Mohon tunggu...
Sony Kusumo
Sony Kusumo Mohon Tunggu... Insinyur - Menuju Indonesia Surplus

Sony Kusumo merupakan pengusaha yang peduli dengan kemajuan bangsa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Oen Boen Ing, Dokter Tionghoa yang Dermawan di Era Perang Kemerdekaan

27 September 2021   06:35 Diperbarui: 27 September 2021   06:37 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama Dokter Oen Boen Ing mungkin sudah tak asing lagi bagi masyarakat Surakarta. Ketenaran lelaki keturunan Tionghoa itu didapatkannya dari kedermawanan dan sikap baik hatinya dalam melayani para pasien.

Pasien yang ditanganinya mayoritas bukan berasal dari kalangan berada, melainkan masyarakat kelas bawah atau kerap disebut wong cilik. Profesi para pasien dokter Oen antara lain adalah tukang becak, kuli angkut, dan pedagang kecil.

Menariknya lagi semenjak ia membuka praktik pada 1935 di klinik sederhana bernama Tsi Sheng Yuan, dokter Oen terbiasa melayani wong cilik sejak pukul tiga dini hari. Ia mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari memanggil, memeriksa, hingga menuliskan resep bagi para pasien.

Di klinik, dokter Oen hanya dibantu oleh seorang pria paruh baya untuk menjaga lahan parkir. Disamping melayani, kerap kali dokter Oen mengongkosi para pasiennya untuk pulang hingga menebus obat bagi mereka yang tak punya cukup uang.

Bahkan Oen pun tak memungut sepeser rupiah pun untuk ongkos pengobatan dari tiap pasiennya. Keunikan lain dokter Oen adalah ia tak pernah menolak pasien, meski mereka datang tidak disaat jam praktik.

Kendati melayani wong cilik, ternyata Oen juga menjadi dokter keluarga Pura Mangkunegaran Solo. Melalui klinik itu pula, di tahun 1942, dokter Oen membantu Chineesche Burger Organisatie (CBO) serta semasa pendudukan Jepang dikelola oleh Kakyo Sokai (Gabungan Organisasi-organisasi Tionghoa).

Selanjutnya di masa perang kemerdekaan, klinik tersebut beralih fungsi menjadi rumah sakit darurat untuk menolong para pejuang. Dirinya pun tak gentar keluar masuk area TNI untuk mengobati para prajurit, meski kerap mendengar suara tembakan Belanda.

Bahkan dokter Oen pun pernah menyelundupkan penisilin untuk Jenderal Soedirman yang tengah melawan Belanda. Saat itu keberadaan penisilin atau obat yang digunakan untuk melawan infeksi bakteri di tubuh amat sulit didapatkan.

Berkat kepeduliannya, pemerintah Indonesia menganugerahkan Satya Lencana Bhakti atas jasa-jasa dokter Oen pada tanggal 30 Oktober 1976. Rasa kemanusiaan dan cita-cita pria kelahiran Salatiga, 3 Maret 1903 ini, sebetulnya telah terbentuk sejak kecil.

Hal ini dikarenakan sang kakek yang berprofesi sebagai dokter tradisional Tionghoa alias shinse. Kendati demikian, keinginannya sempat ditentang oleh pihak keluarga. Pasalnya ia diminta untuk meneruskan bisnis keluarga.

Terlebih kala itu, menjadi dokter bukanlah profesi idaman karena penghasilan kecil serta masa pendidikan yang lama dan sulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun