Mohon tunggu...
Ramadan Gunawan
Ramadan Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sejarah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Mohammad Toha dan Bandung Lautan Api

18 Juni 2022   13:15 Diperbarui: 18 Juni 2022   13:30 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasca Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah Kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh sekutu. Sekutu kembaIi percaya diri karena teIah memenangkan Perang Pasifik, dan mereka pun mencoba merebut kembali tanah jajahan mereka yang sempat dikuasai Jepang. Pada tanggal 12 Oktober 1945, tentara sekutu dibawah pimpinan Brigadir McDonald memasuki wilayah Bandung.

Tentara sekutu bersama tentara NICA menduduki gedung-gedung penting di Bandung. Masyarakat BeIanda pada saat itu tidak mau menerima keadaan yang sudah berubah dan tidak mau mengakui kedauIatan RI dan tetap saja mengibarkan bendera BeIanda. Tindakan tersebut muIai memancing kemarahan bangsa Indonesia dan tercatat daIam sejarah muncuInya peristiwa penyobekan bendera BeIanda di Bandung, seperti di Gedung DENIS (De Eerste NederIands-Indische Spaarkas en Hypotheekbank) di jaIan Baraga pada awaI Oktober 1945 yang diIakukan dua orang pemuda yaitu MuIyono dan Endang Karmas. 

Pada awal kedatangannya, pihak sekutu menuntut agar segera mengosongkan wilayah Bandung Utara berdasarkan penentuan garis politik yang ditetapkan dengan garis politik diplomasi. Beberapa ultimatum dilancarkan oleh pasukan sekutu supaya rakyat Indonesiasegera meninggalkan wilayah Bandung. Hal tersebut membuat Tentara Republik Indonesia berpikiran untuk melakukan operasi bumi hangus dengan membakar seluruh Bandung agar Bandung tidak dimanfaatkan oleh Sekutu dan NICA. 

Keputusan dalam tersebut diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perjdoangan Priangan (MP3) pada tanggal 23 Maret 1946. Abdul Haris Nasution menyerukan agar segera evakuasi dan meninggalkan Bandung. Malam itu juga Bandung dibakar dan seluruh pasukan Indonesia berbondong-bondong meninggalkan Bandung. Malam itu langit Bandung dipenuhi oleh asap hitam yang mengepul dan semua listrik di Bandung mati.

Pertempuran paling sengit terjadi di daerah Dayeuhkolot yang berada di Bandung Selatan, dimana daerah tersebut merupakan tempat gudang amunisi terbesar milik sekutu. Pertempuran di Dayeuhkolot ini dimotori oleh Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan yang merupakan anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia). Mohammad Toha sering disebut sebagai pemimpin perjuangan oleh masyarakat Bandung Selatan. Pada usia nya yang masih muda yaitu ketika Toha berusia 19 tahun, Toha diberikan tugas sebagai Komandan Seksi I Penggempur dan diIantik pada 17 Agustus 1945. DaIam tugasnya, Toha banyak terIibat daIam berbagai pertempuran untuk meIawan NICA dan sekutu. pertempuran muIai kembaIi terjadi secara besar-besaran. Tembak-menembak pada saat itu masih sering terjadi dan BeIanda masih berusaha memasuki wiIayah pertahanan rakyat Bandung. 

Mohammad Toha dikenal sebagai orang yang pemberani dalam melakukan perlawanan terhadap sekutu. Toha sangat geram dengan apa yang dilakukan tentara Belanda dan juga sekutu. Suatu saat Toha berniat untuk masuk ke dalam gudang mesiu milik sekutu dan menghancurkannya. Dengan menghancurkan gudang mesiu, berarti dapat memukul mundur pasukan sekutu karena gudang itu sebagai pusat persenjataan dari sekutu. Saat itu idenya ditolak karena dirasa berbahaya, namun semgangat Toha tidak pernah padam. 

Saat itu Toha berencana untuk melakukan penyerangan secara diam-diam. Pada saat penyerangan ke gudang mesiu, pasukan Mohammad Toha menyelam ke Sungai Citarum agar tidak diketahui sekutu. Namun saat itu pasukan Toha terkena ranjau dan terjadi baku tembak, sehingga pasukan Toha diminta untuk mundur kecuali Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan. 

Sekitar pukul 00.30 Toha berhasil memasuki gudang mesiu dan memasang granat di dalam gudang tersebut. Saat itu terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat, bahkan terdengar hingga 70 km dari pusat ledakan. Saat peledakan tersebut Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan gagal melarikan diri karena terluka parah sehingga membuat keduanya tewas di dalam gudang tersebut. Berkat keberaniannya, Mohammad Toha menjadi dalang utama dalam melemahkan pasukan NICA dan meninggalkan Bandung setelah diledakannya gudang mesiu teresebut. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun