Setiap orang tua tentu berharap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik, tidak mudah marah, serta mampu menghadapi berbagai situasi dengan kepala dingin. Namun, mengajarkan anak untuk tenang dan sabar sejak dini bukanlah hal yang sederhana. Anak-anak pada dasarnya masih dalam proses belajar mengenali emosi mereka. Wajar bila mereka kerap bereaksi spontan---menangis, merajuk, atau marah---ketika merasa kesal, bosan, atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam kondisi seperti inilah peran orang tua menjadi sangat penting. Mengajarkan anak untuk sabar bukan hanya sekadar melarang mereka marah, tetapi juga membantu mereka memahami apa yang dirasakan serta menunjukkan cara menyalurkan emosi dengan lebih baik. Melalui kebiasaan kecil sehari-hari, seperti memberi contoh sikap tenang, membiasakan anak menunggu giliran, atau mengajarkan teknik sederhana seperti menarik napas dalam ketika emosi, anak akan belajar bahwa mereka bisa mengendalikan diri.Hal-hal kecil tersebut mungkin terlihat sepele, tetapi jika dilakukan secara konsisten akan memberi dampak besar. Anak yang terbiasa tenang dan sabar cenderung lebih mudah beradaptasi, mampu berpikir jernih sebelum bertindak, serta memiliki kemampuan sosial yang lebih baik. Nilai ini bahkan akan terbawa hingga mereka dewasa, menjadi bekal penting untuk menghadapi tantangan hidup yang penuh dinamika.
Dengan membiasakan sikap tenang dan sabar sejak dini, orang tua tidak hanya membantu anak mengelola emosi, tetapi juga menanamkan karakter kuat yang akan membentuk kepribadian mereka di masa depan. Kebiasaan kecil hari ini bisa menjadi fondasi besar untuk menjadikan anak pribadi yang lebih tangguh, bijaksana, dan penuh empati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI