Mohon tunggu...
tiaagustinahasibuan
tiaagustinahasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam. i'm hope ini dapat berguna untuk kita semua.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Dakwah Berdasarkan Al-Qur'an

15 Juni 2025   09:49 Diperbarui: 15 Juni 2025   09:49 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh : Tia Agustina Hasibuan (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) & Bapak Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

         Dakwah merupakan suatu aktivitas penting dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia. Tujuan utamanya adalah mengajak manusia agar senantiasa taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Agar pesan dakwah dapat tersampaikan secara efektif, dibutuhkan perencanaan yang matang. Perencanaan ini dikenal dengan istilah strategi dakwah. Secara umum, strategi merujuk pada langkah-langkah terstruktur dan dirancang untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan. Dalam konteks dakwah, strategi merupakan rencana yang dibuat oleh seorang dai agar pesan-pesan dakwah---baik mengenai akidah, ibadah, maupun akhlak---dapat diterima oleh objek dakwah atau mad'u secara tepat dan efisien.

      Salah satu strategi dakwah yang termaktub dalam Al-Qur'an adalah pendekatan personal. Strategi ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian dalam proses dakwah dan umumnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, terlebih pada masa awal kenabian. Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk memulai dakwah dengan pendekatan pribadi ini sebagaimana yang tercantum dalam Surah al-Mudatsir ayat 1 hingga 7. Nabi kemudian mengawali dakwahnya kepada orang-orang terdekat, seperti istrinya Khadijah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, pembantunya Zaid bin Haritsah, serta sahabatnya Abu Bakar as-Shiddiq dan Bilal bin Rabah. Pendekatan ini menunjukkan pentingnya membina hubungan yang kuat dan menyentuh hati secara langsung sebelum menyampaikan ajaran kepada khalayak yang lebih luas.

     Setelah periode dakwah secara sembunyi-sembunyi, Allah memerintahkan Nabi untuk mulai berdakwah secara terbuka kepada masyarakat luas. Perintah ini tertuang dalam Surah al-Hijr ayat 94, yang menyerukan agar Nabi menyampaikan ajaran secara terang-terangan dan berpaling dari kaum musyrik yang menentangnya.

      Selain strategi personal, Al-Qur'an juga mengajarkan pendekatan dakwah yang bersifat rasional. Pendekatan ini mengedepankan pemikiran logis dan pertimbangan akal sehat. Strategi ini sangat efektif bagi kalangan yang berpikir kritis dan membutuhkan penjelasan yang masuk akal dalam memahami ajaran agama. Sebagai contoh, Surah al-Ikhlas ayat pertama menegaskan keesaan Allah, yang secara logis menyatakan bahwa Tuhan itu satu. Surah al-Anbiya ayat 22 menambahkan bahwa jika ada lebih dari satu Tuhan, maka langit dan bumi ini akan hancur karena pertentangan antar kekuasaan. Argumentasi semacam ini mengajak mad'u untuk merenung dan berpikir logis tentang kebenaran ajaran tauhid.

      Selain pendekatan personal dan rasional, dakwah dalam Islam juga mengandung aspek spiritual. Strategi ini menekankan pada pembinaan rohani, menyentuh sisi batin dan jiwa seseorang. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan kesadaran spiritual dalam diri mad'u, agar mereka senantiasa hidup dalam kesadaran akan kehadiran Allah, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Pendekatan spiritual ini membentuk pribadi yang tidak hanya mengetahui ajaran Islam, tetapi juga menghayatinya dalam setiap aspek kehidupan. Ia menciptakan kondisi jiwa yang dipenuhi nilai-nilai keimanan, kedekatan dengan Tuhan, dan ketenangan batin.
 
       Dengan demikian, strategi dakwah dalam Al-Qur'an mencerminkan pentingnya perencanaan yang matang dan pendekatan yang tepat sesuai kondisi mad'u. Pendekatan personal, rasional, dan spiritual bukanlah metode yang berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi dalam membentuk strategi dakwah yang menyeluruh. Seorang dai dituntut untuk mampu memahami situasi dan karakter mad'u agar dakwah yang disampaikan tidak hanya diterima secara lahiriah, tetapi juga menyentuh hati dan pikiran mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun