Eksistensi sebuah negara di kancah global menjadi sebuah perbincangan menarik dan patut dibahas, semakin terkenal negaranya, akan juga menunjukan power yang dimiliki.Â
Kini Pembahasan power tidak serupa dengan scope di masa Cold-War , jangkauan ini tidak hanya terbatas oleh kekuatan dan jumlah persenjataan Militer saja (Hard Power).Â
Lebih luas lagi 'Budaya' dapat menjadi unsur kekuatan bagi negara tersebut, istilah demikian disebut dengan Soft-Power.Â
Nye (2008) menjelaskan, bahwa "Soft Power as 'the ability to affect others to obtain the outcomes one wants through attraction rather than coercion or payment."
Ada 3 unsur penting yang berpengaruh kepada Soft Power, yaitu Culture, Values and policies. Kendati Soft Power ini hanya bersifat mempengaruhi, bukan mengancam.Â
Sangatlah penting negara untuk memperhatikan dan mengkaji 3 Unsur ini --- mengawali sebuah dialog guna membahas teknis diplomasi seperti ini,
 1) Budaya (Culture), sangat penting bagi negara yang hendak melaksanakan Cultural Diplomacy memperhatikan dapat atau tidaknya negara lain menerima langkah promosi-promosi.Â
2) Nilai Politik (Values), ini menjadi sumber kekuataan dari kehadiran Soft-Power.Â
3) Kebijakan Luar Negeri (Policies) sebagai muasal perencanaan negara menentuka keputusan untuk hendak atau tidaknya menjalankan Cultural Diplomacy.Â
Negara-negara Sukses dengan 'Culture Diplomacy' Â Â Â Â Â Â
Sudah banyak negara sukses membawa Culture Diplomacy sehingga budaya komunitas  tertentu menjadi konsumsi komersial yang sangat menguntungkan.Â
Bagi Jepang, Manga dan Anime telah sukses membawa Country Image sebagai bagian identitas, dan dapat mem-branding negara Jepang sebagai surga bagi Wibu (Istilah bagi pengemar Anime).