Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Diskon Lahan untuk Investor Asing, Jokowi Versus Hasto soal Kapitalisme

1 Juli 2020   17:37 Diperbarui: 1 Juli 2020   17:56 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo, Hasto Kristiyanto, Yasonna, Tjahjo Kumolo [ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA via Kompas.com] Kawan Separtai (dan seideologi?)

Kedua. Bukannya saya tidak hormati Sila Kedua Pancasila, prinsip kemanusiaan atau internasionalisme itu. Tetapi harapan saya, cukup modal-modal asing itu yang masuk, jangan pula kuli mereka. Biarlah kuli tetap bangsa sendiri.

Saya ingat, Mangunwijaya pernah menyindir negeri sendiri sebagai bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa. Yah. Jika cuma demikian predikat kita, biarlah tetap begitu. Jangan sampai kuli pun harus orang asing. Lalu bagian kita apa?

Memahami langkah Presiden Jokowi bukan berarti saya bersikap layaknya --seperti sindirian Slavoj Zizek -- leftist fukuyamaist. Bukan berarti saya sedang mempromosikan kapitulasi ideologis, bahwa tak ada jalan lain selain bersama Jokowi menyerah pasrah pada jalan ekonomi pasar bebas.

Dalam konteks artikel ini saya cuma jatuh iba kepada teman-teman PDIP. Saya juga penasaran, bagaimana Pak Hasto dan kawan-kawannya bisa tetap percaya diri mengusung nama Sukarno, dan berteriak-teriak tentang hakikat Pancasila yang pada dasarnya anti-kapitalisme?

Belum lama berlalu saya tulis artikel "Socio-demokrasi, Ketika Soekarno Mendahului Badiou, Zizek, Laclau, dan Mouffe".

Dalam artikel itu saya sisipkan kutipan pernyataan Sukarno dalam Mentjapai Indonesi Merdeka, tentang Indonesia masa depan yang ia cita-citakan.

"Tidak boleh ada satu perusahaan lagi yang secara kapitalistis menggemukkan kantong seseorang boerjuis ataupun menggemukkan kantong burgerlijke staat, tetapi masyarakatnya Politiek-Economische Republik Indonesia adalah gambarnya satu kerukunan Rakyat, satu pekerjaan bersama dari Rakyat, satu kesama-rasa-rataan daripada Rakyat."

Gagasan Sukarno sudah tumpas, dibunuh pemerintahan parpol yang mengklaim menjadikan marhaenisme sebagai teori perjuangan.

Hhhh. Kelak jika bertemu kader-kader progresif PDIP, seperti Rieke Diah Pitaloka, kalau ia bicara tentang perlawanan terhadap kapitalisme, saya akan tatap dalam-dalam matanya, mendekat lalu berbisik ke kupingnya, "Lu, lagi ngeprank gue ya, Oneng?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun