Kota Bekasi ternyata menyimpan warisan dari para leluhur Tionghoa. Warisan tersebut merupakan sebuah klenteng bernama Hok Lay Kiong.
Klenteng Hok Lay Kiong menjadi salah satu klenteng tertua di Indonesia, kurang lebih usianya telah mencapai 350 tahun. Tempat ibadah umat Budha, Konghuchu, dan Taoisme itu, tepatnya terletak di Desa Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur.
Nama Hok Lay Kiong memiliki arti istana yang mendatangkan rezeki. Klenteng ini diyakini sudah mulai ada sejak 1800-an, namun sayangnya, pihak pengurus klenteng tak mengetahui pasti siapa-siapa saja sosok pendirinya.
Kendati demikan, sejarah dibalik pembangunan klenteng ini terbilang memilukan. Pasalnya klenteng itu didirikan lantaran adanya pembantaian warga Tionghoa di Batavia pada 1740 secara massal oleh Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) yang dikenal dengan peristiwa 'Geger Pecinan' atau 'Tragedi Angke'.
Salah satu alasan pemberontakan adalah karena  masalah kelayakan upah para buruh. Termasuk soal keberadaan masyarakat Tionghoa di Batavia yang kian masif dan meresahkan.
Akhirnya pasukan VOC pun tak segan memburu, menangkap hingga membunuh para Tionghoa. Dan akibatnya banyak dari mereka yang memilih kabur dan melarikan diri dari kota Batavia.
Meski Batavia kala itu, telah menjadi kota yang cukup menjanjikan. Dimana sektor perdagangannya telah berjalan dengan baik.
Para Tionghoa tadi, akhirnya memilih kota-kota disekitar Batavia, seperti Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi untuk melanjutkan hidup. Kalangan Tionghoa tersebut dijuluki sebagai 'China Udik' dan sebagian dari mereka membangun kehidupan baru dengan membuka perkebunan tebu dan area persawahan.
Berkaitan dengan keberadaan kalangan Tionghoa, adanya klenteng turut menjadi tanda bahwa area itu merupakan kawasan pecinan. Begitu pula dengan keberadaan Klenteng Hok Lay Kiong.
Semula klenteng Hok Lay Kiong hanyalah klenteng kecil dan sederhana. Namun seiring dengan perjalanan, klenteng pun direnovasi dan diperluas sedikit demi sedikit dengan bantuan dana dari umat, swadaya, hingga patungan.