Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru, Salah Satu Kunci Memperoleh Ilmu Pengetahuan

27 November 2017   18:57 Diperbarui: 27 November 2017   19:23 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November, hampir semua masyarakat Indonesia akan mengucapkan salam takzim "Selamat Hari Guru" karena merasa telah mendapatkan ilmu dan hikmah dalam hidupnya dari seseorang yang lazimnya disebut sebagai "guru."

Ada yang berpendapat bahwa sangat sulit untuk menjadi seorang guru karena komitmen dan konsekuensi yang harus diemban dan ditanggungnya terutama apabila tidak amanah, tidak bisa diguguh dan ditiru oleh insan di sekelilingnya. Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa menjadi guru itu gampang-gampang saja karena apabila seseorang mengajarkan sesuatu kebaikan dan senantiasa mengamalkannya, maka ia sudah layak disebut sebagai guru.

Guru dalam konteks Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lebih cenderung memberikan pengertian yang formal, yaitu seseorang yang berprofesi mengajar. Makna ini agak sedikit mengikat yang walaupun kita ketahui bahwa mengajar bisa secara formal dan juga non-formal.

**

Dalam Islam, guru berperan penting dalam kegiatan mentransfer ilmu kepada seseorang karena jamak meyakini bahwa alangkah lebih baik ada guru yang memberikan penjelasan dari setiap bacaan yang terkandung dalam buku yang dibaca oleh seorang siswa.

Maka sebab itulah, guru menjadi salah satu dari enam hal yang penting untuk diperhatikan oleh seseorang yang menuntut ilmu. Hal tersebut disinyalir dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim karangan Imam Al-Zarnuji sebagaimana dijelaskan oleh Imam Syafi'i dari Ali bin Abi Thalib r.a yang perincian sbb:

Pertama, cerdas.

Kedua, rakus atau tamak.

Ketiga, penuh perjuangan dan sabar.

Keempat, bekal atau biaya.

kelima, bermuamalah, berinteraksi atau bersahabat dengan guru.

Keenam, waktu yang lama.

**

Dari artikel pendek ini, diharapkan seorang siswa dapat benar-benar memahami bahwa keberadaan guru dalam hidupnya begitu sangat berarti. Menyakiti hati seorang guru merupakan kesalahan besar yang harus dihindari sehingga kata-kata "tanpa seorang guru yang telah mengajar baca tulis tidaklah berarti hidupnya," bukan sekadar ucapan pemanis bibir belaka namun benar-benar keluar dari pemikiran yang jernih dan hati yang tulus.

Pada saat seperti inilah maka seorang guru akan mendidik bukan saja mentransferkan ilmu pengetahuan tetapi juga membungkusnya dengan harapan dan do'a sehingga siswanya kelak menjadi seorang yang senantiasa menebarkan kebaikan yang dirasakan manfaatnya oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.

Suatu hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang yang pernah merasa menjadi siswa adalah mengingat gurunya, menjalin silaturrahmi, membantu semampunya dan juga harus senantiasa mendo'akan guru agar mendapat keberkahan di dunia dan akhirat.

Selamat Hari Guru, engkau bagaikan pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan.(*)

KL: 27112017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun