Bisa saja pada tahapan ini seorang penulis merenungkan kembali motivasi dan alasannya untuk menulis, apakah melenceng atau tidak. Atau masih berada pada koridor yang tepat. Kembali menajamkan visi atau impian, apakah masih seperti sediakala atau ada perubahan. Membuat strategi baru untuk mewujudkan target yang belum tercapai, Â hingga pada alasan penyebab kegagalan (jika mengalami kegagakan).
Alangkah baiknya jika bagian refleksi diri ini dituliskan dalam sebuah catatan agar mudah diingat kembali.
2. Konsultasi dengan Penulis Senior
Barangkali berdiskusi dengan para penulis senior merupakan cara yang baik untuk memeroleh masukan demi mempertahankan dan meningkatkan kualitas diri. Baik itu dari gaya penulisan kita, apakah masih relevan atau tidak dengan situasi sekarang, apakah ide-ide dalam tulisan kita masih bisa tersampaikan dengan baik dan tepat sasaran, hingga belajar seluk beluk perkembangan kepenulisan di era digital dan internet seperti sekarang.
Intinya jangan pernah menganggap diri sudah hebat. Selalu memelira kerendagan hati. Sebab di atas langit, masih ada langit.
3. Memperhatikan Asupan Makanan Sehat
Bagi seorang penulis, baik pemula atau yang berpengalaman, buku atau bacaan lainnya adalah makanan sehari-hari untuk mendukung energi dalam menulis.
Jadi ketika sudah menjadi penulis yang matang pun, bukan berarti berhenti membaca. Hanya mungkin mengingat kesibukan yang semakin tinggi, maka perlu semakin bijak untuk menentukan bahan bacaan. Fokus pada tujuan.
4. Tetap Berlatih
Petinju kelas berat sekalipun ternyata masih perlu berlatih. Begitu juga seorang penulis. Agar kemampuan menulisnya juga tetap dinamis dan tetap berkualitas, maka disiplin dan konsistensi menulis perlu dipertahankan.
Sekali berhenti berlatih, maka pendatang baru akan segera memotong jalan kita.