Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Skenario Gagal

4 Juli 2020   13:41 Diperbarui: 4 Juli 2020   13:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Agung bergeming. Ia sudah terlalu lelah. Ia duduk di kursi ruang tamu. Di depannya, rekan -- rekannya sudah bersiap untuk pulang. Hanya Guntur yang berbalik dan bertanya kepada Agung. Bahkan Guntur pun sudah memakai jaket tebalnya, juga menenteng helm motornya. Namun, melihat Agung putus asa, Guntur pun duduk di sebelahnya.

"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan, Agung. Hal ini terjadi setiap hari. Bambang memang director yang strict. Ia menginginkan naskahnya sempurna."

Agung mengeluh, "Sudah dua minggu naskah direvisi, namun director konyol itu masih belum puas juga."

"Hus!" ujar Guntur, sambil menoleh ke samping dan ke belakang, memastikan tidak ada yang mendengar, "Percayalah, Bambang memang ingin yang terbaik. Nah, sekarang, mari kita pulang."

"Sebentar lagi, Guntur, aku masih ingin mendinginkan diri. Lagipula, shooting hari ini gagal karena naskah dariku belum siap. Sia -- sia saja merental rumah besar ini hari ini. Kegagalan hari ini pun adalah kesalahanku."

Guntur membuang napas panjang. Nampaknya tidak ada lagi yang ia bisa lakukan untuk menghibur sahabatnya. "Ya, sudah. Aku benar -- benar mau pulang. Sudah malam. Besok Bambang mungkin akan marah -- marah lagi. Lihat saja, lighting ku pun bakal kena recok."

Agung pun melambai kepada Guntur ketika ia mohon diri. Kini tinggallah ia seorang diri di ruang tamu. Ia mengenang hari -- hari ke belakang. Sebelum memulai projek film FTV "Senapati Hati", ia sudah diwanti -- wanti oleh para sahabat -- sahabatnya, para penulis skenario, bahwa directornya terkenal sebagai seorang yang perfeksionis. Bambang Syahduga namanya. Ia pendatang baru, dan karya -- karya yang terkenalnya baru satu dua buah. Namun, bagi Agung, ini adalah sebuah tantangan.

Aku akan membuat naskah FTV yang lain daripada yang lain, tekadnya ketika rekrutmen proyek dilakukan. Ketika diwawancara oleh Bambang sendiri, Agung menyatakan mental bajanya. Aku menginginkan tantangan, jenis skenario yang tidak mainstream seperti yang terjadi sekarang ini, cinta dan cinta melulu. Seperti itulah perkataannya dahulu. Bambang menyukainya. Ia memintaku bergabung ke dalam timnya.

Maka mulailah kami berdiskusi. Sebenarnya temanya masih tentang cinta. Namun, dibandingkan dengan menjual kesedihan pura -- pura yang konyol, Bambang ingin menemukan kesedihan yang sebenarnya. Maka dibuatlah karakter yang tidak memiliki ayah, ibu, dan saudara. Ya, karakter sebatang kara. Sampai di sini aku masih memiliki ide tentang apa yang akan terjadi dengan tokoh utamaku.

Namun, Bambang masih memiliki ide lain. Karakter ini harus memiliki cacat fisik, entah tangan atau kakinya. Bahkan jika perlu, dibuat tidak mampu melihat sekalian. Aku mulai merasa kelewatan. Namun, belum selesai. Karakter ini, katanya, tinggal di bawah jembatan layang, tanpa adanya akses air bersih dan udaranya bercampur dengan sampah. Sudah kelewatan, pikirku. Ini sudah tidak manusiawi lagi. Namun aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak.

Maka terjadilah. Sudah dua minggu dan naskah masih belum diapprove. Produksi sudah berjalan dan scene harusnya sudah ditake. Namun belum ada. Karena naskahnya belum siap. Aku kena marah besar hari ini. Sebagai pemimpin tim skenario, akulah yang bertanggung jawab atas kerusakan besar hari ini. Menyewa rumah Paminangan, yang akan dijadikan sebagai rumah sang antagonis di FTV ini, adalah sebuah hal yang sangat mahal dan menghabiskan uang. Dan semuanya sia -- sia. Wajar jika bos marah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun