Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

InaRI Expo 2022, Tempatnya Para Talenta Kreatif dan Inovatif

9 November 2022   14:39 Diperbarui: 9 November 2022   14:46 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu karya BRIN di bidang riset drone | Dok.Pribadi/Thomas Panji

Lewat InaRI Expo 2022, BRIN berkomitmen semakin merangkul para talenta muda untuk memajukan dunia riset Indonesia.

Pada tanggal 28 Oktober 2022 kemarin, penulis berkesempatan untuk berkunjung ke InaRI Expo 2022. Bagi pembaca yang belum tahu, InaRI Expo 2022 adalah sebuah perhelatan eksibisi yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), acara ini bertujuan untuk memamerkan berbagai karya riset dari dalam negeri dan luar negeri. InaRI Expo 2022 mengusung tujuan pembangunan berkelanjutan.

Hal ini tercermin dari tema yang diangkat, yakni "Digital, Blue Economy, & Green Economy: Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi." Lewat tema tersebut, BRIN yang wakili oleh InaRI Expo 2022 bertujuan untuk mengajak masyarakat Indonesia, Asia Tenggara, dan Asia Selatan untuk memulai langkah baik dalam merawat serta melestarikan bumi lewat karya-karya riset yang selaras dengan alam dan kekayaan hayati.

Melalui tema ini, BRIN berharap dapat semakin mendorong kolaborasi antar pihak untuk memperkokoh ekosistem riset dan inovasi, demi mewujudkan ekonomi Indonesia dan Asia yang berbasis pada budaya digital, berwawasan lingkungan hidup, dan semakin memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara lebih optimal. InaRI Expo 2022 sendiri ternyata juga menjadi salah satu bagian dari agenda Presidensi G20 Indonesia 2022.

Di G20, BRIN memegang peran sebagai pengampu kegiatan Research and Innovation Initiative Gathering (RIIG) dan Space 20. Maka dari itu, InaRI Expo 2022 diharapkan menjadi etalase kemajuan riset dan teknologi Indonesia serta menjadi katalis yang mampu menginisiasi kerjasama dengan berbagai pihak dalam bidang riset dan inovasi, yang diharapkan semakin menginspirasi banyak talenta riset dan inovasi Indonesia di masa depan.

Penulis tentu saja antusias dengan undangan dari Kompasiana untuk meliput perhelatan ini, karena ini adalah pengalaman pertama bagi penulis untuk berkunjung ke acara eksibisi riset dan inovasi serta penulis antusias karena dapat bertemu dengan sejumlah orang-orang yang mengabdikan dirinya pada bidang-bidang riset dan inovasi, sesuatu yang mungkin berat untuk dilakukan namun dapat menghasilkan dampak nyata di masyarakat.

Saat tiba di Gedung ICC, Cibinong Science Center, Jawa Barat, tempat di mana InaRI Expo 2022 dihelat, penulis langsung disambut dengan hamparan lautan manusia lengkap dengan berbagai karya riset mereka, ada yang di bidang teknologi antariksa, pertanian, kelautan, digital, kesehatan, rekayasa genetik, dan lainnya. Menurut siaran pers resmi BRIN, total ada sekitar 239 peserta, mulai dari Indonesia, regional Asia Tenggara, Asia Timur, dan lainnya.

Angka ini tentu saja tidak mengherankan, karena memang penulis memang menemukan ada begitu banyaknya peserta riset yang datang dari berbagai negara dan rasa serta dengan antusias mereka memperkenalkan sekaligus memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mencoba karya-karya riset mereka. Salah satunya adalah BRIN sendiri, yang saat itu membawa semacam prototipe robot pintar yang bisa diajak bicara.

Ada juga karya drone, ventilator, serta bibit tanaman unggul buatan BRIN, yang tak kalah menarik antusias penulis untuk datang dan mengabadikannya. Penulis juga bertemu dengan beberapa peserta diseminasi riset BRIN 2022, yang beberapa waktu lalu telah berhasil menyelesaikan rangkaian penelitiannya tentang hubungan kondisi demografi Indonesia dengan penerapan praktik ekonomi hijau dan lingkungan hidup di 34 Provinsi.

Karya robotik para peneliti BRIN | Dok.Pribadi/Thomas Panji
Karya robotik para peneliti BRIN | Dok.Pribadi/Thomas Panji

Penulis juga bertemu dan berinteraksi dengan beberapa peserta eksibisi dari negara lain, seperti peserta dari Jepang yang membuat penelitian dan penemuan tentang tabung gas murah meriah dari bahan daur ulang plastik; ada juga peserta dari Filipina yang membuat karya riset tentang es krim yang bahan bakunya terbuat dari ikan sungai; adapun juga peserta dari India yang memamerkan hasil risetnya berupa pembalut ramah lingkungan; dan lain-lainnya.

Selama di acara eksibisi itu, penulis mengaku senang karena dapat berinteraksi dengan para peserta sekaligus menemukan makna baru soal dunia riset, teknologi, dan penemuan.

Adapun penulis juga mendapatkan pengalaman paling menarik dari acara tersebut, yakni adanya pameran yang di khususkan untuk peserta tingkat sekolah SMP dan SMA. Penulis menilai unik, karena InaRI Expo 2022 juga menggandeng para talenta riset yang masih belia.

Penulis menilai jika kehadiran para peserta dari tingkat SMP dan SMA di InaRI Expo 2022 adalah suatu berkah dan pertanda baik, bahwa faktanya Indonesia memiliki banyak talenta muda yang cerdas dan inovatif. Hal ini juga lah yang penulis lihat sebagai komitmen dari BRIN untuk membentuk ekosistem riset yang semakin bersahabat, utamanya bagi peneliti muda agar mereka bisa kontribusi pada masyarakat dan bangsa.

Ada beberapa peserta tingkat SMP dan SMA yang menarik perhatian penulis, salah satunya adalah peserta Sajid Suhla dan Puspita. Kedua pelajar berprestasi asal MAN 2 Kudus, Jawa Tengah itu melakukan riset dan inovasi di bidang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menyinggung isu pengurangan risiko bencana serta kota berkelanjutan dan permukiman manusia. 

Riset dan inovasi yang mereka lakukan adalah membuat batu bata dari berbagai limbah daur ulang yang dapat meredam tingkat kebisingan suara. Mereka membuat riset tersebut karena memiliki masalah mengenai kebisingan suara di asrama mereka. Selain karena kebisingan, mereka juga khawatir dengan kualitas batu bata yang kurang mengedepankan aspek keamanan. Dari situ, mereka terinspirasi untuk membuat batu bata interlock brick.

Dengan pendekatan teknologi interlock brick, batu bata yang mereka buat memiliki dua lubang yang dapat saling mengunci pada pancang besi, sehingga mengurangi risiko terjadinya keruntuhan bangunan akibat bencana alam seperti gempa bumi.

Selain itu, mereka juga khawatir dengan limbah-limbah disekitar mereka yang kurang dimanfaatkan, khususnya karet ban truk yang banyak berserakan di sekitar jalur Pantai Utara (Pantura) Kudus. 

Dari situ, Sajid dan Puspita berinovasi untuk membuat batu bata berbasis interlock yang mampu mereduksi kebisingan. Bahan baku yang mereka gunakan pun cukup unik, yakni terbuat dari campuran limbah karet truk, limbah bubuk cangkang kerang, limbah terak tembaga, dan limbah serat fiber. Limbah truk karet mereka dapatkan dari tempat pengolahan limbah karet ban di sekitaran Kota Kudus, begitu pun juga dengan cangkang kerang.

Sedangkan, limbah terak tembaga mereka peroleh secara khusus dari pabrik pengolahan tembaga yang ada di wilayah Jawa Timur. Campuran bahan yang mereka gunakan untuk membuat batu bata kedap suara memiliki komposisi yang saling berbeda. Perbedaan komposisi ini memampukan mereka untuk menghasilkan sampai sembilan jenis batu bata kedap suara, dan batu bata yang berkualitas baik adalah jenis C20.

Sajid Suhla, salah satu inventor batu bata interlock ramah lingkungan | Dok.Pribadi/Thomas Panji
Sajid Suhla, salah satu inventor batu bata interlock ramah lingkungan | Dok.Pribadi/Thomas Panji

Batu bata jenis C20 sendiri memiliki komponen penyusun yang sangat rapat yang memungkinkannya dapat jauh lebih tahan lama dan tahan di dalam beberapa kondisi.

Sajid dan Puspita bercerita jika ada serangkaian tes yang mereka lakukan untuk menguji ketahanan dan kualitas dari batu bata mereka. Pertama, mereka melakukan uji daya serap air. Hasilnya, batu bata mereka memiliki daya serap air yang sangat kecil dan bisa dikatakan anti air!

Batu bata mereka juga tergolong kuat, sebab mampu menahan beban hingga 160 kj/m2 dan memiliki tingkat kerapatan yang cukup besar, yakni sekitar 3,45 gr/cm3. Karena memiliki tingkat kerapatan yang cukup besar itu, batu bata mereka faktanya dapat mereduksi suara hingga 10 db (desibel), yang berarti batu bata mereka cukup efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan suara yang ditimbulkan dari aktivitas luar ruang.

Selain Sajid dan Puspita, penulis juga bertemu dengan Izza Aulia dan Najida Fitriyana, dua pelajar berprestasi asal MAN 1 Kudus, Jawa Tengah yang melakukan riset serta inovasi di bidang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), utamanya yang menyinggung isu air dan sanitasi. Riset dan inovasi mereka adalah membuat deterjen ramah lingkungan yang terbuat dari ekstrak daun bougenville dan minyak dari akar wangi.

Latar belakang masalah mereka bersumber dari meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap deterjen untuk mencuci selama masa awal maupun saat pandemi COVID-19. Tingginya permintaan deterjen membuat makin tercemarnya sumber daya air. Hal ini kemudian memotivasi mereka untuk membuat deterjen yang ramah lingkungan, yakni dari ekstrak daun bougenville dan minyak dari akar wangi.

Ekstrak daun bougenville menurut keterangan mereka memiliki unsur kimia yang dapat mematikan bakteri dan kuman serta mengandung senyawa tertentu yang dapat menghasilkan busa, mirip seperti deterjen cuci baju pada umumnya.

Sedangkan, minyak akar wangi berfungsi sebagai penguat aroma deterjen dan juga berfungsi untuk melembutkan pakaian serta mematikan bakteri dan patogen, mirip seperti ekstrak daun bougenville.

Hasil uji coba mereka menunjukkan bahwa deterjen inovasi mereka, yakni biodeterjen mampu menghasilkan tingkat kebasaan (pH) yang jauh lebih tinggi, yakni sebesar 8,08 (pH). Meski tinggi busa yang dihasilkan tidaklah setinggi deterjen biasa, namun tinggi busa dari biodeterjen berada di angka yang konsisten, yakni sekitar 7 cm hingga 8 cm. Selain itu, busa yang dihasilkan juga lebih stabil dari pada deterjen biasa, yakni sekitar 86% -- 94%.

Hasil penelitian mereka menyimpulkan jika biodeterjen mereka dapat menjadi deterjen yang ramah lingkungan, utamanya terhadap air. Selain itu, biodeterjen sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan campuran yang dapat mencemari air, namun murni menggunakan bahan-bahan alami, yakni hanya dari ekstrak daun bougenville dan ekstrak akar wangi (atsiri). Selain itu, biodeterjen memiliki fitur 3 in 1, yakni pembersih, pelembut, dan pewangi.

Di ujung acara, penulis menilai bahwa apa yang dilakukan oleh BRIN melalui InaRI Expo 2022 adalah suatu itikad, karena InaRI Expo 2022 adalah komitmen nyata dari BRIN untuk semakin merangkul serta membina para peneliti dan inovator muda bahkan dari tingkat yang belia, yakni dari tingkat SMP serta SMA. BRIN berharap di masa depan mereka dapat memberikan kontribusi bagi perjalanan bangsa Indonesia di kancah global.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun