Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saatnya Melibatkan Keluarga dan Masyarakat dalam Menumbuhkan Budaya Literasi

15 Juni 2019   19:43 Diperbarui: 15 Juni 2019   19:55 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepulang sekolah, Gerald, anak kami, tampak bahagia. Dia menunjukkan sebuah bingkisan kepada mamanya. Bingkisan itu adalah apresiasi dari perpustakaan sekolah karena terpilih menjadi siswa terajin meminjam buku selama satu semester.

Beberapa tahun terakhir, perpustakaan sekolahnya memang secara rutin memberikan apresiasi kepada siswa peminjam buku terajin.

Gerald, anak kami, menerima apresiasi dari perpustakaan sekolah sebagai peminjam buku terajin (dokpri)
Gerald, anak kami, menerima apresiasi dari perpustakaan sekolah sebagai peminjam buku terajin (dokpri)
Sebagai orangtua, tentu sangat mendukung kegiatan tersebut. Mengingat pentingnya penanaman semangat literasi (membaca) kepada anak. Berharap dengan pemberian apresiasi, akan mampu mendorong dan menarik minat generasi sekarang untuk mencintai buku.

Tetapi perlu diingat, jangan pernah terjebak dengan pemberian apresiasi. Apresiasi bukanlah tujuan, tetapi salah satu sarana mengingatkan dan menyadarkan anak agar membaca buku sedini mungkin.

Sebenarnya, mengapa seorang anak harus didorong untuk membaca buku sejak dini?

Kata orang bijak, buku adalah jendela dunia. Maka, kalau seseorang mau melihat "apa" dan "bagaimana" dunia tersebut, bukalah buku!

Selanjutnya, orang yang "akrab" dengan buku adalah orang yang mencintai pengetahuan dan memiliki wawasan. Begitu normatifnya.

Kalau begitu, sebagai orangtua yang mengharapkan anaknya menjadi orang yang berpandangan luas tentang dunia, mencintai pengetahuan dan berwawasan, maka ajarkan anak untuk mencintai buku dan membacanya. Tapi melihat kenyataannya, ada banyak anak yang kurang tertarik membaca buku. Mengapa?

Sesungguhnya ini membutuhkan riset  mendalam. Tapi berdasarkan pengamatan di sekitar, bahwa salah satu tantangan di era digital atau ketika teknologi informasi semakin maju, banyak anak yang alih minat. Banyak anak yang lebih tertarik bermain gadget daripada membaca buku. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah masuk fase kecanduan. Sehingga untuk mengalihkan perhatiannya kembali ke hal positif, seperti membaca buku, bukan perkara mudah.

Kalau ingin menanamkan minat dan disiplin membaca buku pada anak, mulailah sejak dini. Jadikan semangat membaca buku menjadi kebutuhan dan gaya hidup seorang anak. Kalau sudah sampai pada tingkat tersebut, maka dapat dipastikan bahwa si anak secara otomatis akan mencari buku, kapan dan di mana pun.

Ketika anak sudah berada pada tahap tersebut, si anak benar-benar mencintai buku, maka tugas orangtua akan jauh lebih ringan ketika mereka beranjak remaja bahkan ketika mereka sudah menjadi pemuda kelak. Tinggal mempertahankan kebiasaan tersebut agar terus melekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun