah yang jadi penentu kemenangan.

(Tina)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun