Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Triple X

20 Mei 2018   22:12 Diperbarui: 20 Mei 2018   22:12 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: dokumentasi pribadi

Namaku Bagja. Aku seorang barista di sebuah kedai kopi di Bintaro. Tapi, tunggu dulu, aku sebenarnya tidak terlalu nyaman menyebut diri sebagai barista. Aku lebih senang menyebut diriku sebagai peracik kopi. Bagiku, istilah barista hanya mengesankan modernitas belaka, kalau tak boleh dibilang sok kekinian.

Namaku Bagja. Sudah hampir lima tahun aku menjadi peracik kopi. Kedai tempatku bekerja tidak besar dan tak semewah kafe-kafe yang hilir mudik di Instagram. Namun kedai tempatku bekerja adalah rumah bagi para penikmat kopi nusantara. Tempat di mana para pelanggan menemukan teman-teman barunya. Seringkali mereka membaur begitu saja meskipun belum saling hapal nama masing-masing. Seorang pelanggan tetap menyebut suasana kedai kami sebagai tempat peleburan aneka ide dan opini. Ini adalah sinkretisme kedai kopi, katanya.

Namaku Bagja. Setelah hampir lima tahun menjadi peracik kopi, ada satu obsesi yang belum kucapai. Yaitu meracik sebuah minuman kopi spesial. Beberapa kali sudah kucoba namun aku merasa belum puas.

Hingga suatu malam, datanglah seorang tamu ke kedai kami. Badannya besar, berambut gondrong, dan memakai pakaian serba hitam. Kutaksir umurnya lebih dari setengah abad.

Lelaki itu memesan espresso dingin, namun bukan seperti yang biasa kami sajikan. Dia ingin espresso dingin khusus dengan komposisi dan cara bikin yang dia mau. Maka satu persatu dia menuntunku membuat racikan sajian espresso dingin seperti maunya.

Proses yang cukup rigid dan bukan saja membutuhkan waktu lumayan lama untuk segelas espresso namun juga membutuhkan tenaga lumayan ekstra untuk mengocok balok-balok es, espresso, dan es cream menggunakan shaker.

Hasilnya, segelas espresso dingin dengan tekstur yang lembut dan rasa creamy dengan jejak tipis rasa kopi.

"Kamu bisa membuatnya untukmu dan untuk pelangganmu," katanya, "namun ingat, jangan sampai tertukar sedikit pun prosesnya,"

"Dan berhentilah ketika suara gaduh balok-balok es dalam shakermu berubah menjadi suara yang merdu," sambungnya, "kau tahu, setiap yang merdu dapat melenakanmu."

Aku hanya terpaku mendengar ucapan tamuku malam itu. Dan ketika aku belum sempat berkenalan dengannya, dia sudah pergi meninggalkanku sendiri di dalam bar. Kemudian lampu tiba2 menyala terang dan kudengar suara emak membangunkaku. Ya Tuhan, ternyata aku bermimpi!

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun