Mohon tunggu...
Thomas Yoga
Thomas Yoga Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menjadikan konten yang ada pada laman ini sebagai jendela ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Leuit: Lumbung Tradisional Masyarakat Sunda

17 Februari 2025   22:00 Diperbarui: 17 Februari 2025   22:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Leuit Desa Sirnarasa, Sukabumi (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Leuit)

Lumbung merupakan sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan  hasil pertanian, terutama padi, jagung, atau biji-bijian lainnya. Fungsi utama lumbung adalah untuk menjaga kualitas dan keawetan hasil panen dengan melindunginya dari faktor-faktor eksternal seperti hama, kelembapan, atau cuaca buruk. Banyak sumber menyatakan bahwa lumbung sudah ada sejak zaman prasejarah terutama zaman ketika manusia berhenti hidup nomaden dan mulai kenal dengan pertanian. Sejak awal kemunculannya lumbung kemungkinan besar dibuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, batu, atau anyaman, dan dirancang untuk melindungi hasil panen dari hama, kelembapan, dan hewan. Sedangkan di era modern ini lumbung mulai berevolusi dengan tambahan teknologi seperti alat pengatur suhu sebagai optimalisasi penyimpanan.

              Dewasa ini sudah banyak lumbung modern yang dibuat oleh pemerintah untuk ketahanan pangan. Namun tidak sedikit pula lumbung tradisional yang masih tetap lestari dan menjadi kearifan lokal beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten. Lumbung padi tradisional ini dinamakan leuit. Bangunan leuit adalah sebuah bangunan kecil berbahan kayu dengan desain rumah panggung yang umumnya dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan padi. Bahan utama dari pembuatan leuit yang umum ditemui adalah kayu pohon nangka yang mana duianggap kokoh, namun dapat digantikan dengan kayu pohon lain.

              Konstruksi rinci dari leuit dibangun menggunakan balok kayu sebagai saka penyangga bangunan dan dilapisi anyaman bambu, dengan kemampuan menyimpan padi dengan kapasitas sampai dengan tiga ton. Fondasi Leuit menggunakan batuan sungai ataupun bata yang disebut umpak, yang secara filosofis melambangkan keteguhan hati dan konsistensi dalam mempertahankan prinsip. Fungsi umpak tidak hanya berfungsi sebagai fondasi, tetapi juga mencegah air masuk atau merembes ke dalam serat-serat kayu bangunan Leuit. Pada umumnya bagian atas bangunan Leuit disebut sebagai hateup yang terbuat dari daun kirai ataupun daun ijuk.

Leuit dapat dikategorikan menjadi tiga jenis: leuit warga, leuit komunal atau leuit kesatuan, dan leuit si jimat. Leuit warga adalah leuit yang dimiliki secara pribadi oleh setiap warga dan dikelola oleh pemiliknya, dengan ketentuan bahwa bertani tidak hanya mencakup pengolahan lahan, tetapi juga harus melibatkan ritual sebagai bagian yang harmonis. Leuit komunal berfungsi sebagai leuit cadangan. Sementara itu, leuit si jimat adalah bangunan sakral yang melambangkan ketersediaan pangan bagi warga terkait. Dengan pembagian jenis leuit berdasarkan fungsinya ini lah yang membuat leuit cocok dijadikan sebagai salah satu bagian dari pertanian berkelanjutan yang mana tetap memikirkan ketersediaan pangan dengan pengelolaan yang baik secara sistematis.

              Dengan adanya leuit ini maka membantu para penduduk desa adat ataupun petani pada masa lampau dalam menyimpan cadangan makan mereka agar terhindar dari kelaparan, hama, dan berbagai bentuk bencana. Selain itu dengan adanya leuit ini juga membantu jika suatu saat terjadi krisis pangan. Hal tersebut membuktikan bahwa leluhur Suku Sunda sudah memiliki pandangan visioner dan sudah sadar dengan pentingnya ketahanan pangan bagi manusia ataupun suatu bangsa. Melestarikan leuit tidak sekedar mengajak masyarakat  melestarikan budaya leluhur namun juga membantu dalam menciptakan ketahanan pangan yang sudah ada sejak masa lampau.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun