Perkembangan teknologi digital yang semakin masif, alih-alih meningkatkan literasi, justru berdampak dengan penurunan tajam dalam aktivitas membaca buku dan menulis di kalangan masyarakat, terutama remaja.
Fenomena ini mengkhawatirkan karena mengabaikan dua kegiatan positif yang menjadi pilar utama dalam pengembangan soft skill dan perkembangan pribadi.
Membaca dan menulis adalah kegiatan positif yang esensial untuk mengembangkan intelektual. Membaca berfungsi sebagai 'latihan' yang efektif untuk mengembangkan daya analisis, pemikiran kritis, dan kemampuan konsentrasi (Siregar, 2024; RRI, 2023). Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah dan bernalar secara logis. Remaja yang kurang dalam literasi mendalam cenderung mengalami hambatan dalam memproses informasi yang kompleks, yang pada akhirnya menghambat potensi intelektual maksimal mereka.
Penyebab utama tergerusnya minat literasi adalah meningkatnya konsumsi dunia maya yang memberikan efek instan. Berbagai platform digital, seperti media sosial, video streaming, dan gim daring, menyediakan stimulus yang cepat secara visual. Kebiasaan mengonsumsi konten semacam ini dapat mengalihkan fokus dari kegiatan membaca yang menuntut waktu dan perhatian yang lebih lama dan mendalam. Meskipun banyak buku digital tersedia, mayoritas waktu digital dihabiskan untuk membaca konten singkat (snackable content) seperti update atau feed berita, bukan teks panjang. Selain itu mayoritas masyarakat lebih menyukai informasi yang dibungkus menjadi video pendek. Tentu banyak yang perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai efek yang akan dirasakan.
Hal ini menciptakan pergeseran preferensi dari membaca mendalam (deep reading) ke membaca cepat (skimming), yang kurang memuaskan secara kognitif (Prestasi Kita, 2024; UNARS Repository, 2017).
Minimnya kemampuan literasi digital juga berkontribusi terhadap penurunan daya fokus dan kemampuan bernalar. Remaja seringkali kesulitan menyaring dan memverifikasi sumber informasi yang ada di internet, sehingga fokus pada pemahaman mendalam terhadap kualitas konten terabaikan (UNARS Repository, 2017).
Berdasarkan paparan fakta mengenai minat literasi tersebut , meningkatnya konsumsi dunia maya sebagai pemicu terjadinya penurunan daya baca dan menulis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tantangan ini membutuhkan respons segera. Diperlukan kesadaran kolektif dari dalam individu terutama lingkungan keluarga dan sekolah untuk menanamkan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi secara bijak dan praktik literasi yang konsisten. Tujuannya adalah mencetak generasi yang tidak hanya terampil digital, tetapi juga memiliki fondasi kemampuan berpikir kritis dan analitis yang kuat melalui budaya membaca dan menulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI