Mohon tunggu...
Thimie KnightDahmer
Thimie KnightDahmer Mohon Tunggu... Tutor - Tentor Bahasa Inggris dan novelist genre Thriller

Saya adalah tentor Bahasa Inggris yang sudah mengajar sejak tahun 2006. Saya lulusan S1 Hukum UII tapi saya memilih untuk membagi pengetahuan saya tentang Bahasa Inggris kepada teman-teman yang belum paham. Sejak tahun 2015 saya tertarik untuk menulis novel dan saya sudah menghasilkan 6 novel yang saya awali dengan genre romance dan sekarang saya memilih menulis genre thriller.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Aku?

9 April 2023   10:05 Diperbarui: 9 April 2023   10:21 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah kisahku.  Sebuah kisah yang sudah aku sembunyikan sekian lama. Ada mungkin sekitar 10 tahun. Kini perlahan tapi pasti rasa bersalah mulai menghantuiku. Namaku Agus dan usiaku kini 50 tahun. Aku lahir dan besar di Indonesia. Tapi sejak bertemu dengan Tasha, wanita berkewarganegaraan Amerika ... aku pun memutuskan untuk tinggal bersamanya di negara yang mempunyai julukan Uncle SAM country. Usiaku waktu itu 27 tahun. Menginjak usia 35 aku memutuskan untuk menjadi warga negara Amerika dan bekerja sebagai seorang Polisi Pantai. Ini adalah kisahku 10 tahun yang lalu. Sebuah kisah yang aku sembunyikan dari Tasha dan anak-anakku serta tempat di mana aku bekerja.

Aku bangun dengan tergesa ketika ada seseorang menggedor pintu depan rumah pantaiku. Aku membukanya dengan malas.

"Mr. Agus ..." ucap Tony dengan napas terengah-engah.

"Take a deep breath Tony. Tell me what's wrong," pintaku pada lelaki yang aku kenal beberapa minggu lalu.

"Lina was murdered," jawabnya singkat, padat, dan jelas.

Aku hanya bisa terdiam sesaat. "Did somebody call 911?"


Dia mengangguk.

Aku pun masuk ke dalam rumah. Tanpa berpikir panjang mengenakan seragam Polisiku, lalu bersama Tony pergi ke TKP.

Sesampainya di TKP aku disambut oleh Mary, seorang Polisi lokal yang juga tugasnya menangani kasus pembunuhan. "She was shot at close range," lapornya.

"In the chest," tambahku.

Mary mengangguk.

Aku mendekati korban yang sudah ditutupi kain putih. Aku membuka penutup itu.

"Seems like she knew the person who shot her," ucap David dari arah belakangku.

"Did Ro knows about this?" tanyaku. Aku yang tadinya duduk berjongkok lalu berdiri mendekati David.

"Ro?" tanya David bingung.

"Her boy friend," jawabku singkat.

David menggeleng dengan cepat.

"Let's go to his place," ajakku pada pemuda kelahiran Inggris itu.

Tidak berapa lama kita sampai di rumah pantai milik Ronan Knight, pacar sang korban.

David mengetuk pintu rumah yang asri itu. Pintu pun terbuka.

"Mr. Knight?" tanyaku.

"Hi Agus ... what's up?" tanya Ronan ramah.

"Lina ... she was murdered," jawabku pelan.

Terlihat wajah datar Ronan. "Yes we got fight, but ..." tidak berapa lama pecahlah tangisnya.

"Sorry about your loss," ucap David sambil memegang bahu Ronan.

"I will ... the Police I meant ... will try hard to find who did this. Be strong okay?" pintaku. Kemudian aku dan David berlalu dari rumah yang di huni oleh Ronan dan anjingnya yang dia beri nama Spark.

Di dalam mobil David berkata, "This is the fifth time. But we still cannot figure it out who ..." Dia menarik napas.

"Unsolved murdered case," ucapku sambil tersenyum.

Setelah kembali lagi ke rumahku, aku langsung menuju tempat cuci baju. Ketika akan menaruh baju seragamku ditempat baju kotor, aku melihat kemeja putihku ada robekan disana. Aku ambil kemeja itu. Lalu dengan segera, aku melihat ke dadaku, ada bekas cakaran di sana. Aku mengambil kaos kaki hitamku. Ada bekas pasir di sana. Aku berusaha merunut kejadian demi kejadian. Kemudian aku mengambil pistolku. Aku keluarkan semua pelurunya. Lalu melihat laporan tentang kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi di wilayahku. Intinya semua korban dibunuh dari jarak dekat yang bisa dipastikan bahwa korban mengenal dekat dengan sang pelaku. Aku melihat foto peluru yang di keluarkan dari tubuh korban. Pelurunya persis sama dengan peluru milikku. Apakah aku pelakunya? Secapek itukah aku hingga aku tidur berjalan dan tanpa sadar menembak mereka?

Aku menangis sejadi-jadinya di tempat yang tidak begitu luas.

Hingga 10 tahun kemudian, pembunuhan atas 5 orang itu tetap menjadi misteri. Bisa jadi aku pelakunya, bisa jadi orang lain. Karena aku seorang Polisi aku terlalu takut untuk menceritakan ini. Tapi perasaanku berkata, mereka meninggal karena aku terlalu capek bekerja hingga aku tidur berjalan dan secara tidak sadar menembak mereka yang menyapaku dengan ramah di pagi buta ketika mereka sedang melakukan jogging. Ataukah bisa jadi orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun