Mohon tunggu...
Timey Erlely
Timey Erlely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Penulis - Peneliti- Konsultan Pajak dan Keuangan. Kunjungi instagram: timey_erlely

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pertumbuhan Inklusi dan Literasi Keuangan di Sulawesi Selatan

6 September 2023   15:27 Diperbarui: 23 September 2023   08:24 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Timey Erlely

Sektor keuangan merupakan sektor penting penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dan dapat mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor keuangan sebesar 4,14% di triwulan kedua tahun 2022. Sehingga untuk mendorong peran sektor keuangan dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah berupaya untuk meningkatkan tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan. Lalu, bagaimana tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan provinsi Sulawesi Selatan?

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, keyakinan yang mempengaruhi sikap, dan perilaku keuangan seseorang untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan.

Sedangkan inklusi keuangan merupakan ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan di Lembaga keuangan formal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan.

Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu 38,03% dan tahun 2022 sebesar 49,68%, literasi keuangan tertinggi di provinsi Riau yaitu 67,27%. Namun, tingkat literasi keuangan di provinsi Sulawesi Selatan masih rendah yaitu 36,88%.

Sementara Inklusi keuangan mengalami peningkatan di tahun 2019 sebesar 76,19% dan tahun 2022 sebesar 85,10% dan DKI Jakarta memiliki tingkat Inklusi keuangan tertinggi di yaitu 96,62%, sementara provinsi Sulawesi Selatan sebesar 88,42%.

Hal ini menarik untuk dibahas karena peningkatan inklusi keuangan tidak sebanding dengan literasi keuangan di Sulawesi Selatan. Jika masyarakat tidak memiliki pengetahuan mengenai keuangan, maka akan menyebabkan banyak kasus kejahatan keuangan (financial crime).

Misalnya, ada beberapa kasus penipuan yang berkedok investasi dan penggalangan dana illegal untuk YSN tahun 2021. Selain itu, ditemukan 3.600 pinjaman online illegal di Sulawesi Selatan tahun 2021 dan penipuan pinjaman online di Sidrap pada bulan maret 2023. Artinya, masyarakat telah mendapatkan akses terhadap lembaga keuangan tetapi tingkat pengetahuan dan pemahaman terkait jasa dari layanan keuangan tersebut masih rendah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu pertama, pendidikan dan pelatihan literasi keuangan yang kurang efektif dan tidak merata karena hanya berfokus di kawasan perkotaan saja dan belum memberikan perhatian khusus pada kelompok penduduk tertentu.

Misalnya, presentasi kepemilikan rekening tabungan di kota Makassar berdasarkan level pendidikan karena semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula kepemilikan rekening tabungan.

Kedua, rendahnya kesadaran akan pentingnya literasi keuangan. Sebagian masyarakat belum menyadari bahwa memiliki pengetahuan dan keterampilan keuangan yang baik adalah kunci untuk mengelola keuangan pribadi dengan baik, menghindari utang yang berlebihan, dan membangun keuangan yang stabil di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun