Mohon tunggu...
Tiara Giza
Tiara Giza Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru dalam Menerapkan Modifikasi Perilaku untuk Mmbentuk Disipilin dan Tanggung Jawab Siswa

4 Oktober 2025   08:15 Diperbarui: 4 Oktober 2025   08:15 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran guru dalam menerapkan modifikasi perilaku guna membentuk disiplin dan tanggung jawab siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan menganalisis berbagai sumber relevan seperti jurnal ilmiah, buku, dan artikel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki peran sentral dalam merancang dan melaksanakan program modifikasi perilaku yang efektif. Strategi seperti pemberian penguatan positif, pembentukan perilaku, dan penghapusan perilaku negatif terbukti efektif dalam meningkatkan disiplin dan tanggung jawab siswa. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua dalam mencapai tujuan modifikasi perilaku. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru dalam bidang modifikasi perilaku agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan karakter siswa. Melalui program Pendidikan karakter dan kegiatan sehari-hari, guru aktif membentuk sikap dan perilaku siswa agar lebih disiplin, jujur, dan religius. Penerapan nilai-nilai karakter seperti kedisiplinan, kejujuran, dan religiusitas menjadi fokus utama dalam pendidikan di sekolah tersebut. Faktor lingkungan, seperti dukungan dari keluarga dan interaksi dengan teman sebaya, juga memengaruhi pembentukan karakter disiplin siswa. Kerjasama antara sekolah, guru, orang tua, dan lingkungan sekitar sangatlah penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan karakter disiplin siswa. Dalam menangani siswa yang melanggar aturan disiplin, guru harus memiliki strategi yang komprehensif dan responsif, dengan pendekatan yang mengedepankan komunikasi dan pembinaan.

Kata kunci : Disiplin, Tanggung jawab, Peran guru, Modifikasi perilaku, Faktor lingkungan.

Pendahuluan

            Disiplin dan tanggung jawab merupakan dua aspek penting dalam pembentukan karakter siswa. Keduanya berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di masa depan. Namun, dalam praktiknya, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menunjukkan perilaku disiplin dan bertanggung jawab. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya motivasi, pengaruh lingkungan, atau masalah pribadi.Dalam mengatasi masalah ini, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam pembentukan karakter siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru adalah modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang lebih positif dan adaptif.

Pembentukan watak disiplin pada peserta didik di lingkungan sekolah adalah salah satu fokus utama pendidikan. Disiplin bukan sekadar fondasi bagi ketertiban dan suasana belajar yang nyaman, tetapi juga esensial dalam perkembangan karakter anak secara menyeluruh. Tugas pendidik dalam menanamkan karakter disiplin sangatlah krusial, sebab guru bukan hanya berperan sebagai pengajar, melainkan juga sebagai panutan yang memengaruhi sikap serta tingkah laku siswa setiap harinya. Dalam hal ini, aktivitas harian di sekolah menjadi sarana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai disiplin pada anak (Mochamad Surya et al., 2021). Pendidik memiliki peluang besar untuk menyatukan nilai-nilai disiplin dalam berbagai kegiatan di sekolah, mulai dari proses belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, hingga interaksi santai di luar jam pelajaran. Dengan metode yang ajek dan arif, guru dapat menolong siswa mengerti arti penting disiplin dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk perilaku yang positif. Misalnya, ketepatan waktu dalam menaati jadwal pelajaran, amanah dalam menuntaskan tugas, dan kedisiplinan dalam mematuhi tata tertib sekolah adalah aspek-aspek yang dapat terus ditanamkan (Siregar, 2020). Sekolah memegang peranan vital dalam membentuk karakter siswa dan berdampak besar terhadap kemajuan mereka. Guru diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuan diri dan menjadi teladan yang baik bagi siswa dalam proses pembentukan karakter. Pendidikan karakter menjadi salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran yang diterima oleh peserta didik (Wally, 2022).

Pembahasan

Dari permasalahan tersebut, tampak jelas bahwa pendidik memegang peranan yang sangat krusial dalam membentuk sikap disiplin peserta didik di lingkungan sekolah. Mereka tidak sekadar menyampaikan materi ajar, tetapi juga nilai-nilai karakter yang esensial bagi perkembangan siswa. Penerapan pendidikan karakter seperti program salat duha, murojaah, dan hafalan surah menjadi bagian dari siasat guru dalam menanamkan nilai-nilai disiplin, kejujuran, serta religiusitas kepada siswa. Peran guru tidak hanya berhenti pada pemberian pengetahuan, tetapi juga berfungsi sebagai pembimbing dalam membentuk perilaku siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembentukan karakter siswa, setiap guru harus memahami bahwa pengembangan karakter memerlukan bimbingan dan pendidikan moral (Taufik & Akip, 2021). Menurut (Yestiani & Zahwa, 2020), guru berperan sebagai pengajar, teladan, dan figur bagi siswa serta masyarakat di sekitarnya; mereka secara aktif terlibat dalam memberikan petuah, menegur, dan menjatuhkan sanksi kepada siswa yang melanggar aturan. Melalui pendekatan yang bijak dan ajek, guru berupaya untuk menanggulangi permasalahan disiplin siswa dengan memberikan atensi serta bimbingan yang dibutuhkan.

Dengan demikian, dalam proses pembentukan karakter disiplin siswa, guru juga menghadapi sejumlah faktor pendorong dan penghambat. Salah satu faktor pendorongnya adalah sokongan dari kepala sekolah, kebijakan sekolah yang tegas terkait dengan disiplin, sebab seorang pemimpin memiliki andil penting sebagai anutan bagi seluruh warga sekolah, terutama anak-anak yang secara psikologis masih berada dalam fase meniru perilaku (Agustina, 2018). Berikut Peran Guru dalam Modifikasi Perilaku:

  • Strategi dan Faktor Penentu Keberhasilan dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang sangat kompleks dan multidimensional. Lebih dari sekadar menyampaikan materi pelajaran, guru juga bertindak sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator dalam pembentukan karakter siswa. Salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter adalah pengembangan disiplin dan tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan ini, guru dapat memanfaatkan berbagai pendekatan, salah satunya adalah modifikasi perilaku.
  • Peran Sentral Guru dalam Modifikasi Perilaku
  • Modifikasi perilaku adalah penerapan prinsip-prinsip belajar untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang lebih positif dan adaptif. Dalam konteks sekolah, guru memegang peran kunci dalam merancang dan melaksanakan program modifikasi perilaku yang efektif. Peran ini mencakup beberapa tahapan penting:
  • Langkah pertama adalah mengidentifikasi perilaku spesifik yang ingin diubah atau ditingkatkan. Perilaku ini harus terukur (dapat diukur secara kuantitatif) dan dapat diamati (dapat dilihat dan dicatat). Contohnya, jika seorang siswa sering terlambat masuk kelas, perilaku targetnya adalah "datang tepat waktu ke kelas". Perilaku yang terukur memungkinkan guru untuk memantau kemajuan siswa secara objektif.
  • Setelah perilaku target diidentifikasi, guru perlu memahami faktor-faktor yang memengaruhi perilaku tersebut. Analisis fungsional melibatkan identifikasi anteseden (pemicu perilaku), perilaku itu sendiri, dan konsekuensi (akibat dari perilaku). Misalnya, seorang siswa mungkin sering mengganggu teman-temannya (perilaku) karena merasa bosan saat pelajaran (anteseden) dan mendapatkan perhatian dari teman-temannya (konsekuensi). Dengan memahami faktor-faktor ini, guru dapat merancang intervensi yang lebih tepat sasaran.
  • Berdasarkan analisis fungsional, guru menyusun program modifikasi perilaku yang sesuai. Program ini mencakup strategi-strategi spesifik yang akan digunakan untuk mengubah perilaku target. Beberapa strategi yang umum digunakan meliputi:
  • Pemberian Penguatan Positif: Memberikan penghargaan atau pujian atas perilaku yang diinginkan. Penguatan positif dapat berupa verbal (pujian), material (hadiah), atau sosial (perhatian).
  • Pembentukan Perilaku (Shaping): Memecah perilaku kompleks menjadi langkah-langkah kecil dan memberikan penguatan pada setiap langkah yang berhasil dicapai. Strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan keterampilan baru atau membentuk perilaku yang kompleks.
  • Penghapusan Perilaku Negatif (Extinction): Mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dengan cara mengabaikannya atau menghilangkan penguatan yang mempertahankan perilaku tersebut.
  • Pemberian Konsekuensi Negatif (Punishment): Memberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan setelah perilaku yang tidak diinginkan terjadi. Namun, penggunaan hukuman harus dilakukan dengan hati-hati dan proporsional, serta harus diimbangi dengan penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan.
  • Penggunaan Kontrak Perilaku: Membuat perjanjian tertulis antara guru dan siswa yang berisi deskripsi perilaku yang diharapkan, konsekuensi positif jika perilaku tercapai, dan konsekuensi negatif jika perilaku tidak tercapai. Kontrak perilaku membantu siswa memahami harapan guru dan bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri.

 3. Setelah program modifikasi perilaku disusun, guru melaksanakan program tersebut secara konsisten dan sistematis. Konsistensi sangat penting untuk memastikan bahwa siswa memahami harapan guru dan termotivasi untuk mengubah perilaku mereka.

 4. Guru secara berkala mengevaluasi efektivitas program dan melakukan revisi jika diperlukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang frekuensi perilaku target, mewawancarai siswa, atau meminta umpan balik dari orang tua. Jika program tidak efektif, guru perlu menganalisis penyebabnya dan melakukan penyesuaian yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun