Mohon tunggu...
Theodorus Tjatradiningrat
Theodorus Tjatradiningrat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendeta dan Gembala Jemaat di GPdI House Of Blessing Jakarta

Saya seorang yang suka membaca, menonton film (sendiri atau bersama keluarga) dan ngopi bareng teman-teman di kala senggang. Saya senang bergaul dengan semua orang dari berbagai kalangan karena saya dapat belajar banyak hal dari mereka.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perspektifku, Itulah Aku (Pelajaran dari Yusuf dan Saudara-Saudaranya)

8 November 2022   23:24 Diperbarui: 8 November 2022   23:29 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joseph tell his dreams to his brothers by Eduard Ritter von Engerth (dikelola oleh Fine Art America)

II. Yusuf

Yusuf adalah gembala magang, masih yunior, yang seharusnya ada di bawah bimbingan kakak-kakaknya, para gembala senior. Dan inilah perspektif Yusuf terhadap kakak-kakaknya: pertama, kakak-kakaknya telah melakukan kejahatan sehingga mereka layak diadukan kepada ayah mereka (ayat 2b). Kedua, kakak-kakaknya perlu mengetahui tentang masa depan mereka, termasuk orangtua mereka yang akan hidup di bawah kekuasaan Yusuf (ayat 5-9).

Perspektif Yusuf kepada kakak-kakaknya menunjukkan siapa dia yang sesungguhnya:

1. Yusuf masih muda, baru berumur tujuh belas tahun (ayat 2a).

2. Yusuf anak muda yang jujur dan polos.

Jadi, ketika Yusuf mengadukan kejahatan kakak-kakaknya, ia bersikap jujur, ia tidak mau menutupi kejahatan yang ia lihat di depan matanya. Tidak ada indikasi pengaduan Yusuf terdapat motif jahat guna menjatuhkan kakak-kakaknya di depan ayah mereka.

Ketika Yusuf menyampaikan mimpi-mimpinya, semua itu dilakukan karena kepolosannya, bukan karena kesombongannya. Ingat, Yusuf baru berumur tujuh belas tahun, cara berpikirnya belum banyak pertimbangan seperti orang dewasa pada umumnya, tidak ada intrik di dalam pikirannya, tidak ada keculasan di dalam hatinya. Inilah yang gagal dipahami oleh kakak-kakaknya dari perspektif mereka, apalagi hati mereka memang sudah tidak beres.

Kompasianer, mari ambil pelajaran dari kisah ini bagi kehidupan kita sehari-hari. Di dalam keluarga, di lingkungan tempat tinggal, di dunia kerja atau bisnis, di pemerintahan, di area politik, dan bahkan di lingkup urusan agama, pasti ada saja kondisi seperti yang terjadi pada Yusuf dan kakak-kakaknya. Pasti ada orang yang memiliki perspektif seperti Yusuf, namun pasti ada juga orang yang mempunyai perspektif seperti kakak-kakaknya. Nah, kita ada di perspektif yang mana? Yuk, kita renungkan bersama.

Demikianlah pelajaran Alkitab dan renungan pada hari ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya, Tuhan Yesus memberkati Kompasianer sekalian. Haleluyah.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun