Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Refleksi dari Kursi Merah dan Ruangan Kelas

5 Desember 2021   22:38 Diperbarui: 22 Desember 2021   15:00 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebersamaan. (sumber: unsplash.com/@timmarshall)

"Kursi merah". Frasa ini mengingatkanku pada sebuah kursi merah dikampusku. Kursi merah ini terletak persis didepan kantor tata usaha dan ruangan para dosen. 

Kursi merah ini menjadi tempat ternyaman bagi kami disaat kami sedang menunggu pertukaran jam kuliah. Selain memiliki fungsi utama sebagai tempat duduk, kursi merah ini juga memberi kesan tersendiri untuk saya.

Sembari menunggu pertukaran jam kuliah, kursi merah seakan sudah menyediakan kesempatan bagi kami untuk saling berbagi. Entah itu berbagi cerita tentang tugas maupun pengalaman. 

Karena kursi merah ini tidak membatasi topik pembicaraan kami,maka cerita kami bisa kemana-kemana,tergantung apa yang terlintas dalam benak kami masing-masing. Walaupun nantinya cerita kami akan berakhir dengan minum " Boba" bareng-bareng.

Lelah dan peluh yang kami alami saat perkuliahan tidak kami hiraukan sebab kami sudah hanyut dalam lauta cerita. Kebersamaan kami tentu memiliki latar belakang yang berbeda-beda,suku,asal dan agama. Namun, perbedaan yang kami miliki tetap membuat kami ceria. 

Perbedaan yang kami miliki tidak mengenal batas-batas atau sekat-sekat. Walau sebelumnya pernah terlintas dibenak saya bahwa perbedaan bisa saja menimbulkan relasi yang disharmonis. Namun,keraguan saya ditepis oleh kenyataan bahwa relasi yang terjadi diantara kami tidak menonjolkan perbedaan.

Dalam perjalanan waktu,kursi merah tersebut menunjukkan sebuah realita kehidupan kepada saya  bahwa  ada suatu hal yang pantas saya banggakan yakni perbedaan itu ternyata membawa warna yang indah bak bunga yang mekar ditaman safari. Kebanggan ini menghantarkan saya pada sebuah kesadaran akan realitas hidup manusia yang tak dapat terhindar dari perbedaan.

Perbedaan akan terus ada dan pasti ada. Berhadapan dengan kenyataan ini apa yang harus saya lakukan? Sebagai seorang biarawati, saya dapat belajar dari Dia yang memanggil saya. Apa itu? 

Telah jelas bahwa dalam pengajaran-Nya dan pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah, baik melalui perkataan ataupun perbuatannya Dia tidak pernah membatasi orang-orang, suku, golongan, jabatan,\ yang ingin datang kepada-nya. 

Bahkan Yesus sendiri menyapa orang-orang yang terpinggirkan atau mereka yang disingkirkan masyarakat. Pertanyaannya,bagaimana dengan saya ?Mampukah saya menerapkan sikap-Nya dalam keseharian saya?

Lagi-lagi letak kursi merah yang strategis itu,membuat mata tak henti-henti memandangi lingkungan kampus yang bersih dan asri Pepohonan yang hijau dengan dedaunan rindang seakan menambah pesona indah disiang hari. Dibawah salah sau pohon terdapat dua bak sampah yang setia menunggu sampah-sampah mahasiswa dan cleaning service. 

Pada saat itu ,saya melihat seorang teman membuang sampahnya dibak tersebut. Melihat sikapnya yang cinta dengan lingkungan saya teringat dengan Ajakan Paus Fransiskus dalam ensikliknya yang berjudul " Laudati Si" Beliau berkata bahwa bumi adalah rumah kita.

Momen kecil ini mengingatkan saya bahwa bumi empat dimana saya berpijak  mestinya mendapat porsi yang lebih alam hal menjaga dan merawatnya. Salah satu hal praktis yang dapat saya lakukan  adalah dengan cara tidak membuang sampah secara sembarangan dan merawat lingkungan sekitar saya.

Belajar dari ruang kelas

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Kursi merah itu akan kami tinggalkan ketika kami harus mengikuti jam perkuliahan. Seperti biasanya ritme perkuliahan dikampus saya itu adalah sebelum memulai kegiatan perkuliahan kami selalu melantunkan doa sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat Allah yang kami terima. kegiatan ini sifatnya wajib dan masing-masing dari kami akan mendapat giliran untuk membawakannya.

Sebagai mahasiswa yang tertua ,saya lebih banyak memaklumi sifat dan karakter kawan-kawan yang kadang terlihat kekanak-kanakan,bermalas-malasan bahkan tidak memperhatikan apa yang dikatakan dosen karena sibuk bermain gadget.

Menerima dan memahami kenyataan seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama bagi saya. Lambat laun saya dituntut untuk belajar menerima dan memaklumi karakter mereka.

Saya menyadari bahwa ketika saya berada  diusia seperti mereka saya pernah melakukan hal demikian,bahkan lebih parah dari apa yang mereka lakukan.

Tingkah mereka yang aneh membuat saya banyak tersenyum. Hampir setiap pertemuan diantara kami selalu ada hal yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan.

Menjengkelkan bisa terjadi akibat diskusi yang mandeg,tugas yang belum selesai dan lebih sering karena tidak siap untuk persentasi. Namun meski demikian,raut wajah yang marah tidak saya tamppakkan. Alasannya agar mereka tetap nyaman belajar bersama saya. Itulah pertimbangan saya.

Ketika mereka ditanya mengapa tidak siap ? Mereka sering memberikan jawaban yang tidak masuk akal. Saya sering berpikir bahwa seorang mahasiswa bisa melupakan tugas hanya karena shoping, nonton dan lain sebagainya. Bagaimana saya mengatasi hal-hal demikian? Untuk memberi efek jera kepada mereka, maka saya membuat peringatan kepada mereka. 

Barang siapa yang tidak aktif dalam tugas kelompok maka namanya akan blacklist dari nama-nama kelompok. Ternyata sikap ini juga menguji kemanusiaan saya dan saya tidak sanggup apalagi tega untuk membiarkan mereka begitu saja. 

Apalah daya,efek jera tak berdaya. Tingkah mereka terkadang menyerupai korupsi yang terus meraja lela dibumi pertiwi ini. Kemudian saya sampi pada sebuah penyadaran bahwa setiap kenyataan hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan dan apa yang saya rencanakan.

Setiap kali bertemu dan dalam perkuliahan saya selalu berusaha untuk menjadi sahabat bagi mereka. Tujuannya agar mereka dapat diajak bertanya jawab tanpa ada rasa takut dan segan. Tak lupa juga saya memberikan apresiasi kepada mereka ketika mereka dapat diajak kerja sama atau dapat diajak berdialog dengan baik.

Dengan demikian saya dapat menilai bahwa mereka mampu menampilkan diri apa adanya. Dengan demikian saya juga terbantu untuk lebih mudal mengenal kepribadian mereka.

Beginilah keseharian saya sebagai mahasiswa, melalui kebersamaan dengan teman-teman saya berharap bahwa saya dan mereka dapat ambil bagian dalam menghidupi dan mengembangkan misi gereja.

Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun