Mohon tunggu...
Eka Thermopoliz
Eka Thermopoliz Mohon Tunggu... -

Rabbit lover, Sometimes Photographer, Sometimes writer, and a princess Thermopoliz wanna be

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Backpacker #5 - Kuala Lumpur

11 Mei 2012   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:26 4399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman pertama memang selalu mengesankan. Ini adalah perjalanan backpacker pertama saya ke luar negeri. Berangkat bersama empat orang lainnya yang semuanya perempuan, kita akan menjelajah negara tetangga, Malaysia, tepatnya kota Kuala Lumpur dan Malaka. Excitement pertama adalah ketika melalui pos imigrasi di bandara Soekarno Hatta. Setelah check in dua jam sebelum keberangkatan, kita menuju pos bebas fiskal untuk menyerahkan copy ktp dan copy npwp. Waktu itu tahun 2010, dimana pemerintah baru menerapkan insentif bebas fiskal. Terakhir saya keluar negeri pada tahun 2011, sudah tidak ada lagi kewajiban tersebut karena sudah bebas fiskal semua. Kita cukup deg-degan selama mengantri untuk stempel pertama di passport yang masih polos tersebut. Takut untuk kemungkinan ditolak sehingga tiket jadi percuma. Untungnya semua berjalan lancar dan hanya ditanyai keperluan ke luar negeri untuk apa dan berapa lama. Untuk ke Malaysia tidak diperlukan visa. Hampir semua negara-negara di ASEAN tidak mewajibkan visa bagi pengunjung dari Indonesia, kecuali mungkin Myanmar dan Laos. Info terakhir yang saya tau, Kamboja juga telah membebaskan visa untuk warga negara Indonesia sejak tahun 2011. Sesampai di Malaysia, tepatnya dibandara LCCT (Low Cost Carrier Terminal, bandara  untuk penerbangan murah), kami naik KL express menuju KLCC (Kuala Lumpur City Centre) yang merupakan pusat kota Kuala Lumpur dan beberapa Mass Transportation. Di KLCC kita sempat mencicipi masakan khas Malaysia seperti nasi lemak dan beberapa masakan peranakan ataupun masakan Thailand yang pada dasarnya semua ada di Indonesia :D Rencana awalnya kita akan bersenang-senang di Genting Highlands yang merupakan tempat wisata yang cukup terkenal di Malaysia. Disana ada taman bermain yang mirip dengan Dunia Fantasi, Ancol, dan juga ada kereta gantung atau skyway. Namun ketika akan membeli tiket MRT untuk menuju Genting, ternyata ada pemberitahuan bahwa  sedang ada perbaikan skyway. Kita menjadi ragu-ragu dan memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke Genting selain karena waktu yang sudah menunjukkan pukul 1 siang juga. Rencana dialihkan menjadi Tour ke Twin Tower Petronas yang terkenal itu. Di Twin Tower pengunjung bisa naik ke Lantai 41 tempat dimana ada jembatan penghubung kedua menara kembar dengan membayar sektar RM10 hingga RM200 untuk tiket VIP. Untuk membeli tiket harus antri dari pagi. Ada yang datang dari jam5 karena jam8/9 pagi tiket sudah habis terjual semua. Ada pembatasan penjualan 1000 tiket perhari, dan pengunjung tidak bisa memesan untuk tiket hari berikutnya. Karena kita sampe sana sudah siang, akhirnya menikmati siang hari yang cerah saja saja di taman didepan Suria Mall sambil foto-foto dengan latar belakang si menara kembar. Hari kedua kita putuskan untuk menjelajah Malaka, sebuah kota tua yang cukup terkenal di Malaysia dengan

1336740442990651337
1336740442990651337
berbagai arsitektur menarik. Untuk mencapai Malaka, saya dan teman-teman naik MRT ke terminal bus Bukit Jalil dan melanjutkan perjalanan dengan Bus. Kompleks wisata di Malaka cukup terpusat, yaitu disekitar Christ Church, dan lebih luas lagi dibelakangnya terdapat berbagai museum dan Menara Taming Sari yang terkenal. Dengan membayar RM20 kita bisa menikmati kota Malaka dari atas, yang akan semakin mempesona jika menikmatinya ketika sunset. Sebuah pemandangan pinggir pantai dengan beberapa kapal dan siluet jingga dibatas horizon. Menara Taming Sari berputar 360 derajat.
1336740822241464922
1336740822241464922
Keasyikan menikmati Malaka, kita baru balik pada pukul 9 dan buru-buru mengejar Bus ke Bukit Jalil untuk mencapai MRT terakhir jam12 malam. Namun, perjalanan hari itu belum berakhir. Sambil mencari makan malam yang khas KL bersama temannya teman saya yang asli Malaysia, kita mengunjungi I-city yang merupakan sebuah kompleks taman atau kota kecil yang dipenuhi lampu dan lampion beraneka bentuk. Tempat ini memang hanya bisa dinikmati pada malam hari. Hari terakhir kita mengunjungi Batu Cave yang merupakan goa tempat sembahyang umat Hindu dan
133674093238217090
133674093238217090
memiliki patung Dewa Muruga super besar setinggi 140 kaki didepan mulut goa. Disini juga biasa diselenggarakan festival Thaipusam pada bulan Februari setiap tahunnya. Untuk mencapai mulut goa pengunjung harus menaiki sekitar 272 anak tangga, dengan dihibur oleh beberapa monyet jinak dan ratusan merpati yang beterbangan. Keunikan lain yang ada di Malaysia adalah bahwa mereka memiliki lokasi terpadu untuk
13367421381752666828
13367421381752666828
wilayah perkantoran dan pemerintahannya, yang bernama Putra Jaya. Paling bagus mengunjungi tempat ini adalah pada malam hari agar dapat menikmati pesona cahaya dan lampu-lampu disetiap gedung dan disepanjang perjalanan. Berbagai gedung kementerian, mahkamah agung, bahkan kantor perdana menteri Malaysia berlokasi disini dengan beberapa mesjid megah dengan arsitektur ala timur tengah yang modern. Kalo masalah belanja, paling pas di Petaling Street, yang berada di dekat Central Market yang merupakan pusat oleh-oleh Kuala Lumpur seperti pakaian, tas, coklat, dan gantungan kunci. Di Petaling Street terdapat bermacam produk yang mirip dengan beberapa produk ternama dan bermerk namun dengan harga yang cukup terjangkau. Daerah ini cukup dekat dengan Dataran Merdeka yang juga merupakan kumpulan beberapa gedung dengan arsitektur tua dan unik, yang juga dihiasi lampu-lampu meriah pada malam hari. Penerbangan saya pada pagi hari pukul 7 pagi. Karena tidak yakin dengan angkutan dari kota KL ke LCCT sepagi itu, maka saya dan teman-teman memutuskan untuk menginap dibandara. Hal ini terdengar ekstrim dan memang ini adalah pengalaman pertama saya terlunta-lunta dibandara, walaupun sebenarnya bagi komunitas backpacker hal ini adalah normal dan wajar untuk menghemat biaya penginapan dan efisiensi untuk mengejar penerbangan paling awal. Kita makan malam di sebuah restoran cepat saji dan gantian tidur karena mata dan badan yang terlalu lelah. Harus diingat juga bahwa barang bawaan harus selalu berada dalam jarak pandang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Faktanya, tidur di bandara "seru" juga :))

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun