Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

7 Alasan Saya Mendaftarkan Anak ke Klub Handball Sejak Dini

8 Agustus 2021   22:27 Diperbarui: 20 Agustus 2021   03:52 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klub handball | Sumber: www.pxfuel.com

Kami tinggal di negeri empat musim, sehingga anak-anak tidak bisa bermain di luar rumah bila udara sudah terlalu dingin. 

Aku juga tidak mau anak-anak hanya di dalam rumah sepanjang hari, apalagi anak-anak zaman sekarang terlalu lama bermain Gadget. Aku ingin anak-anak bergerak dan berlari-lari di alam bebas. 

Beruntung kami tinggal di desa, rumah kami berhalaman luas. Dan juga, persis di belakang rumah kami ada taman bermain. 

Selain bergerak, berlari, dan bermain, di taman bermain anak-anak juga dapat bertemu dan bermain dengan teman sebaya.

Sejak kecil Philipp, anak pertamaku telah menyukai bola. Pada usia 11 bulan sudah bisa berjalan, bila diberi bola, matanya langsung berbinar-binar dan ingin mengejarnya. Wah lumayan, aku tidak perlu membeli mainan mahal-mahal, cukup bola saja. 

Umur 3 tahun anakku mulai masuk taman kanak-kanak atau kindergarten. Anak-anak mulai memiliki banyak teman dan kadang kencan dan saling mengundang untuk bermain di rumah. 

Selain anak-anak memiliki teman baru, saya pun sebagai ibunya mendapatkan teman baru juga, yaitu orangtua dari anak-anak tersebut. 

Dari pembicaraan antar orangtua, akhirnya kami bertemu dengan oran tua yang berpendapat sama. 

Dari sana, kami bersepakat mendaftarkan anak-anak kami ke suatu verein olahraga tertentu, sehingga anak-anak akan lebih senang kalau masuk ke suatu klub olahraga bersama dengan teman-teman yang sudah dikenal sebelumnya. 

Kami beruntung tinggal di Jerman, di mana banyak sekali pilihan klub atau verein olahraga yang telah mencari pemainnya sejak dini, yaitu sejak masih taman kanak-kanak. Jadi hampir setiap klub memiliki grup permainan sejak usia dini atau usia taman kanak-kanak. 

Grup mini, untuk anak-anak usia 4-6 tahun, grup E untuk anak-anak usia 7-8, grup D untuk anak-anak usia 9-10, grup C, untuk anak-anak usia 11-12, grup B untuk anak-anak usia 13-14 tahun, grup A untuk anak-anak usia 15-16 tahun dan grup dewasa.

Aku memilih handball atau kalau diterjemahkan bebas artinya bola tangan, yaitu permainan bola tidak ditendang, tetapi dilemparkan dan ditangkap dengan tangan atau dengan kepala, tetapi tidak boleh dengan kaki dan dimasukkan ke dalam gawang. 

Permainan ini berada di dalam ruangan atau halle. Permainan ini membutuhkan kecepatan dan kegesitan dan juga kerja sama yang kompak antar pemain. Jadi sejak dini anak-anak sudah belajar bekerja sama.

Pada awalnya, anakku juga aku biarkan mencoba sepak bola, tetapi tidak suka karena harus berada di lapangan dalam segala cuaca. 

Bersyukur, akhirnya anakku memilih handball, karena aku sebagai ibunya tidak harus menunggui di udara dingin (kalau kebetulan udara dingin), tetapi di dalam ruangan.

Meskipun bila udara terlalu dingin, anak-anak pemain bola juga berlatih di ruangan atau halle untuk berlatih.

Di bawah ini saya sampaikan 7 alasan mengapa saya daftarkan anak-anak saya ke klub olahraga sejak dini.

1. Supaya anak-anak selalu cukup gerak dan tidak mengalami kelebihan berat badan

Anak-anak zaman sekarang berbeda dengan anak-anak zaman dahulu, di mana sarana komunikasi dan komputer belum semaju sekarang.  

Gadget merupakan mainan mereka sehari-hari. Hampir setiap anak memiliki tablet atau bahkan laptop. 

Bermain dengan tablet atau laptop kapan saja di waktu senggang, berjam-jam duduk dan tidak bergerak. Apalagi kami tinggal di negeri empat musim, sehingga kalau udara mulai dingin, mau tidak mau duduk di dalam rumah yang hangat.

Makanan dan camilan tak terbatas, apa saja ada dari yang manis sampai yang asin, bahkan banyak anak-anak tidak suka sayur dan buah. 

Kurang gerak dan makanan yang tidak terbatas karena apa saja ada dan makanan bukan lagi sesuatu yang membuat kenyang melainkan untuk lebih mengusir kejenuhan. Ini bahaya sekali, sehingga tidak jarang terlihat anak-anak yang kelebihan berat badan.

Beda dengan pengertian zaman dulu, anak yang gemuk anak sehat. Saat ini anak sehat adalah anak yang tidak kelebihan berat badan.

Dengaan memasukkan anak ke suatu klub olahraga, anak-anak memiliki jadwal kapan berlatih. 

Di verein, anak-anak jadwal berlatih satu minggu dua kali. Setiap akhir pekan; sabtu atau minggu tanding dengan klub lain. 

Apabila anak-anak terpilih sebagai pemain pilihan di tingkat kabupaten atau sebagai auswahlspiller, mereka harus berlatih dan bertanding lagi selain dari klub sendiri. 

Berarti dalam satu minggu minimal 3 kali olahraga, bergerak dan lari. Jadi cukuplah anak-anak bergerak dan berlari untuk menghindari kegemukan. 

Model dan pola makan mereka pun sehat karena pelatih juga menekankan makanan sehat yang membuat badan fit untuk bertanding. Misalnya lebih baik kalau lagi istirahat camilannya makan buah apel atau pisang bukan hamburger.

Karena kenyang akibat makan hamburger dapat membuat ngantuk. Sedangkan apel dan pisang tidak, justru dalam pisang mencegah kram karena kandungan magnesiumnya.

2. Bertemu dan berteman dengan teman-teman sebaya yang mempunyai hobi dan kesenangan yang sama

Dengan memasukkan anak ke verein handball, anak-anak bertemu dan berteman dengan teman-teman sebaya yang memiliki hobi dan kesenangan yang sama. 

Kami mengenal anak-anak satu verein atau klubnya dan mengenal orangtuanya juga. Jadi sebagai orangtua merasa tenang kalau tahu dengan siapa anak-anak berteman. 

Hal ini untuk menghindari anak-anak dari pengaruh buruk akibat pergaulan yang salah memilih teman.

3. Belajar toleransi

Dalam suatu verein, anak-anak datang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Di sana anak-anak belajar bertoleransi juga. 

Karena di kampungku berpenduduk lebih dari 34.000 jiwa dan lebih dari 80 bangsa, tentu saja di verein handball akan banyak orang dari berbagai bangsa. 

Anakku yang separo Jerman-Indonesia, memiliki teman baik separo India dan Jerman yang bernama Dennis, Tarkan anak Turki, Anas anak Palestina dan tentu saja anak-anak Jerman dan masih banyak lagi.

4. Belajar disiplin dan membagi waktu

Anak-anak pergi latihan handball selalu sore hari sepulang dari sekolah, tergantung usiannya. Semakin dewasa, semakin malam jam latihannya. 

Selain latihan handball, mereka harus mengerjakan PR dan tugas-tugas sekolah lainnya. Supaya nilai di sekolah tetap bagus, anak-anak sudah harus membuat perencanaan, kapan harus belajar dan mengerjakan tugas sekolah supaya dua-duanya mencapai nilai yang optimal.

Terus terang dalam hal ini saya pernah cemas. Sebagai orangtua pun saya masih harus selalu belajar. 

Ketika anak-anak masih kecil, saya sebagai ibunya harus selalu mengingatkan apakah PR dan tugas selesai sebelum pergi latihan. 

Pada saat ujian sekolah, latihan dikurangi dan minta izin pelatih, tetapi tidak berarti berhenti sama sekali. 

Mengapa tidak berhenti sama sekali saja? Ya karena dengan bermain handball, anak-anak justru keluar dari situasi belajar yang tegang ke suasana berlatih dan bertanding, di mana anak-anak dapat berlari dan berteriak sebagai bentuk dari keseimbangan hidup.

5. Belajar bersikap sportlich: belajar memaafkan, menerima kekalahan, dan menjadi pemenang yang tidak arogan

Dalam suatu pertandingan sering sekali terjadi suatu kejadian di mana anak-anak terpancing emosi atau marah dalam bermain. 

Misalnya dalam suatu pertandingan yang sengit seorang pemain jatuh karena didorong dengan sengaja. 

Dalam situasi tersebut, anak yang mendorong mendapat kartu kuning atau tidak jarang kartu merah. 

Dalam situasi seperti ini anak yang mendorong harus memberikan tangan dan meminta maaf pada anak yang terjatuh dan didorong dan baru boleh bermain lagi. 

Apabila masih kelihatan menendam dan marah, oleh wasit akan diminta keluar dari arena pertandingan. 

Keputusan seperti ini bagus untuk perkembangan emosi anak-anak supaya belajar memaafkan dan belajar mengendalikan emosi.

Apabila terjadi kekalahan, supaya tidak terpuruk dan marah-marah mencari kesalahan, tetapi mengakui kalau harus berlatih lebih baik lagi dan memperbaiki permainan supaya permainan berikutnya menang.

Demikian juga kalau menang, bergembira dan tidak menjadi sombong dan merendahkan lawan.

6. Belajar bekerja sama tidak egois

Kemenangan suatu permainan handball merupakan suatu kerja sama yang kompak dari suatu tim yang berjumlah 7 orang, 6 pemain lapangan dan 1 penjaga gawang. 

Kerja sama dalam permainan handball | Dokumentasi pribadi 
Kerja sama dalam permainan handball | Dokumentasi pribadi 

Ketujuh pemain itu harus bisa kompak dan bekerja sama. Meskipun seseorang bagus sekali bisa melempar bola ke gawang, tetapi kalau kerja sama dengan yang lain tidak bagus, akan menghasilkan permainan yang tidak optimal.

7. Sebagai orangtua, belajar menjadi penonton yang baik

Jujur sebagai orangtua kadang, menjadi penonton begitu bersemangat apalagi anak kesayangan sedang bertanding. Sering kali kita menjadi lupa dan berteriak-teriak untuk menyemangati dan memberi motivasi bagus. 

Tetapi tidak jarang, justru berteriak menyalahkan, mengapa tidak begini dan tidak begitu, atau bila terjadi permainan yang seru dan pertandingan yang sengit, tidak jarang orangtua berteriak-teriak penuh emosi meneriaki pemain lawan yang masih anak-anak itu atau meneriaki wasit. Wah situasi ini sungguh tidak nyaman. 

Untuk itulah saya berpendapat perlu juga belajar menjadi penonton yang baik.

Inilah alasan-alasan mengapa anak-anak aku daftarkan ke klub atau verein handball sejak dini.

Ada beberapa teman-teman anakku yang menekuni bidang olahraga misalnya masuk ke asrama untuk pemain berbakat khusus hanball dengan sekolah dan handball sebagai mata pelajaran utama dan menjadi pemain profesional yang mendapatkan bayaran.

Ada yang kuliah dan mengambil sport sebagai mata kuliah utama.

Michael anakku masih bermain handball di Uni St. Gallen di waktu sengangnya dan menjadi pelatih di uninya untuk menambah uang saku.

Lucunya, karena sekolah di Uni St. Gallen Swiss pernah bermain di Berlin sebagai wakil dari Uninya. Jadi anak Jerman yang mewakili pemain Swiss.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun