Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perlukah Permainan Engklek Dilakukan?

2 Desember 2020   10:28 Diperbarui: 2 Desember 2020   10:42 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlukah Permainan Engklek Dilakukan?

Engklek, permainan anak-anak yang  ada di beberapa wilayah Nusantara dengan nama-nama yang berbeda. Ada yang menyebutnya cengkling, setatak, tejek-tejekan, marsitekka, dan lain sebagainya. (anakmandiri.org 29 November 2019).  Permainan ini murah meriah.

Murah karena tak memerlukan biaya untuk membeli alatnya. Hanya membutuhkan pecahan genteng, atau sepotong kayu, atau apa saja yang bisa dijadikan gaco/ kuju (yang bisa digunakan untuk dilempar). Meriah karena membuat anak-anak bergembira, tertawa-tawa sambil  berteriak-teriak.

Permainan engklek dilakukan oleh anak-anak di halaman rumah yang tak berumput. Karena di tanah itu akan digambar arena permainan engklek. Menggambarnya cukup dengan pecahan genteng atau ranting kayu. Yang penting bisa terlihat dengan jelas. Gambarnya pun sederhana, hanya terdiri beberapa persegipanjang dan persegi yang tak tentu ukurannya. Garisnya pun tak perlu lurus, karena biasanya dibuat tanpa menggunakan penggaris. Yang penting sudah berbentuk kotak-kotak.

Dengan hanya dua anak, permainan ini sudah bisa dilakukan. Para pemain meletakkan gaco/ kuju di kotak pertama. Bagian yang ada gaco/ kujunya tidak boleh diinjak. Maka pemain harus melompat menuju kotak berikutnya. Demikian selanjutnya, pemain harus melompat sampai ke kotak terakhir. Pemain boleh menjejakkan dua kaki ketika sampai di kotak yang sejajar, anak-anak menyebutnya dengan sayap. Setelah itu pemain berbalik lagi untuk keluar dari kotak, sambil mengambil kujunya, dan melempar ke kotak berikutnya.  

Aturan yang tak boleh dilangggar yaitu, menginjak garis pembatas dan menginjak kotak yang ada kujunya. Jika itu dilanggar maka pemain akan dinyatakan mati, sehingga harus bergantian dengan pemain yang lain. Lama permainan tidak ada ketentuan, bisa dilakukan sesuka hati. Batasan waktu yang sebenarnya adalah teriakan dari orang tua masing-masing. Kalau salah satu orang tua dari pemain itu memanggil dengan berteriak, maka para pemain biasanya akan segera membubarkan diri.

Permainan ini banyak gunanya bagi anak-anak. Anak-anak mendapatkan kegembiraan bersama dengan teman-temannya. Mereka bisa tertawa dan bercanda bersama.

Selain unsur kegembiraan, permainan ini berguna bagi kesehatan. Dengan melompat berkali-kali, otot-otot kaki akan menjadi kuat, anak-anak bisa mengeluarkan banyak keringat yang merupakan salah satu cara alami untuk  membuang racun dari tubuh.

Permainan ini juga memiliki unsur pendidikan. Yaitu kepatuhan dan sportifitas. Kepatuhan dalam permainan ini akan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan yaitu bisa melakukan permainan selanjutnya. Hal yang mengajarkan bahwa sikap patuh memberikan kenyamanan pada diri seseorang yang melakukannya. Sportif, mau menerima kekalahan, dan mau memberi kesempatan kepada orang lain.  

Permainan ini murah meriah, dan banyak manfaat. Masih mungkinkah dilakukan anak-anak pada zaman ini? Masih perlukah dimainkan oleh anak-anak di era digital ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun