Dalam setiap peristiwa bencana, kita sering melihat dua bentuk peran penting dalam membantu masyarakat, yaitu bantuan sukarela (volunteer) dan bantuan profesional (okupasional). Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meringankan beban korban bencana dan memulihkan kondisi masyarakat.
Bantuan secara sukarela biasanya datang dari masyarakat itu sendiri. Mereka tergerak oleh rasa empati dan solidaritas untuk membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan atau bayaran. Relawan ini bisa berasal dari warga sekitar, komunitas sosial, mahasiswa, hingga organisasi kemanusiaan yang dibentuk atas dasar kepedulian. Mereka membantu dalam berbagai hal, seperti menyalurkan makanan, membantu evakuasi, atau memberikan dukungan moral kepada korban.
Sementara itu, bantuan secara profesional (okupasional) dilakukan oleh tim khusus yang memang memiliki keahlian dan pelatihan di bidang penanganan bencana. Salah satu contohnya adalah Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS). Tim Basarnas bertugas secara tanggap, terlatih, dan terkoordinasi dalam melakukan pencarian, penyelamatan, serta evakuasi korban bencana. Mereka bekerja dengan peralatan lengkap dan mengikuti prosedur keselamatan yang ketat.
Kombinasi antara relawan sukarela dan tim profesional menjadi kekuatan besar dalam menghadapi situasi darurat. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa kepedulian sosial dan profesionalisme dapat berjalan beriringan untuk menolong sesama. Dengan adanya kerja sama yang baik antara masyarakat dan tim penyelamat, penanganan bencana dapat berlangsung lebih cepat, efektif, dan menyeluruh.
VolunterÂ
Pramuka Polbangtan Medan
Saat banjir melanda Desa Tanjung Selamat, Medan, relawan dari Pramuka Polbangtan Medan membantu membersihkan lokasi banjir, mengevakuasi warga, serta menyerahkan bantuan seperti beras, air mineral, dan pakaian bekas layak pakai.Â
Dalam pengungsiannya pun mereka aktif di posko penampungan Desa Tanjung Selamat.
https://sumut.antaranews.com/berita/353888/pramuka-polbangtan-medan-bantu-korban-banjir?utm_Â
Okupasional