Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lewat "Marka" Anak TKI Ini Berkisah

13 Oktober 2017   06:34 Diperbarui: 13 Oktober 2017   13:22 1884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover MARKA| Sumber: Dokumentasi Metro TV

MARKA, sebuah film pendek yang mengisahkan perjalanan hidup Icha (12 tahun), seorang anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di pedalaman Miri, Sarawak, Malaysia Timur. Icha adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, gadis kecil berdarah Bugis-Paloppo ini dikenal sangat aktif dan cerdas. Icha lulus paket A seperti dua kakaknya Dewi dan Fitri yang tidak lagi bersekolah karena bekerja membantu orang tua mereka sebagai "pengutip" biji kelapa sawit.

Icha bercita-cita menjadi penari profesional. Kedua kakaknya menjadi penyemangat dirinya untuk terus giat belajar, tetapi sayang sekali Icha terpaksa harus putus sekolah, tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah karena terbentur aturan keimigrasian Pemerintah Malaysia. Icha juga tidak bisa melanjutkan pendidikan menengah di tanah air karena harus menuruti kehendak orang tuanya agar tetap bisa bekerja mengutip biji kelapa sawit seperti jejak dua kakaknya. 

Selama ini, Icha dan anak-anak TKI lainnya bersekolah di sebuah pusat belajar yang disebut Community Learning Center (CLC)Saremas,pusat belajar sederhana dengan jumlah murid 116 orang dan 5 orang guru. Setiap pagi, Icha dan kawan-kawannya berangkat ke sekolah menaiki lori milik perusahaan perkebunan tempat orang tua mereka bekerja. 

Kini Icha sudah putus sekolah, hanya tamat SD dengan ijazah Paket A (Ula) yang diberikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia. CLC Saremas hanya menyediakan pendidikan jenjang SD saja, maka oleh karena itulah bagi siswa-siswi yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), harus pulang ke tanah air, berpisah dengan tua mereka tetap tinggal dan bekerja di Negeri Jiran. 

Di sinilah kendala bagi orang tua Icha yang keberatan pisah dengan putri bungsunya. Alasan ekonomi, keamanan, dan kerinduan menjadi satu penghalang Icha menggapai cita-citanya untuk bisa bersekolah dan menjadi penari profesional. Di satu sisi, aturan Pemerintah Malaysia juga hanya memberikan kesempatan bagi anak TKI di Sarawak untuk bersekolah sampai jenjang sekolah dasar saja. Setelah lulus dan ingin melanjutkan ke pendidikan menengah harus kembali ke negaranya.

**

Seorang guru di CLC Saremas sebut saja Cikgu Salim merupakan seorang pendidikan yang tekun dan sabar membimbing anak didiknya serta dengan penuh ketulusan memberikan perhatian kepada murid-muridnya termasuk Icha dan kakak-kakaknya. Cikgu Salim yang melihat potensi Icha dan kakak-kakaknya, tak keberatan memberikan mereka bimbingan belajar di luar waktu sekolah sambil berusaha meyakinkan orang tua Icha akan pentingnya pendidikan bagi putrinya itu. 

Dari Cikgu Salim-lah saya mengetahui bahwa Icha selalu menabung, menyisihkan uang hasil kerjanya memilih biji kelapa sawit dengan harapan kelak dapat kembali ke tanah air dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kini Icha harus memendam sementara hasrat bersekolah dan menggantungkan dulu cita-citanyanya menjadi penari profesional.

Untuk kelanjutan kisah pendidikan anak TKI di pedalaman Sarawak, saksikan "MARKA" yang mulai tayang pada hari Senin, 9 Oktober 2017 pukul 22.30-23.00 di Metro TV.(*)

Dukung MARKA sebagai film favorit Eagle Awards tahun ini dengan cara klik. Periode VOTE 4-24 Oktober 2017.

Sekadar berbagi untuk Indonesia Cerdas

KL:13102017 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun