Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abaraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:30-36)
Kompasianer yang terkasih, dalam perbincangannya dengan orang Yahudi, Yesus menceritakan kebenaran kepada mereka tentang diri-Nya dalam relasi keilahian-Nya dengan Allah Bapa (ayat 12-29), dan di antara mereka banyak yang menjadi percaya kepada-Nya (ayat 30). Penggunaan kata "Setelah" di pembukaan ayat 30 kurang tepat karena kata Yunani lalountos menggunakan kata kerja present participle yang berarti Yesus sedang berbicara ketika orang Yahudi menjadi percaya. Jadi, terjemahan yang tepat ialah "Pada waktu."
Di ayat 31-32, perkataan Yesus hanya ditujukan kepada orang Yahudi yang sudah percaya kepada-Nya, sedangkan di ayat 34-36 Yesus menjawab pertanyaan dari orang Yahudi yang tidak percaya di ayat 33. Jadi, ketika Yesus sedang memberikan pengajaran kepada orang Yahudi yang sudah percaya, Ia disanggah oleh orang Yahudi yang belum atau tidak percaya. Dalam pelayanan Yesus, merupakan hal yang biasa ketika ada dua kelompok orang Yahudi yang percaya dan yang tidak percaya, yang menerima dan menentang-Nya.
Dari percakapan tersebut, Yesus menjelaskan betapa pentingnya kemerdekaan bagi mereka yang sudah percaya maupun yang belum percaya. Bagi yang belum percaya, mereka harus dimerdekakan dari perhambaan dosa dan menjadi anak di dalam Kristus, dan mereka harus tetap tinggal dalam rumah, tempat bersekutu dengan Allah Tritunggal. Dan bagi yang telah percaya, mereka harus tetap dalam firman-Nya agar benar-benar menjadi murid dan mengenal kebenaran yang memerdekakan. Dengan demikian, menerima kemerdekaan dari Yesus ada dua tahap: merdeka dari dosa dan merdeka dari Yudaisme.
1. Â Menjadi anak di dalam Kristus
Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa (ayat 34), hanya Anak yang bisa memerdekakannya (ayat 36). Semua orang yang percaya di dalam nama Sang Anak menjadi anak-anak Allah dan memperoleh hidup yang kekal (Yohanes 1:12; 3:16). Hanya orang yang telah menjadi anak yang tetap tinggal di dalam rumah karena ia memiliki hubungan yang ekslusif dengan Allah sebagai Bapanya (ayat 35). Seorang hamba dosa berada di luar rumah, maksudnya di luar persekutuan dengan Allah karena ia tidak percaya kepada Yesus dan Iblis yang menjadi bapanya (Yohanes 8:45-47).
Paulus menjelaskan: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), namun bersyukur karena Kristus Yesus telah menebus dan memerdekakan orang-orang itu dari dosa dan menjadikan mereka hamba kebenaran dan hamba Allah dalam hidup yang kekal (Roma 3:24-25; 6:18,22-23). Tidak hanya menjadi hamba, namun Roh Allah menjadikan mereka anak Allah di mana Allah itu dipanggil "ya Abba, ya Bapa!" Dengan status anak Allah, mereka menjadi ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah (Roma 8:1-2,14-17).
2. Â Menjadi murid Kristus
Semua orang yang telah percaya kepada Kristus, mereka harus tetap di dalam firman-Nya untuk menjadi murid sejati yang mengetahui kebenaran (ayat 31-32). Kebenaran menunjuk kepada Yesus sendiri (Yohanes 14:6). Yesus adalah Guru dan orang percaya adalah murid. Pengetahuan akan kebenaran didapatkan di dalam firman-Nya. Seorang murid tidak akan menghidupi iman masa lalu, tetapi ia akan terus bertumbuh dalam pengetahuan akan masa depan di dalam firman Kristus (Rm. 10:17). "Mengetahui" dari teks Yunani ginosko yang artinya mengenal. Berarti si murid memiliki hubungan yang intim dengan kebenaran yang berupa pribadi yaitu Allah Tritunggal.
Dengan demikian, menjadi anak di dalam Kristus berarti kita memiliki hak atas janji-janji Allah sebagai Bapa yang mengasihi kita dan kita melayani Dia sebagai hamba yang mengasihi-Nya. Menjadi murid Kristus berarti kita percaya dan melakukan seperti yang Ia katakan dan lakukan. Bukti bahwa kita sebagai murid Kristus adalah dengan saling mengasihi sebagaimana Ia mengasihi kita (Yohanes 13:34-35). Sebagaimana kita melayani Allah tanpa syarat, demikianlah kita harus melayani sesama manusia dengan kasih tanpa syarat, melayani dengan kemurahan hati, itulah anak dan murid yang merdeka. Amin, Tuhan Yesus memberkati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI