Mohon tunggu...
Theresia Sumiyati
Theresia Sumiyati Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/theresiasumiyati8117

Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki. Senang membaca, menulis, dan bermain musik. Hidup terasa lebih indah dengan adanya bacaan, tulisan, dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Warisan dari Kepala Sekolah

26 November 2020   13:10 Diperbarui: 26 November 2020   13:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5 Warisan dari Kepala Sekolah

Sosoknya begitu sederhana. Penampilannya selalu luwes. Apapun pakaian yang dikenakannya selalu matching. Bahkan pada saat memakai pakaian yang bertabrakan warnanya pun beliau tetap terlihat pantas. Mungkin kalau orang lain yang melakukan itu malah bisa  merusak pemandangan. Selain itu beliau pandai bercocok tanam. Apa saja yang beliau tanam selalu tumbuh dengan subur. Hal yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain.

Beliau juga sangat perhatian  akan keberishan lingkungan. Tak jarang beliau turun tangan mengarahkan para petugas kebersihan, bagian mana yang harus mendapatkan perhatian lebih. Saya menjulukinya sebagai menteri lingkungan hidup. Itu semua karena kepedulian beliau yang sangat besar kepada lingkungan sekolah. Selalu menginginkan dan mengusahakan lingkungan yang bersih, dan asri.

Beliaulah kepala sekolah di tempatku bekerja, yang tak bersama kami lagi sejak awal tahun 2018 yang lalu. Penyakit yang dideritanya cukup berat. Tetapi beliau berjuang keras sampai batas usia, tetap memikirkan situasi sekolah saat menderita sakit yang sangat berat. Menanyakan keadaan guru-guru saat ada salah satu dari kami menjenguknya di rumah sakit. Akhirnya raganya yang lemah, tunduk dan pasrah kepada sang empunya hidup, saat Dia memanggilnya.

Tentu kami tak ingin perpisahan itu terjadi. Tetapi apa daya, manusia punya rencana, Tuhan yang kuasa menentukan. Sebuah kepasrahan yang harus kami lakukan tak ada yang lain. Kesedihan meliputi kami, para guru saat itu. Demikian juga para murid baik yang masih belajar di sekolah kami maupun mereka yang telah berhasil. Satu hal yang membuktikan bahwa jasa beliau tetap diingat sepanjang waktu.

Di hari guru 25 November, kami  mengunjungi makam beliau. Kami datang untuk mengenang dan mendoakan beliau. Rasa rindu sedikit terobati dengan melihat makamnya. Sosok berbaju batik merah dengan mata sipit itu hadir lagi dalam ingatan kami. Tentang bagaimana beliau ikut membantu menyapu para petugas kebersihan, membersihkan got yang kotor. Tentang tangannya yang memungut sampah-sampah yang berserakan karena anak-anak buru-buru masuk kelas, sehingga pura-pura lupa di mana tempat sampahnya. Tentang kata-katanya yang tak lelah memberi tahu kepada anak-anak untuk selalu rajin belajar dan patuh kepada guru maupun orangtua. Semua kenangan itu mengalir dalam ingatan kami. Beliau sangat berjasa bagi kami dan sekolah ini. Jasa yang tak pernah sirna meskipun jasadnya telah menyatu dengan tanah.

Beberapa hal yang pantas untuk selalu diingat dan diteladani dari beliau antar lain :

1. Ramah.

 Beliau selalu menyapa ramah siapa pun yang datang kepadanya. Kata-kata yang selalu saya ingat sampai sekarang, "Gimana-gimana?". Itu yang selalu saya dengar setiap kali menghadapnya.

2. Sederhana.

Meskipun sebagai kepala sekolah beliau tetap biasa saja, tidak menonjolkan diri. Seakan tak ada bedanya antar kepala sekolah dan guru yang lain. Mau menyapa siapa saja yang ada dan yang datang di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun