Kendala terbesar dalam proyek publik sering kali bukan soal teknologi, tetapi soal koordinasi dan komunikasi.
Terowongan Samarinda membuktikan hal itu. Di tengah proyek yang berjalan, ada banyak tumpang tindih kebijakan antar lembaga. Pemerintah kota, provinsi, hingga kementerian harus duduk bersama untuk menyamakan langkah. Di sinilah muncul nilai kolaborasi yang sesungguhnya: bekerja bersama, bukan bekerja sendiri.
Meski begitu, pemerintah kota tetap berupaya menjaga transparansi. Melalui Dinas Kominfo, perkembangan proyek rutin diumumkan kepada publik. Pada akhir 2024, progres fisik dilaporkan sudah mencapai 85 persen, dan Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menegaskan bahwa keselamatan warga tetap menjadi prioritas utama.
"Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi," ujarnya saat meninjau lokasi pembangunan yang sempat mengalami longsor.
Namun, komunikasi satu arah saja tidak cukup. Sebagian warga masih menilai sosialisasi pemerintah belum sepenuhnya menyentuh masyarakat terdampak. Harapan publik jelas: kolaborasi harus dirasakan, bukan hanya diumumkan.
Lebih dari Sekadar Infrastruktur
Bila kelak terowongan ini rampung dan bisa dilalui, hasilnya bukan hanya kemacetan yang berkurang. Ada makna yang lebih besar: lahirnya cara baru dalam membangun kota --- melalui kolaborasi.
Pemerintah tidak lagi menjadi aktor tunggal yang mengatur segalanya, tetapi bagian dari jejaring yang bekerja bersama masyarakat dan sektor swasta. Begitu pula warga, yang tidak hanya menjadi penonton, melainkan ikut mengawasi, mengkritik, dan memberi masukan terhadap pembangunan.
Kolaborasi seperti ini merupakan inti dari pelayanan publik modern. Dalam dunia yang semakin kompleks, tidak ada lagi ruang bagi ego sektoral. Pembangunan tidak akan berhasil jika dilakukan sendiri. Ia membutuhkan kepercayaan, komunikasi terbuka, dan kesadaran bahwa kemajuan kota adalah tanggung jawab bersama.
Penutup
Pembangunan Terowongan Samarinda adalah pelajaran tentang kolaborasi di dunia nyata. Ia menunjukkan bagaimana konflik bisa diubah menjadi kerja sama, dan bagaimana kebijakan publik bisa menjadi wadah belajar bagi semua pihak.
Terowongan ini memang dibangun dari beton, baja, dan aspal, tetapi pondasi sejatinya adalah kerja sama, kepercayaan, dan keterlibatan warga.
Dan mungkin, justru di situlah letak makna terdalam dari sebuah terowongan --- bukan hanya menghubungkan dua ruas jalan, tapi juga menjembatani kepentingan dan harapan antara pemerintah dan rakyatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI