Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilema Seorang Pembunuh

26 September 2020   10:22 Diperbarui: 26 September 2020   10:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theguardian.com

DILEMA SEORANG PEMBUNUH

Aku tertunduk di kursi bandara, memandang ke bawah. Tanganku tersembunyi ke balik jaket nilon, berada di dalam kantung. Jemariku menggenggam sebuah pistol, telunjukku terkait ke pelatuknya. Aku sudah terbiasa menekan pelatuk itu. Namun bukan itulah yang menjadi kebimbanganku sekarang.

Aku sudah terbiasa membunuh. Pekerjaanku adalah seorang pembunuh bayaran. Jika ada yang ingin menyewaku, tidak bisa melalui tempat terbuka. Harus melalui website, itu pun terlindungi dari protokol standar. Identitasku tidak diketahui, identitas penyewa juga terlindungi olehku, selalu kurahasiakan. Bahkan pekerjaanku sendiri kurahasiakan. Aku selalu mengaku agen asuransi jika ditanya orang.

Aku terkenal sebagai pembunuh berdarah dingin. Semua pekerjaan rapi kukerjakan. Tidak ada satu pun pembunuhan yang meninggalkan petunjuk. Polisi selalu salah menetapkan tersangka. Apakah kalian mengetahui kasus pembunuhan di rumah konsulat Jerman? Ya, itu adalah pekerjaanku. Di berita polisi sudah menangkap pelakunya. Aku hanya bisa tertawa terbahak. Mereka salah tangkap. Ya, sehebat itulah keahlianku.

Bahkan kini aku tidak pernah lagi mengecek keuanganku. Hargaku sudah bukan jutaan rupiah lagi, melainkan sudah menyentuh digit tiga. Tidak. Aku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan uang. Aku hanya peduli dengan tantangan. Membunuh seseorang yang dikelilingi oleh tiga orang bodyguard sepanjang hari, memiliki cctv dan kamera sensor di kamarnya, menyewa anjing herder di depan pintu rumahnya, itulah tantangan bagiku. Hidupku berintikan tantangan. Melakukan pembunuhan yang sempurna adalah sebuah kepuasan yang utama.

Tidak peduli lagi jika diriku dianggap psikopat, terutama mereka yang sangat dekat denganku, yang mengetahui pekerjaan asliku seperti apa. Mengapa seorang pembunuh bayaran memiliki teman dekat, pertanyaanmu? Ya, mereka sudah kuanggap seperti keluarga sendiri. Jumlahnya tidak banyak, hanya empat sampai lima orang. Mereka tidak pernah melaporkanku. Toh, sebejat - bejatnya diriku, aku manusia juga, butuh relasi manusiawi. Dan merekalah yang menjadi sumber tawa bagiku.

Salah seorangnya, baru muncul tiga bulan yang lalu. Aku mengenalnya sebagai seorang bankir di salah satu bank ternama, bertemu denganku ketika aku melakukan pekerjaan palsuku yaitu penawaran asuransi. Dengan sekejap, kami saling mengetahui bahwa pekerjaan kami tidak jujur. Ia adalah seorang pialang saham bodong di banknya, berhasil menyembunyikan semua kejahatannya di dalam selimut. Namanya Mr Anderson.

Malam itu kami minum dan tertawa. Sama sepertiku, Mr Anderson menyukai tantangan. Sama sepertiku, ia tidak lagi menghargai berapa banyak uang yang sudah ia peroleh dari kasus tipuannya. Semakin ia bisa menipu seorang nasabah berkantung tebal, kepuasan itu akan semakin dalam. Kami hampir mabuk malam itu, sehingga aku pun mengakui bahwa sudah banyak orang yang kulenyapkan. Aku bahkan menyebut daftar orang - orang penting yang sudah tidak bernyawa di tanganku. Semakin penting maka Mr Anderson akan semakin terbahak. Memang, kami berdua adalah psikopat.

Namun, semakin malam Mr Anderson semakin memandang rendah diriku. Ujarnya, kamu bisa membunuh karena kamu tidak peduli dengan orang itu. Di luar harta dan jabatan, di luar besarnya tantangan seperti bodyguard dan anjing herder, you have nothing to lose to kill, katanya. Ucapannya itu membuatku diam. Kata - kata itu benar. Aku tidak pernah memiliki ikatan emosional dalam membunuh. Oleh karena itu, malam itu aku segera pulang. Sebuah ide sudah tertanam dalam kepalaku.

Di website rahasiaku, aku memberikan sebuah tantangan. Aku akan melenyapkan seseorang yang memiliki ikatan darah denganku, dengan bayaran yang fantastis. Pelanggan - pelangganku menyambut baik ide ini, bahkan sangat antusias. Harga yang diajukan sudah serupa penawaran lelang, naik terus seiring berjalannya waktu. Aku terkejut ketika harga itu sudah mencapai angka miliar. Tidak pernah aku dibayar sebesar itu.

Akhirnya angka itu berhenti. Jumlahnya membuatku menahan napas. Namun orang ini memintaku untuk melenyapkan ayah kandungku. Bahkan ia sudah meletakkan timeline-nya. Dua hari dari hari ini, ayahku akan berada dalam perjalanan pulang dari bisnisnya di luar pulau. Ia memintaku untuk membunuhnya di bandara, ketika ia telah turun dari pesawat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun