Mohon tunggu...
Theresia Avila
Theresia Avila Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnology

UKDW

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Penyakit Kaki Gajah di NTT

6 Juni 2020   17:19 Diperbarui: 6 Juni 2020   17:19 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan merupakan hal penting bagi semua manusia dari masa anak-anak sampai masa dewasa untuk melangsungkan hidup seseorang, di Indonesia sendiri masalah kesehatan merupakan satu hal yang cukup kompleks dan banyak menyita perhatian dari seluruh pihak salah satunya adalah penyakit Filariasis atau kaki gajah. Penyakit ini disebabkan oleh  larva cacing filaria seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang nantinya ditularkan oleh  berbagai jenis nyamuk. Berdasarkan data dari KemenKes hampir 70% kasus filariasis jenis larva cacing Brugia malayi ini yang menyebar di Indonesia. Penyakit kaki gajah termasuk dalam tipe neglected disease atau penyakit yang terabaikan sehingga penyakit infeksi ini bersifat menahun dan terjadi terus-menerus.

Penyakit kaki gajah dimulai dari gigitan nyamuk yang membawa larva cacing filarial dan hidup di kelenjar dan saluran getah bening terutama didaerah pangkal paha dan ketiak seseorang. Pada dasarnya penyakit ini jarang menimbulkan kematain namum menurunkan tingkat produktivitas dan kadang menimbulkan kecacatan permanen.

Filarasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit endemic (penyakit yang menetap dalam waktu lama disuatu wilayah tertentu) di beberapa darah yang beriklim tropis dan subtropics seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Pasifik Selatan, dan untuk di Indonesia penyakit ini telah menyebar di seluruh nusantara yakni Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Papua. Adapun di  provinsi NTT, angka penyakit kaki gajah tergolong tinggi,Pada tahun 2013 sendiri temukan lebih dari 754 kasus dan jumlah angka kesakitan penyakit ini pada tahun tersebut adalah 19/100.000 penduduk,kabupaten yang paling tinggi kasusnya adalah  Kabupaten Sumba Tengah dengan total kasus 306 kasus. Pada tahun 2014 di  Kabupaten Ende jumlah temuan penyakit ini ada 105 kasus yang tersebar di berbagai kecamatan.

Secara epidemiologi penularan dari filariasis melibatkan sumber penular yakni manusia sebagai hospes reservoir yang mengandung mikrofilia dalam darahnya ,lalu vector yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis dan manusia yang rentan akan filariasis. Siklus hidup dari cacing Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori ini dimulai dengan mikrofilia masuk dalam saluran limfa  dan menjadi dewasa.

Cacing betina dan cacing jantan akan melakukan kopulasi atau menyatukan organ seks untuk menghasilkan sperma agar terjadi fertilisasi, kemudian cacing gravid (memiliki telur) mengeluarkan larva mikrofilaria. Lava tersebut hidup di daerah pembuluh darah dan pembuluh limfa, dan saat nyamuk menghisap darah manusia tersebut, maka mikrofilaria masuk ke tubuh nyamuk dan berkembang sampai larva stadium 3 (bentuknya seperti sosis dengan ukuran 125-250 µm). Larva tersebut nantinya akan ditularkan ke manusia lainnya.

Keanekaragaman vector ini sendiri dipengaruhi oleh penyebarannya, bioekologi, dan juga karakteristik habitatnya, dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa jenis cacing W.bancrofti endemik ditemukan di daerah pantai dan sawah, B.timori dan B.malayi ditemukan pada daerah sawah, irigasi air untuk persawahan, hutan dan rawa-rawa.

Filariasis dapat ditularkan oleh seluruh jenis nyamuk dan di Indonesia sendiri ada beberapa tipe vektor nyamuk pembawa filariasis, dengan genus Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia dan Armigeres dan untuk menimbulkan gejala klinis penyakit ini perlu beberapa kali gigigtan nyamuk terinfeksi filarial dalam waktu yang lama.

Orang yang terinfeksi mikrofilaria yang masuk dalam tubuh, kadang kala tidak menimbulkan gejala. Namun adapula gejala klinis akut seperti adenolimfangitis akut yakni demam berulang selama 3 – 5 hari, bagian yang terinfeksi akan menimbulkan tanda kemerahan dan bengkak dikarenakan adanya penumpukan cairan. Selain itu adanya limfangitis filarial akut gejalanya ini tanpa disertai demam namun akan muncul benjolan kecil pada sistem kelenjar getah bening. Gejala klinis kronik yang timbul biasanya pembengkakan di daerah aliran pembuluh limfa, selain itu pembesaran tungkai kaki sehingga disebut kaki gajah, dan terjadi pembengkakan di lengan dan alat kelamin pada penderita laki-laki maupun perempuan.

Faktor resiko dari penyakit filariasis ini sendiri adalah faktor manusia yang dapat dilihat dari umur,filariasis menyerang semua pada semua kelompok umur dan biasanya yang paling sering terkena usia 30 tahun keatas, jenis kelamin, insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi karena terpapar dengan vektor karena pekerjaannya seperti pekerjaan di  sawah, hutan, pesisir pantai.

Adapula lingkungan yang berpengaruh pada penyebaran filariasis ini sendiri, daerah-daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor nyamuk dan juga daerah hutan rawa,sepanjang sungai  atau badan air yang ditumbuhi tanaman air kadangkala sebagai tempat berkembangbiakan nyamuk itu sendiri. Dan juga pola hidup masyarakat yang tidak menjaga kebersihan lingkungan.

Pengendalian untuk filariasis ini dapat dilakukan dengan penyemprotan atau penggunaan obat anti nyamuk yang dapat mengurangi gigitan nyamuk, memasang kawat kasa pada lubang ventilasi untuk mengurangi masuknya nyamuk dalam rumah, saat tidur menggunakan kelambu,bila perlu menggunakan kelambu yang telah dicelup dengam insektisida. Dan juga rajin membersihkan membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan membunuh larva dengan larvasida apabila penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun