"Ma, kenapa kita tidak sekaligus berbelanja banyak? Takutnya, besok gak bisa keluar rumah lagi karena wabah virus corona." Tanya anak sulung kami yang masih duduk di bangku SMP itu, saat berbelanja di swalayan dekat rumah.
"Nak, cukuplah kita membeli sesuai kebutuhan. Tidak perlu terlalu khawatir dan memborong kebutuhan secara berlebihan. Bayangkan kalau semua berpikir dan bertindak seperti itu, kira-kira apakah yang akan terjadi? Barang akan langka. Kalau sudah langka, harganya pasti naik." Jawab mamanya.
Saya pun turut menimpali pembicaraan mereka. "Lihat saja kondisi sekarang. Begitu susahnya mencari masker, hand sanitizer, dan vitamin C. Tahu alasannya? Karena ulah orang yang memborong dan menimbun, sampai-sampai barang langka di pasaran. Kalau pun barangnya ada, harganya sangat mahal."
"Nah, begitu juga barang kebutuhan sehari-hari (sembako). Kalau banyak orang yang memborong dan menimbun, bisa-bisa harganya ikut-ikutan naik. Kalau sudah begitu, maka masyarakat akan cemas dan panik. Kalau cemas dan panik tidak terkendali, tentu akan merugikan masyarakat itu sendiri. "
"Bahayanya lagi, dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan penjarahan dan kerusuhan. Benar-benar dapat melumpuhkan perekonomian nasional. Dampaknya, bukan tidak mungkin negeri kita diterpa krisis ekonomi lagi."
"Krisis ekonomi itu sungguh menyiksa dan menyakitkan. Biarkan papa dan mamamu saja yang pernah mengalaminya. Papa berharap kalian tidak mengalami seperti peristiwa 1998. Untuk itu mari kita mulai dari diri kita dan dari hal yang terkecil." Lanjutku.
Anak kami akhirnya paham. Begitulah cara kami mengedukasi anak agar memahami bahwa tindakan kalap konsumen dapat merugikan masyarakat luas, bahkan dapat memengaruhi perekonomian nasional. Semoga dengan peristiwa saat ini dapat menjadi pelajaran buat anak-anak. Berharap, ketika kelak berhadapan dengan masalah seperti ini, mereka memiliki prinsip dan pegangan untuk mengambil keputusan dalam bertindak.
Misalnya, orang yang bekerja harian, pendapatannya pasti mengalami penurunan bahkan mungkin ada yang sampai pada titik minus. Berbagai sektor usaha pun mulai terkena imbas, seperti pariwisata, perhotelan, tempat hiburan, transportasi, rumah makan, dan lain sebagainya.
Dalam kondisi seperti ini, tidak dimungkiri masyarakat akan mulai cemas, kuatir dan panik. Apalagi proses penanganan Covid-19 bukan perkara sehari dua hari. Butuh waktu.Â
Bahkan dalam berbagai pemberitaan, kita mendengar bahwa setiap hari semakin banyak saja jumlah orang yang terpapar Covid-19 dan penyebarannya pun terus terjadi ke berbagai daerah.